Monday, March 4, 2024

Peringatan Minggu Sengsara

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Gereja menetapkan 7 Minggu sebelum Paskah sebagai saat perenungan umat akan sengsara, penderitaan dan kematian Yesus Kristus.

Peringatan minggu sengsara dimulai dari peristiwa masuknya Yesus ke kota Yerusalem dan dielu-elukan oleh orang banyak.

Masuknya Yesus Kristus ke kota Yerusalem adalah hal yang istimewa sebab hal ini terjadi sebelum Yesus disiksa, mati, dan bangkit dari kematian.

Peringatan minggu sengsara berakhir pada peringatan minggu Paskah.

Ini adalah periode dalam liturgi Kristen yang didedikasikan untuk mengenang dan merenungkan penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus.

Selama peringatan minggu-minggu sengsara, Gereja Kristen mengadakan berbagai upacara ibadah dan aktivitas yang mengingatkan jemaat akan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Kristus, termasuk Perjamuan Terakhir, Penyaliban, dan Kebangkitan-Nya.

Ini adalah periode yang dianggap sakral dan penting dalam kehidupan rohani umat Kristen, karena mereka memperdalam pengalaman akan pengorbanan Kristus untuk penebusan dosa manusia.

 

Kematian martir atau kematian kurban

Kematian Yesus bukanlah kematian “martir” tetapi kematian kurban.

Kematian martir dimaknai sebagai “mati demi mempertahankan kebenaran dan bertahan terhadap pemaksaan dari musuh-musuh Tuhan hingga akhir hayatnya”.

Ya, seseorang bisa saja menjadi martir sebagi bukti tanda cintanya kepada Tuhan dan kebenaran yang diyakininya sehingga ia dibunuh dalam kemartiran. Dan, di dalam itu pula Tuhan tetap menjadi pusat baktinya.


Kematian Yesus adalah kematian kurban


Kematian seperti ini berarti seseorang merelakan jiwanya sendiri untuk dikorbankan (sebenarnya dia sendiri masih bisa hindari kematian itu tetapi dia merelakannya).

Demi kasih yang begitu besar untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang yang dikasihinya, Yesus merelakannya.

Seperti kata firman Tuhan di bawah ini:  1 Korintus 13:3

Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

 

 

Tulisan di atas kayu salib Yesus

Yohanes 19:19-20

19:20 Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi." 19:20 Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani.

 

Ayat tersebut membuktikan bahwa pada masa itu dunia Yahudi atau di sekitar Palestina di zamannya Tuhan Yesus Kristus  multi-etnik dan multi-lingual.

Dicatat bahwa inksripsi di atas kayu salib Yesus dicatat dalam bahasa Ibrani, Yunani dan Latin.

Yohanes menuliskan cerita penyaliban Yesus dengan sangat rinci.

Rincian itu termasuk tanda yang ditulis oleh Pilatus sendiri dan ditempelkan pada kayu salib.

Tulisan itu merupakan tuduhan resmi terhadap Yesus Kristus yang berkaitan langsung dengan dengan  otoritas orang-orang Romawi di Yudea dengan memproklamasikan dirinya atau diproklamasikan sebagai "Raja Orang Yahudi."

Menjadi kebiasaan pada masa itu bahwa penjahat yang akan dihukum digambarkan sebagai memakai tanda di leher mereka atau pada bagian tubuh mereka yang menggambarkan kejahatan dan hukuman mereka.


Kunjungi link film kisah nyata tentang keluarga Kristen dengan judul 70 x 7 di bawah ini. 

https://tinyurl.com/filmrohanikisahnyata70x7




Continue reading Peringatan Minggu Sengsara

Antara Berbagi dan Hidup Memberi

 

ged pollo

oleh grefer pollo


Berbagi dengan orang lain selain merupakan pandangan yang sangat mulia juga merupakan kualitas hidup tertinggi.

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa memberi dan berbagi dengan orang lain memberikan kepuasan hidup dan meningkatkan kualitas hidup seseorang.


Berbagi dengan orang lain memberi arti dalam banyak hal baik secara materiil, emosional, maupun spiritual.


Misalnya, memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, memberikan waktu dan perhatian kepada orang lain, memberikan dukungan moral dalam situasi sulit, ataupun mendoakan mereka yang membutuhkan.


Tindakan berbagi semacam ini tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga dapat memperkuat relasi, komunikasi, hubungan sosial, meningkatkan empati, dan memberikan makna dalam hidup.


Selain itu, berbagi juga dapat mengubah cara kita melihat diri sendiri dan dunia di sekitar kita.

Hal ini dapat membawa kebahagiaan yang lebih daripada mencari kepuasan semata dari pencapaian pribadi atau kepemilikan materiil.


Hanya mereka yang memiliki yang dapat memberi.

Mereka yang tidak memiliki akan terus mengambil.


Dengan memprioritaskan berbagi dengan orang lain, tidak hanya meningkatkan kualitas hidup sendiri, tetapi juga membantu menghidupkan lingkungan sekitar dan mendorong terciptanya kehidupan yang lebih baik bagi semua orang.

Continue reading Antara Berbagi dan Hidup Memberi