Selamat membaca.
Seraya
berpikir dan menulis tentang penggunaan teknologi terkini dengan harapan para
pembaca dapat lebih memahami bahwa inovasi bentuk berjalan menurut fungsinya, saya
menemukan pendapat dua tokoh berikut.
Piliang
(2013) penah menulis bahwa teknologi memiliki budaya
yang menuntut setiap orang bersikap produktif di
dalam dirinya. Sikap
produktif ini akan mendorong orang untuk
berinovasi, sedangkan inovasi akan mendorong orang untuk
berproduksi. Selain itu, Louis
Sullivan menyampaikan bahwa bentuk mengikuti fungsi. Orang tidak dapat memberikan bentuk kepada apa yang
belum pernah ada sebelumnya.
Merujuk
kepada definisi teknologi menurut KBBI yakni keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan
hidup manusia, maka dengan mengolah kedua pemikiran di atas, saya berpendapat
bahwa sejak awalnya pendidikan Indonesia telah menerapkan budaya teknologi pada
tiap zamannya, misalnya menggunakan batu tulis, papan tulis, kapur tulis, buku
tulis, whiteboard, spidol hingga teknologi
digitalisasi. Ya, setiap masa memiliki teknologinya masing-masing.
Dalam
hal bentuk atau jenis, secara esensial pemerintah dan masyarakat Indonesia
telah menyelenggarakan pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan
fungsinya yaitu mengentaskan penderitaan akibat kebodohan dan ketertinggalan
agar terbentuk watak, kepribadian, dan peradaban bangsa demi mencerdaskan
kehidupan bangsa seperti yang tersurat dalam pembukaan UUD 1945. Jadi, pada
hakikatnya tidak ada hal yang baru pada bentuk dan fungsi dari pendidikan
Indonesia.
Kita semua sadar sepenuhnya bahwa pandemi covid-19
yang melanda seluruh dunia pada akhir tahun 2019, berhasil membangun sebuah
disrupsi pendidikan (perubahan
aktivitas pembelajaran konvensional dari dunia nyata kepada dunia maya) yang bagi sebagian
orang itu adalah hambatan tetapi
bagi mereka yang bijak menjadi tantangan (stepping
stones) untuk bertumbuh.
Dalam sebuah
webinar bertemakan "Menyusun Strategi Pendidikan Masa Depan Pasca
Pandemik" pada Selasa, 9 Juni 2020, melalui kerja sama Tanoto Foundation
dan Mahir Academy, Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit (akademisi, pakar teknologi
informasi, Direktur PGRI SLCC) menyampaikan
bahwa efek pandemi ini telah membentuk 4 kuadran
pendukung pendidikan.
Dalam
kuadran 1 terdapat
peranan orangtua siswa sebagai guru
dan memiliki banyak peluang dan kontrol terhadap
anaknya. Mereka dapat
berkomunikasi dengan anaknya baik demi
membangun karakter anak maupun untuk mengklarifikasi tugas-tugas yang belum
jelas. Jika masih belum jelas orangtua dapat menghubungi
guru.
Kuadran
2 adalah area di mana siswa
memiliki banyak peluang untuk berkreasi dan berinovasi. Mereka mendapatkan
pendampingan yang minim dari guru sehingga harus berjuang cukup mandiri untuk
menyelesaikan berbagai tugas. Dengan menggunakan berbagai kemampuan imajinasi
dan kreasi,
mereka menjadi terbiasa untuk mengelola prioritas dan keadaan secara mandiri.
Dalam
kuadran
3 terdapat ruang di mana para guru mau tidak mau harus beradaptasi dengan
berbagai peralatan dan perlengkapan teknologi yang mungkin selama ini kurang
disentuh. Guru menyiapkan berbagai materi pembelajaran secara daring dan mempresentasikannya.
Sedangkan,
kuadran 4 menyajikan bagian di mana masyarakat
memiliki peran untuk turut mengambil bagian dalam menyediakan berbagai
platform belajar daring baik secara gratis maupun berbayar.
Menurut
hemat saya, Prof Eko telah menemukan bahwa meski di tengah kesulitan akibat
pandemi tetap ada berbagai keuntungan dan solusi yang ditemukan.
Dampak pandemi covid-19 dan disrupsi pendidikan telah menimbulkan
berbagai keluhan baik dari siswa, orangtua, maupun guru. Para siswa mengeluh tentang
banyaknya tugas yang harus dikerjakan dan bosan belajar di rumah. Mereka ingin
segera masuk sekolah agar dapat bertemu teman-teman dan guru mereka. Orangtua mengeluh
karena susah sinyal, berebut kuota dan gadget dengan anaknya. Mereka juga tidak
dapat menjelaskan materi kepada anak-anaknya dan kekurangan waktu untuk
mendampingi anaknya belajar. Apalagi, anak-anak ini lebih patuh kepada guru
dari pada orangtuanya. Sedangkan, para guru kesulitan untuk mendesain
pembelajaran daring secara efektif karena belum melek teknologi.
Di tengah situasi ini, banyak sekolah yang ingin merekonstruksi kembali
desain pembelajarannya, namun terkendala dengan sumber daya dan fasilitas
teknologi kekinian. Di sisi lain, ada juga sekolah yang terus berupaya meningkatkan
literasi digital para gurunya sehingga berdampak kepada siswa dan orangtua
siswa.
Sebagai seorang guru saya mengikuti perkembangan belajar dari siswa-siswi
yang saya didik maupun aktivitas mengajar dari rekan-rekan guru. Menghadapi
situasi ini, sekolah di mana saya mengabdi tetap memberi perhatian terhadap pembelajaran yang
selayaknya diterima oleh siswa. Koordinasi antar guru dengan pimpinan sekolah
maupun dengan orangtua siswa tetap dilakukan supaya setiap siswa tetap
terlayani dengan sebaik-baiknya. Saya ingin berbagi pengalaman tentang hal ini.
Pembelajaran luring
Sebelum pandemi covid-19 terjadi, seperti kebanyakan sekolah, kami
melaksanakan pembelajaran luring. Guru-guru diperlengkapi dengan kemampuan
teknologi informasi yang baik melalui kegiatan professional development secara mingguan dan diarahkan untuk
menyiapkan KBM yang ramah anak supaya memenuhi kebutuhan gaya belajar anak
(audio, visual, kinestetis). Materi pembelajaran disiapkan menggunakan
teknologi yang ada di antaranya komputer, infocus,
soundsystem, papan tulis, spidol, dan masih banyak lagi. Untuk
menindaklanjuti proses pembelajaran yang dialami oleh siswa tertentu di
sekolah, para guru melakukan kunjungan ke beberapa rumah siswa. Sedangkan, pada
masa pandemi ini, guru-guru turut berpartisipasi mendukung program pemerintah
melakukan pembelajaran luring melalui siaran RRI Kupang NTT.
Pembelajaran daring
Pada tiga bulan pertama (bulan Maret – Juni 2020) melakukan Belajar Dari Rumah (BDR),
saya mendesain pembelajaran menggunakan model online chatting dengan platform microsoft 365 (teams) yang disediakan oleh sekolah. Harapan saya siswa bersemangat belajar dari rumah
karena memiliki pengalaman belajar yang berbeda.
Saya memberikan agenda belajar harian yang
disampaikan baik melalui online chatting
ataupun video yang di-upload di teams
lalu
siswa mempelajari isi video tersebut. Jika
siswa tidak mengikuti pembelajaran seperti seharusnya, maka saya akan
menghubungi mereka setelah sesi pembelajaran melalui private chatting di teams.
Meskipun saya sudah berupaya menyiapkan pembelajaran secara demikian, masih ada siswa yang mengeluh
karena terbebani tugas yang menumpuk. Hal ini dikarenakan, pertama, saya belum memaksimalkan teknologi
secara kreatif sehingga siswa kurang mendapatkan kesempatan mengeksplorasi
pengetahuan secara mandiri. Kedua, siswa belum mengelola
prioritas dengan baik sehingga tugasnya menumpuk. Ketiga, jaringan internet yang tidak stabil
sehingga pesan kurang tersampaikan dan
pengiriman file tidak segera bisa diakses. Keempat,
pemadaman lampu oleh pihak PLN.
Menyikapi keluhan siswa ini dan untuk memaksimalkan
teknologi secara kreatif, saya memberikan
kuis untuk mengecek kehadiran siswa
di awal dan akhir sesi pembelajaran, meminta siswa
mengerjakan
tugas menggunakan aplikasi mentimeter dan Quizizz, dan memberikan
link video dari youtube kepada siswa lalu meminta mereka mengaksesnya serta
mengerjakan tugas yang saya berikan. Sewaktu saya
meminta respon siswa terhadap metode belajar ini, mereka lebih menyukainya.
Alasannya, karena
mereka terlibat secara langsung dan menjadi subyek belajar serta sesuai dengan
gaya belajar mereka yang lebih audio visual.
Literasi Teknologi
Sisi lain dari efek pandemi
Untuk alasan tertentu, saya setuju dengan gagasan dari Piliang, Louis
Sullivan, dan Prof Eko di atas. Saya memaparkannya sesuai
dengan beberapa aktivitas yang sudah kami lakukan di sekolah berikut ini.
Kami
diharapkan terampil menggunakan platform dan fitur teknologi terkini.
Maksudnya, supaya pembelajaran yang dilakukan
sesuai dengan gaya belajar siswa, sosio-humanis-religius, tercapai tujuan
pembelajaran, dan holistis (intelligence
quotient, emotional quotient, spiritual quotient, dan adversity quotient).
Tambahan lagi, agar jika para guru
telah mampu berliterasi digital, mereka dapat membimbing para siswa dan
orangtua siswa untuk melek teknologi.
Demi hal ini, mengawali tahun akademik 2020/2021, kami mengikuti
pelatihan pengenalan dan penggunaan fitur-fitur terbaru yang ada pada microsoft teams. Keuntungan menggunakan Microsoft teams karena platform ini
diperlengkapi dengan fitur berkomunikasi dan berkolaborasi. Pada platform ini
digabungkan fitur percakapan, rapat menggunakan video, penyimpan berkas, dan
integrasi beberapa aplikasi. Keunikan platform ini adalah terintegrasi dengan Office
365 dan produk-produk lain selain buatan microsoft.
Hasil dari pelatihan tersebut kemudian saya terapkan dalam kelas yang
saya asuh. Saya memilih menggunakan model video
conference yang terbukti lebih efektif dan menyenangkan dibanding chatting online. Melalui platform ini
kehadiran siswa di kelas lebih mudah terpantau. Siswa yang tidak hadir atau
telat akan ketahuan dari fitur daftar hadir. Fitur room chat juga sangat membantu dalam melakukan model pembelajaran
berkelompok. Siswa dapat dibagi dalam kelompok room chat untuk mengerjakan tugas yang diberikan dan setelah itu
dapat kembali bergabung dalam fitur meet
now (istilah bagi video conference pada
teams). Sedangkan fitur live event
dapat digunakan untuk melakukan kegiatan langsung yang dihadiri oleh
ratusan orang. Fitur ini sering kami gunakan dalam acara ibadah sekolah, graduation,
professional development guru, pertemuan orangtua siswa, pengarahan siswa,
dan sebagainya.
Selain
menerima pelatihan di atas, para guru juga diarahkan untuk
merekonstruksi dan merevitalisasi sistem pembelajaran daring dan luring. Hal
tersebut sejalan dengan gagasan Kemdikbud melalui Direktur
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Iwan Syahril bahwa
menyikapi kondisi persaingan global saat
ini pembelajaran yang
dinilai terbukti efektif meningkatkan kompetensi
siswa adalah model kombinasi (hybrid model). Karena itu, sekolah-sekolah diharapkan menerapkan perpaduan
inovasi teknologi melalui pembelajaran menggunakan teknologi terkini (daring)
dengan metode tradisional instruksional tatap muka (luring).
Disrupsi
teknologi selalu menawarkan sesuatu yang bersifat kekinian yang dapat menolong
para guru mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa jika saja
mereka terus belajar. Relasi tatap muka antara guru dan siswa seharusnya selalu
ada. Secanggih
apapun teknologi yang digunakan tidak dapat menggantikan peran utama guru dalam
dunia pendidikan, yakni membangun
interaksi komunikatif.
References
H A P S A, S. (2020). METODE PEMBELAJARAN MODE LURING SISTEM PERTAHANAN
TUBUH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYEBARAN COVID-1. Diambil kembali dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Guru Berbagi:
https://guruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/metode-pembelajaran-mode-luring-sistem-pertahanan-tubuh-dan-implikasinya-terhadap-penyebaran-covid-19/
Harususilo, Y. E. (2020, Juli 7). Kemendikbud Pastikan Belajar
dari Rumah Tidak Akan Permanen. Diambil kembali dari KOMPAS.com:
https://edukasi.kompas.com/read/2020/07/07/085317171/kemendikbud-pastikan-belajar-dari-rumah-tidak-akan-permanen?page=all
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
(t.thn.). Diambil kembali dari Kamus versi online/daring (dalam jaringan):
https://www.kbbi.web.id/teknologi
Kamus versi online/daring (dalam jaringan).
(t.thn.). Diambil kembali dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):
https://www.kbbi.web.id/kuadran
Maulida, S. (2016, April 11). Form follow Function or Function
follow Form ? Diambil kembali dari SAPTA MAULIDA:
https://saptamaulida.wordpress.com/2016/04/11/form-follow-function-or-function-follow-form/
Microsoft Teams. (t.thn.). Diambil kembali
dari Daftarkan sekolah Anda secara gratis:
https://www.microsoft.com/id-id/education/products/teams
Piliang*, Y. A. (2013, April). BUDAYA TEKNOLOGI DI INDONESIA:.
Diambil kembali dari Jurnal Sosioteknologi Edisi 28 Tahun 12, April 2013:
https://media.neliti.com/media/publications/41615-none-0a532c25.pdf
Sujana, I. W. (2019, November 1). FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN
INDONESIA. Diambil kembali dari ADI WIDYA: JURNAL PENDIDIKAN DASAR:
https://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/AW/article/view/927/806
WANTIKNAS. (t.thn.). Empat Kelebihan dan Kekurangan Dalam
Menerapkan E-Learning. Diambil kembali dari WANTIKNAS:
http://www.wantiknas.go.id/id/berita/empat-kelebihan-dan-kekurangan-dalam-menerapkan-e-learning
oleh: Grefer E. D. Pollo, S.P., M.Pd-guru pada SMP Dian Harapan
Kupang-NTT. Selain sebagai guru juga ikut berbagi motivasi dan inspirasi dalam berbagai kegiatan kemanusiaan dan spiritual. Memiliki hobi membaca dan bermain musik. Mempunyai kerinduan
besar agar hidupnya berdampak positif dan memberi pengaruh yang bermakna bagi keluarga
dan orang di sekitarnya, gereja, bangsa, dan negara.