Saturday, October 31, 2020

,

DIA MEMELUK AKU

Gambar oleh Paul Zilvanus Lonan dari Pixabay
Gambar: Paul Zilvanus Lonan dari Pixabay 

Awan berlari terburu-buru ke Selatan
mengikuti angin yang bertiup bak pahlawan
Kala itu, sambil menatap awang
jemariku tiada berhenti mengumpulkan kata dalam tempayan

 

Aku ingin bertanya

ketika gelora merasuk rinduku untuk bertanya

Tapi, logikaku membungkam raga

tak tahu apa yang harus kutanya

 

Aku ingin bertanya

Bertanya tentang hal yang tidak aku mengerti

Namun, aku sendiri tak mengerti apa yang tidak aku mengerti

 

baca juga: https://halobelajarsesuatu.blogspot.com/2020/08/mendidik-anak-sesuai-tantangan-dan-zamannya-era-digital.html


dia memeluk aku
Gambar: Prashant Sharma dari Pixabay 


Kini, jemariku berhenti di titik hampa

di mana segala yang hidup mulai ada

Dia, menarikku menatapNya

Aku tengadah

Dia menatapku, melihat jemariku,

lalu mengajariku menuliskan hari-hariku

 

menulis
Gambar: StartupStockPhotos dari Pixabay 


Ada secuil kisah yang tak sanggup aku tuliskan

Tapi, seandainya aku tahu bahwa di ujung cerita itu ada intan

Maka jemariku akan tiada berpantangan

mengejar impian

 

baca juga: https://halobelajarsesuatu.blogspot.com/search/label/buah%20karya


peluk

Dia memeluk aku

melihat hatiku tak kuasa menggerakkan jemariku

dan, di simpang itu tiada jalan kutemu

berhenti kisahku

Lalu...

aku melihat dalam ketakberdayaanku

Dia buat jalan di akhir kisahku

 

Dia memeluk aku

 

 

 baca juga: https://halobelajarsesuatu.blogspot.com/2020/10/sekolah-di-padang-gurun.html

 

video puisi "Dia Memeluk Aku"



 

oleh: grefer e. d. pollo_ kupang-NTT

untuk Lomba Nulis Puisi Bareng Tingkat Nasional

10 Mei 2020

 

dari buku kumpulan puisi karya ged pollo


Continue reading DIA MEMELUK AKU

Friday, October 30, 2020

Pola asuh orangtua dan prestasi belajar anak

 

pola asuh orangtua

oleh: Grefer E. D. Pollo, S.P., M.Pd



Pola asuh adalah metode yang digunakan oleh seseorang untuk mengasuh termasuk mendidik seorang anak. Berbicara tentang pola asuh orangtua berarti bagaimana para orangtua memperlakukan anak mereka, mendidik, membimbing, mendisiplinkan, dan melindungi anak mereka untuk mencapai kedewasaan. Termasuk di dalamnya mampu berkontribusi positif bagi kehidupan bermasyarakat dan bersosial. 

Jenis-jenis pola asuh orangtua

 

  1. Pola Asuh Otoriter, cirinya adalah anak diasuh dengan aturan yang ketat. Mereka cenderung diaksa untuk mengikuti cara hidup dan keinginan orangtuanya sehingga anak tidak bebas berekspresi dan berkreasi.
  2. Pola Asuh Demokratis, cirinya adalah orangtua memberikan cukup kebebasan kepada anak untuk berekspreasi dan berkreasi. Mereka diberi pengakuan oleh orangtua dan kesempatan untuk tidak terlalu bergantung kepada orangtua.
  3. Pola Asuh Permisif, cirinya adalah orangtua memberikan kebebasan yang berlebihan kepada anak. Mereka dianggap sudah cukup dewasa untuk berbuat sesuatu menurut apa yang dikehendaki anak-anak.
  4. Pola Asuh Situasional, cirinya adalah orangtua memiliki beberapa tipe pola asuh yang disesuaikan dengan keadaan pada saat itu.
  5. Pola asuh otoritatif, cirinya adalah anak didorong untuk mandiri tetapi diberikan batasan-batasan tertentu. Komunikasi berjalan baik sehingga anak mengalami kehangatan relasi dengan orangtuanya.
  6. Anak autopilot, cirinya adalah anak dibiarkan bertumbuh sendiri sesuka anak itu tanpa bahkan tanpa kontrol dan pengawasan orangtua secara bijak.


Hal-hal yang melatarbelakangi pola asuh orangtua adalah

Pertama, 

latar belakang pola pengasuhan orangtua itu sendiri. Artinya, dia dipengaruhi oleh pola asuh dari orangtuanya sebelumnya

Kedua, 

tingkat pendidikan orangtua. Maksudnya adalah perbedaan tingkat pendidikan menunjukan perbedaan pola asuh orangtua terhadap anak mereka. Seharusnya semakin baik  tingkat pendidikan, semakin baik dan tepat pola asuh yang diberikan.


Ketiga, 

pekerjaan dan status ekonomi orangtua. Orangtua yang memiliki kesibukan dalam bekerja dan berbagai upaya memperbaiki ekonomi keluarga cenderung kurang memperhatikan pola asuhnya terhadap anak mereka. Dalam kelompok ini anak-anak lebih sering dipercayakan kepada para pembantu. 


Prestasi belajar anak

Beberapa aspek turut mempengaruhi prestasi belajar seorang anak. Antara lain:

1.    Aspek dalam diri atau internal, seperti keadaan fisik, psikis, spiritual anak. Contoh aspek fisik adalah tingkat kesehatan. Contoh aspek psikis adalah intelegensia, bakat, minat, motivasi, kematangan, dan kesiapan belajar. Contoh aspek spiritual adalah kedisiplinan rohani dalam ibadah, belajar firman Tuhan, dan berdoa.

2Aspek luar diri atau eksternal, seperti kondisi keluarga, pola asuh orangtua, ekonomi keluarga, pekerjaan orangtua, model pembelajaran atau kurikulum sekolah, lingkungan pergaulan dan sosial masyarakat, dan sebagainya.

 

baca juga: https://halobelajarsesuatu.blogspot.com/2020/10/tantang-tren-disrupsi-pendidikan.html


Dari sini dapat dilihat bahwa model pola asuh orangtua pun turut mempengaruhi prestasi belajar seorang anak. Orangtua yang perfeksionis dan otoriter akan cenderung memaksa anaknya memiliki prestasi tinggi dan pencapaian cita-cita tertentu meski tidak sesuai dengan minat dan bakat anaknya serta kemampuan anaknya.


Langkah-langkah membangun pola asuh relasional, komunikaitf, dan positif

1. 
mendesain atmosfir rumah dan keluarga yang ramah dan menyenangkan

2. 
mengkreasikan suasana yang mendukung proses pembelajaran anak di rumah

3. 
menerapkan pendisiplinan terhadap anak yang mendidik bukan sekedar menghukum
memberikan apresiasi dan ekspresi realisitis ketika anak belajar

4. 
menjadi orangtua yang responsive dan bukan reaktif

5. 
memperlengkapi pembelajaran yang anak terima dari sekolah dengan berbagai kecakapan hidup dasar seperti mandiri, perilaku hidup bersih, membangun karakter spiritual (berdoa, belajar firman Tuhan, ibadah), sehat, dan empati, dan sebagainya

6. 
melatih anak peduli terhadap kondisi rumah dan melibatkan mereka dalam kegiatan membersihkan kamar sendiri, rumah, halaman, dan sebagainya

7. 
orangtua memberikan keteladana dalam membaca buku, membacakannya kepada anak, dan bercerita dengan mereka


b
Referensi


Adit, A. (2020, September 1). 3 Jenis Pola Asuh Orangtua dan 9 Strategi Pengasuhan Positif Pada Anak. Retrieved from KOMPAS. com: https://edukasi.kompas.com/read/2020/09/01/051100171/3-jenis-pola-asuh-orangtua-dan-9-strategi-pengasuhan-positif-pada-anak?page=all

Isni Agustiawati. (2014). Pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi. Retrieved from Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu: http://repository.upi.edu/12418/5/S_PEA_1005816_Chapter2.pdf

Prudential. (n.d.). 6 Jenis Pola Asuh Anak yang Perlu Diketahui Orang Tua. Retrieved from Prudential: https://www.prudential.co.id/id/Informasi-untuk-Anda/artikel-asuransi-jiwa/keluarga-pendidikan/6-jenis-pola-asuh-anak-yang-perlu-diketahui-orang-tua/


Continue reading Pola asuh orangtua dan prestasi belajar anak

Wednesday, October 28, 2020

Lagu Merpati Putih Itu Telah Kembali

merpati putih itu telah kembali

Oleh dorongan ilahi, lagu ini dibuat sekitar tahun 2003-2004. Diangkat dari kisah nyata kehidupan pencipta lagu ini (ged pollo)


Perjalanan hidup anak Tuhan itu tidak selalu rata. Hambatan dan tantangan seolah sudah menjadi teman seperjalan. Terlalu sering cobaan dan ujian membuat ritme hidup itu seperti sebuah grafik naik - turun, meski tidak turun sampai di bawah titik nol atau minus. 
Sebagai seorang anak muda yang baru kurang lebih 4-5 tahun sungguh-sungguh bertobat, saya begitu berapi-api mengikuti api mula-mula dan kasih semula. Namun, seperti grafik di atas, selalu jatuh bangun dalam mengikuti Kristus.

Lagu ini dibuat untuk mendeskripsikan kasih dan kerinduan saya kepada Tuhan Yesus yang telah lebih dahulu mengasihi saya dan telah menyerahkan diri-Nya bagi saya (Galatia 2:19-21: Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.)


Syair dalam lagu ini menggambarkan kisah di atas


Merpati Putih

lirik dan lagu: ged pollo

Vocal: ged pollo dan sonya therik

Aransemen Musik: Lambert

video klip: Om Cornel Kiik

Lokasi: Pantai Lasiana-Tenau, Pantai Kelapa Lima (belakang Hotel On The Rock-sekarang), Pantai Paradiso Kelapa Lima, Pantai Batu Nona Oesapa


Kau hampiri aku dalam cerianya kesenyapan

Rangkul dan dekap erat diriku tenggelam

Berpaut gelora sinarmu tak kuasa awakku

 

Seiring perkasa langkahMu kulewati relung lembah

Bersama pesona sinarMu kugapai rembulan

Menampik garangnya gurun sungai-Mu segarkan jiwaku

 

Ref

Sungguh aku masih  muda meski mentari setia menanti

Dan merpati putih tetap di sisi

Kuhampir menyerah pada yang fana

Dengan lutut tak peduli kerasnya alas

Kuserukan namaMu, kupanggil Engkau

Yang sangat kucinta

gelombangMu melingkupi diriku

dan akau tahu

merpati putih itu telah kembali


video lagu di sini





Continue reading Lagu Merpati Putih Itu Telah Kembali

Monday, October 19, 2020

SISI LAIN DARI LITERASI TEKNOLOGI DAN DESAIN PEMBELAJARAN YANG PERLU ANDA KETAHUI

 






Tahukah Anda bagaimana sekolah terus berjuang menyelenggarakan pembelajaran menggunakan teknologi terkini di tengah masa pandemi covid-19 dan bagaimana para guru, siswa, dan orangtua siswa berkolaborasi di dalamnya? 
Mungkin kebanyakan dari Anda sering mendengar keluhan mereka. 
Melalui tulisan ini, saya mengajak Anda untuk melihat sisi lainnya.

Selamat membaca.

 

Seraya berpikir dan menulis tentang penggunaan teknologi terkini dengan harapan para pembaca dapat lebih memahami bahwa inovasi bentuk berjalan menurut fungsinya, saya menemukan pendapat dua tokoh berikut.

Piliang (2013) penah menulis bahwa teknologi memiliki budaya yang menuntut setiap orang bersikap produktif di dalam dirinya. Sikap produktif ini akan mendorong orang untuk berinovasi, sedangkan inovasi akan mendorong orang untuk berproduksi. Selain itu, Louis Sullivan menyampaikan bahwa bentuk mengikuti fungsi. Orang tidak dapat memberikan bentuk kepada apa yang belum pernah ada sebelumnya.

Merujuk kepada definisi teknologi menurut KBBI yakni keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia, maka dengan mengolah kedua pemikiran di atas, saya berpendapat bahwa sejak awalnya pendidikan Indonesia telah menerapkan budaya teknologi pada tiap zamannya, misalnya menggunakan batu tulis, papan tulis, kapur tulis, buku tulis, whiteboard, spidol hingga teknologi digitalisasi. Ya, setiap masa memiliki teknologinya masing-masing.

Dalam hal bentuk atau jenis, secara esensial pemerintah dan masyarakat Indonesia telah menyelenggarakan pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan fungsinya yaitu mengentaskan penderitaan akibat kebodohan dan ketertinggalan agar terbentuk watak, kepribadian, dan peradaban bangsa demi mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tersurat dalam pembukaan UUD 1945. Jadi, pada hakikatnya tidak ada hal yang baru pada bentuk dan fungsi dari pendidikan Indonesia.




Kita semua sadar sepenuhnya bahwa pandemi covid-19 yang melanda seluruh dunia pada akhir tahun 2019, berhasil membangun sebuah disrupsi pendidikan (perubahan aktivitas pembelajaran konvensional dari dunia nyata kepada dunia maya) yang bagi sebagian orang itu adalah hambatan tetapi bagi mereka yang bijak menjadi tantangan (stepping stones) untuk bertumbuh.

Dalam sebuah webinar bertemakan "Menyusun Strategi Pendidikan Masa Depan Pasca Pandemik" pada Selasa, 9 Juni 2020, melalui kerja sama Tanoto Foundation dan Mahir Academy, Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit (akademisi, pakar teknologi informasi, Direktur PGRI SLCC) menyampaikan bahwa efek pandemi ini telah membentuk 4 kuadran pendukung pendidikan.

Dalam kuadran 1 terdapat peranan orangtua siswa sebagai guru dan memiliki banyak peluang dan kontrol terhadap anaknya. Mereka dapat berkomunikasi dengan  anaknya baik demi membangun karakter anak maupun untuk mengklarifikasi tugas-tugas yang belum jelas. Jika masih belum jelas orangtua dapat menghubungi guru.

Kuadran 2 adalah area di mana siswa memiliki banyak peluang untuk berkreasi dan berinovasi. Mereka mendapatkan pendampingan yang minim dari guru sehingga harus berjuang cukup mandiri untuk menyelesaikan berbagai tugas. Dengan menggunakan berbagai kemampuan imajinasi dan kreasi, mereka menjadi terbiasa untuk mengelola prioritas dan keadaan secara mandiri.

Dalam kuadran 3 terdapat ruang di mana para guru mau tidak mau harus beradaptasi dengan berbagai peralatan dan perlengkapan teknologi yang mungkin selama ini kurang disentuh. Guru menyiapkan berbagai materi pembelajaran secara daring dan mempresentasikannya. Sedangkan, kuadran 4 menyajikan bagian di mana  masyarakat memiliki peran untuk turut mengambil bagian dalam menyediakan berbagai platform belajar daring baik secara gratis maupun berbayar.

Menurut hemat saya, Prof Eko telah menemukan bahwa meski di tengah kesulitan akibat pandemi tetap ada berbagai keuntungan dan solusi yang ditemukan.

 
Dampak pandemi covid-19 dan disrupsi pendidikan telah menimbulkan berbagai keluhan baik dari siswa, orangtua, maupun guru. Para siswa mengeluh tentang banyaknya tugas yang harus dikerjakan dan bosan belajar di rumah. Mereka ingin segera masuk sekolah agar dapat bertemu teman-teman dan guru mereka. Orangtua mengeluh karena susah sinyal, berebut kuota dan gadget dengan anaknya. Mereka juga tidak dapat menjelaskan materi kepada anak-anaknya dan kekurangan waktu untuk mendampingi anaknya belajar. Apalagi, anak-anak ini lebih patuh kepada guru dari pada orangtuanya. Sedangkan, para guru kesulitan untuk mendesain pembelajaran daring secara efektif karena belum melek teknologi.

Di tengah situasi ini, banyak sekolah yang ingin merekonstruksi kembali desain pembelajarannya, namun terkendala dengan sumber daya dan fasilitas teknologi kekinian. Di sisi lain, ada juga sekolah yang terus berupaya meningkatkan literasi digital para gurunya sehingga berdampak kepada siswa dan orangtua siswa.

Sebagai seorang guru saya mengikuti perkembangan belajar dari siswa-siswi yang saya didik maupun aktivitas mengajar dari rekan-rekan guru. Menghadapi situasi ini, sekolah di mana saya mengabdi tetap memberi perhatian terhadap pembelajaran yang selayaknya diterima oleh siswa. Koordinasi antar guru dengan pimpinan sekolah maupun dengan orangtua siswa tetap dilakukan supaya setiap siswa tetap terlayani dengan sebaik-baiknya. Saya ingin berbagi pengalaman tentang hal ini.

 

Pembelajaran luring

Sebelum pandemi covid-19 terjadi, seperti kebanyakan sekolah, kami melaksanakan pembelajaran luring. Guru-guru diperlengkapi dengan kemampuan teknologi informasi yang baik melalui kegiatan professional development secara mingguan dan diarahkan untuk menyiapkan KBM yang ramah anak supaya memenuhi kebutuhan gaya belajar anak (audio, visual, kinestetis). Materi pembelajaran disiapkan menggunakan teknologi yang ada di antaranya komputer, infocus, soundsystem, papan tulis, spidol, dan masih banyak lagi. Untuk menindaklanjuti proses pembelajaran yang dialami oleh siswa tertentu di sekolah, para guru melakukan kunjungan ke beberapa rumah siswa. Sedangkan, pada masa pandemi ini, guru-guru turut berpartisipasi mendukung program pemerintah melakukan pembelajaran luring melalui siaran RRI Kupang NTT.

 

Pembelajaran daring

Pada tiga bulan pertama (bulan Maret – Juni 2020) melakukan Belajar Dari Rumah (BDR), saya mendesain pembelajaran menggunakan model online chatting dengan platform microsoft 365 (teams) yang disediakan oleh sekolah. Harapan saya siswa bersemangat belajar dari rumah karena memiliki pengalaman belajar yang berbeda.

Saya memberikan agenda belajar harian yang disampaikan baik melalui online chatting ataupun video yang di-upload di teams lalu siswa mempelajari isi video tersebut. Jika siswa tidak mengikuti pembelajaran seperti seharusnya, maka saya akan menghubungi mereka setelah sesi pembelajaran melalui private chatting di teams.

Meskipun saya sudah berupaya menyiapkan pembelajaran secara demikian, masih ada siswa yang mengeluh karena terbebani tugas yang menumpuk. Hal ini dikarenakan, pertama, saya belum memaksimalkan teknologi secara kreatif sehingga siswa kurang mendapatkan kesempatan mengeksplorasi pengetahuan secara mandiri. Kedua, siswa belum mengelola prioritas dengan baik sehingga tugasnya menumpuk. Ketiga, jaringan internet yang tidak stabil sehingga pesan kurang tersampaikan dan pengiriman file tidak segera bisa diakses. Keempat, pemadaman lampu oleh pihak PLN.  

Menyikapi keluhan siswa ini dan untuk memaksimalkan teknologi secara kreatif, saya memberikan kuis untuk mengecek kehadiran siswa di awal dan akhir sesi pembelajaran, meminta siswa mengerjakan tugas menggunakan aplikasi mentimeter dan Quizizz, dan memberikan link video dari youtube kepada siswa lalu meminta mereka mengaksesnya serta mengerjakan tugas yang saya berikan. Sewaktu saya meminta respon siswa terhadap metode belajar ini, mereka lebih menyukainya. Alasannya, karena mereka terlibat secara langsung dan menjadi subyek belajar serta sesuai dengan gaya belajar mereka yang lebih audio visual.

 

 

Literasi Teknologi

Sisi lain dari efek pandemi

 

Untuk alasan tertentu, saya setuju dengan gagasan dari Piliang, Louis Sullivan, dan Prof Eko di atas. Saya memaparkannya sesuai dengan beberapa aktivitas yang sudah kami lakukan di sekolah berikut ini.

Kami diharapkan terampil menggunakan platform dan fitur teknologi terkini. Maksudnya, supaya pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan gaya belajar siswa, sosio-humanis-religius, tercapai tujuan pembelajaran, dan holistis (intelligence quotient, emotional quotient, spiritual quotient, dan adversity quotient). Tambahan lagi, agar jika para guru telah mampu berliterasi digital, mereka dapat membimbing para siswa dan orangtua siswa untuk melek teknologi.

Demi hal ini, mengawali tahun akademik 2020/2021, kami mengikuti pelatihan pengenalan dan penggunaan fitur-fitur terbaru yang ada pada microsoft teams. Keuntungan menggunakan Microsoft teams karena platform ini diperlengkapi dengan fitur berkomunikasi dan berkolaborasi. Pada platform ini digabungkan fitur percakapan, rapat menggunakan video, penyimpan berkas, dan integrasi beberapa aplikasi. Keunikan platform ini adalah terintegrasi dengan Office 365 dan produk-produk lain selain buatan microsoft.

Hasil dari pelatihan tersebut kemudian saya terapkan dalam kelas yang saya asuh. Saya memilih menggunakan model video conference yang terbukti lebih efektif dan menyenangkan dibanding chatting online. Melalui platform ini kehadiran siswa di kelas lebih mudah terpantau. Siswa yang tidak hadir atau telat akan ketahuan dari fitur daftar hadir. Fitur room chat juga sangat membantu dalam melakukan model pembelajaran berkelompok. Siswa dapat dibagi dalam kelompok room chat untuk mengerjakan tugas yang diberikan dan setelah itu dapat kembali bergabung dalam fitur meet now (istilah bagi video conference pada teams). Sedangkan fitur live event dapat digunakan untuk melakukan kegiatan langsung yang dihadiri oleh ratusan orang. Fitur ini sering kami gunakan dalam acara ibadah sekolah, graduation, professional development guru, pertemuan orangtua siswa, pengarahan siswa, dan sebagainya.

Selain menerima pelatihan di atas, para guru juga diarahkan untuk merekonstruksi dan merevitalisasi sistem pembelajaran daring dan luring. Hal tersebut sejalan dengan gagasan Kemdikbud melalui Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Iwan Syahril bahwa menyikapi  kondisi persaingan global saat ini pembelajaran yang dinilai terbukti efektif meningkatkan kompetensi siswa adalah model kombinasi (hybrid model). Karena itu, sekolah-sekolah diharapkan menerapkan perpaduan inovasi teknologi melalui pembelajaran menggunakan teknologi terkini (daring) dengan metode tradisional instruksional tatap muka (luring).  

 

Disrupsi teknologi selalu menawarkan sesuatu yang bersifat kekinian yang dapat menolong para guru mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa jika saja mereka terus belajar. Relasi tatap muka antara guru dan siswa seharusnya selalu ada. Secanggih apapun teknologi yang digunakan tidak dapat menggantikan peran utama guru dalam dunia pendidikan, yakni membangun interaksi komunikatif.

 

 

grefer pollo

References

H A P S A, S. (2020). METODE PEMBELAJARAN MODE LURING SISTEM PERTAHANAN TUBUH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYEBARAN COVID-1. Diambil kembali dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Guru Berbagi: https://guruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/metode-pembelajaran-mode-luring-sistem-pertahanan-tubuh-dan-implikasinya-terhadap-penyebaran-covid-19/

Harususilo, Y. E. (2020, Juli 7). Kemendikbud Pastikan Belajar dari Rumah Tidak Akan Permanen. Diambil kembali dari KOMPAS.com: https://edukasi.kompas.com/read/2020/07/07/085317171/kemendikbud-pastikan-belajar-dari-rumah-tidak-akan-permanen?page=all

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (t.thn.). Diambil kembali dari Kamus versi online/daring (dalam jaringan): https://www.kbbi.web.id/teknologi

Kamus versi online/daring (dalam jaringan). (t.thn.). Diambil kembali dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): https://www.kbbi.web.id/kuadran

Maulida, S. (2016, April 11). Form follow Function or Function follow Form ? Diambil kembali dari SAPTA MAULIDA: https://saptamaulida.wordpress.com/2016/04/11/form-follow-function-or-function-follow-form/

Microsoft Teams. (t.thn.). Diambil kembali dari Daftarkan sekolah Anda secara gratis: https://www.microsoft.com/id-id/education/products/teams

Piliang*, Y. A. (2013, April). BUDAYA TEKNOLOGI DI INDONESIA:. Diambil kembali dari Jurnal Sosioteknologi Edisi 28 Tahun 12, April 2013: https://media.neliti.com/media/publications/41615-none-0a532c25.pdf

Sujana, I. W. (2019, November 1). FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN INDONESIA. Diambil kembali dari ADI WIDYA: JURNAL PENDIDIKAN DASAR: https://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/AW/article/view/927/806

WANTIKNAS. (t.thn.). Empat Kelebihan dan Kekurangan Dalam Menerapkan E-Learning. Diambil kembali dari WANTIKNAS: http://www.wantiknas.go.id/id/berita/empat-kelebihan-dan-kekurangan-dalam-menerapkan-e-learning





oleh: Grefer E. D. Pollo, S.P., M.Pd-guru pada SMP Dian Harapan Kupang-NTT. Selain sebagai guru juga ikut berbagi motivasi dan inspirasi dalam berbagai kegiatan kemanusiaan dan spiritual. Memiliki hobi membaca dan bermain musik. Mempunyai kerinduan besar agar hidupnya berdampak positif dan memberi pengaruh yang bermakna bagi keluarga dan orang di sekitarnya, gereja, bangsa, dan negara.



#PGRI #KOGTIK #EPSON #KSGN

Continue reading SISI LAIN DARI LITERASI TEKNOLOGI DAN DESAIN PEMBELAJARAN YANG PERLU ANDA KETAHUI

Thursday, October 15, 2020

,

Tantang Tren Disrupsi Pendidikan


 


oleh: Grefer E. D. Pollo, S.P., M.Pd

 Grefer Ged Pollo
ged.pollo 




Covid-19 yang melanda seluruh dunia pada akhir tahun 2019, sampai kini telah cukup berhasil membangun sebuah disrupsi kehidupan termasuk pendidikan. Sistem pembelajaran jarak jauh telah mulai menjadi sebuah keniscayaan dan perlahan namun pasti sudah menjadi kebutuhan dasar. Berbagai upaya dari pemerintah dan swasta dalam mendukung hal ini juga telah dikerjakan secara serius dan bertahap.


Namun, sebuah pertanyaan penting dimunculkan, apa yang akan terjadi dengan pendidikan Indonesia jika pandemi covid-19 ini berlalu?


Apakah model pendidikan akan kembali kepada sebelumnya atau justru akan lebih berkembang dengan penggunaan teknologi informasi yang pastinya akan lebih canggih?

Dalam sebuah webinar bertemakan "Menyusun Strategi Pendidikan Masa Depan Pasca Pandemik" pada Selasa, 9 Juni 2020, melalui kerja sama Tanoto Foundation dan Mahir Academy, Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit (akademisi, pakar teknologi informasi, Direktur PGRI SLCC) sebagai pembicara utama mengatakan bahwa meskipun pandemi covid-19 ini telah memporakporandakan banyak lini kehidupan termasuk pendidikan, namun, jika semua bisa melewati ini dengan baik maka akan terbentuk masyarakat yang lebih kuat dan tangguh.


Prof Eko melihat bahwa efek pandemi ini telah membentuk 4 kuadran pendukung pendidikan yang terdiri dari orangtua siswa, siswa, guru, dan masyarakat. 


Beliau merinci kuadran 1 sebagai peranan orangtua siswa sebagai guru. Pada kuadran ini, orangtua siswa memiliki banyak peluang dan kontrol terhadap anaknya. 

Komunikasi yang lebih dimungkinkan antara orangtua dan anak. untuk alasan tertentu,maka orangtua siswa berkomunikasi dengan guru untuk mengklarifikasi tugas-tugas yang belum jelas. 


Orangtua siswa pun memiliki kesempatan besar untuk menanamkan nilai-nilai hidup dan karakter yang baik kepada anaknya.


Pada kuadran 2 terdapat siswa yang memiliki banyak peluang untuk berkreasi dan berinovasi. Mereka mendapatkan pendampingan yang minim dari guru sehingga harus berjuang cukup mandiri untuk menyelesaikan berbagai tugas. 


Ya, generasi yang kuat adalah generasi yang telah berhasil keluar dari berbagai kungkungan dan tekanan. Dengan menggunakan berbagai kemampuan imajinasi dan kreasi mereka menjadi terbiasa untuk mengelola prioritas dan keadaan secara mandiri.


Pada kuadran 3 adalah ruang di mana para guru mau tidak mau harus beradaptasi dengan berbagai peralatan dan perlengkapan teknologi yang mungkin selama ini kurang disentuh. Guru menyiapkan berbagai materi pembelajaran secara daring dan mempresentasikannya demikian juga.


Pada kuadran 4 peran masyarakat untuk turut mengambil bagian dlaam menyediakan berbagai platform belajar daring baik secara gratis maupun berbayar.


Baca juga: 

https://halobelajarsesuatu.blogspot.com/2020/10/sekolah-di-padang-gurun.html


VUCA WORLD


Masa pascaperang dingin, untuk menggambarkan situasi geopolitik di Afghanistan dan Irak, US Army War College memperkenalkan istilah VUCA.

VUCA adalah singkatan dari Volatility (ketidakberaturan), Uncertainty (ketidakpastian), Complexity (kerumitan), and Ambiguity (ketidakjelasan).

Konsep VUCA kemudian diadopsi oleh dunia bisnis. VUCA world. 

VUCA world digambarkan sebagi sebuah dunia yang mengalami dinamika sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya yang serba cepat dan sulit diprediksi sehingga menjadi gangguan bahkan kekacauan yang menerpa berbagai organisasi dan institusi. 

Situasi ini seolah begitu mengambang dan tidak jelas sehingga terus menjadi pertanyaan yang sulit dijawab. Apalgi didukung oleh adanya disrupsi dari perubahan perilaku konsumen sebagai efek domino dari disrupsi teknologi.

VUCA world telah berhasil membentuk tren baru. Oleh sebab keadaan yang serba tidak pasti ini makanya jika beberapa dekade lalu perusahaan mencari pekerja, lalu beralih menjadi pekerja mencari perusahaan, sekarang kembali  perusahaan-perusahaan justru sibuk mencari pekerja-pekerja berbakat dan bertalenta untuk bekerja kepada mereka. 

Jika dulu, keunggulan ditempatkan pada mesin, modal, kondisi geografis, maka sekarang pekerja-pekerja yang berbakat yang mampu beradaptasi dan mengelola VUCA world-lah yang diunggulkan. 

Meski demikian, sangta sulit mengubah VUCA world, kecuali melakukan beberapa kemungkinan penyesuaian secara bijaksana, seperti: menetapkan sasaran dan target realistis yang jelas, akurat, menantang; dengan hikmat dan bijaksana memprediksi tren masa depan dan menyiapkan berbagai kemungkinan pengelolaan institusi, dan mengembangkan kemampuan spiritualitas dalam doa kepada Tuhan agar tidak perlu takut menghadapi tantangan yang justru akan memacu institusi kepada kemajuan.

Efek VUCA dalam hidup sehari-hari terlihat pada hadirnya aktivitas transportasi online atau digital. Misalnya ojek online yang mulanya mendapat respon negatif tetpai kemudian mulai merambah ke berbagai daerah dan menjadi kebutuhan primer. 

Keadaan volatility-nya terlihat dari ketersediaan layanan antar jemput barang dan makanan maupun sistem pembayaran e-money, dan sebagainya.

Kondisi ini tentunya tidak hanya akan berhenti di dunia bisnis namun akan merambah semua keadaan termasuk pendidikan. 

Bagaimana dunia pendidikan erespon akan hal ini. Salah satu caranya adalah melalui penggunaan teknologi. 

Pembelajaran daring menggunakan berbagai platform bisa menjadi solusi yang inovatif dan kreatif untuk mengatasi dan mengelola disrupsi ini. 

Juga menggunakan berbagai software keuangan unutk mengelola keuangan sekolah.


baca juga: 

https://halobelajarsesuatu.blogspot.com/2020/05/belajar-di-dari-rumah-teknologi.html


Mengatasi kondisi uncertainty dengan cara mengumpulkan berbagai data yang akurat menggunakan teknologi informasi dan mengolahnya menjadi informasi yang layak dan dapat dipercaya. 

Kondisi complexity dapat dikelola melalui mengkorelasikan berbagai masalah yang ada dan menemukan titik-titik masalahnya lalu berusaha menemukan solusi yang tepat.

Kondisi ambiguitas dapat dikelola melalui berbagai ujicoba hipotesa yang ada untuk mendapatkan gambaran yang akurat sebelum mengambil keputusan. 


Kualitas lulusan masa kini  
Tren Tantangan Pendidikan Masa Depan


Menyikapi keadaan di atas dunia pendidikan perlu memperhatikan kualitas pembelajaran karena akan memberi dampak kepada kualitas lulusan dan ketersediaan tenaga kerja yang mumpuni dan dapat menyelesaikan masalah sesuai tantangan dan zamannya. 

Kualitas tersebut dapat mulai diperhatikan dari 8 Standar Nasional Pendidikan dalam hal ini terutama proses pembelajaran. 

Berbicara mengenai proses pembelajaran tidak terlepas dari urusan kurikulum. Para guru dapat melakukan inovasi pembelajaran lebih kontekstual kepada situasi pandemi dan efeknya sehingga melatih siswa memecahkan masalah dan berempati dalam membangun relasi dengan sesama. 

Misalnya melakukan interdisiplineri mata pelajaran Fisika, Kimia, Bahasa Indonesia, PKn, IPS, Matematika, dan Agama dalam membahas masalah disinfektan dan efeknya terhadap kehidupan bermasyarakat.

Demikian juga seiring dengan kondisi pandemi dan VUCA wolrd (dunia VUCA) maka beberapa langkah lain yang mungkin dilakukan adalah melakukan tinjauan ulang atas sasaran dan target pembelajaran yang diukurkan kepada kondisi real masa normal baru dan dunia VUCA. 


Setelah langkah ini, perlu dilihat kembali juga sumber daya yang ada apakah dapat digunakan untuk mencapai target baru di atas. Para pemimpin sekolah perlu melakukan pemetaan terhadap keadaan guru dan siswa untuk mengetahui apakah mereka siap melakukan model pembelajaran baru yang dirancang oleh sekolah, misalnya home based learning atau blended learning. 

Lalu, pemimpin sekolah juga perlu menelaah sejauh mana rentang antara kebutuhan dan ketersediaan sumber daya termasuk pemutakhiran penggunaan teknologi dalam pembelajaran dan keuangan sekolah untuk menyusun langkah-langkah strategis dan teknis taktis untuk menjembatani hal itu, dan langkah puncak yang penting adalah melaksanakan semua itu secara kreatif, inovatif, dan bijaksana dengan tetap bermitra dengan stakeholder dan pemerhati pendidikan.

 

baca juga: 

https://halobelajarsesuatu.blogspot.com/2020/08/mendidik-anak-sesuai-tantangan-dan-zamannya-era-digital.html


Tantangan pendidikan masa depan akan mejadi sangat kompleks di dunia VUCA. Karena itu proses pendidikan tidak bisa lagi hanya berfokus kepada menyiapkan siswa untuk menguasai ketrampilan tertentu. 

Sebab jika demikian, maka saat teknologi baru sudah muncul maka sangat mungkin ketrampilan yang baru dikuasai itu sudah tidak dapat digunakan lagi. 

Pendidikan tidak hanya menghasilkan lulusan yang memiliki daya sintas (bertahan hidup dalam kondisi yang tidak diinginkan, dalam jangka waktu yang lama) saja, tetapi harus dikembangkan dengan berbasis kepada penguatan kapabilitas siswa. 

Salah satu pilar transformasi pendidikan yang dapat dilakukan sekarang adalah melalui pembelajaran efektif dan menyenangkan melalui sistem dalam jaringan.

Pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dilakukan menggunakan berbagai metode belajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa (audio, visual, kinestetis), pendekatan sosio-humanis-religius, menuju ketercapaian tujuan pembelajaran, dan holistis (intelligence quotient, emotional quotient, spiritual quotient, dan adversity quotient). 

Dalam mempersiapkan ini guru harus memperhatikan kualitas pembelajaran, waktu, kurikulum, media yang digunakan, disrupsi kehidupan sebagai akibat dari hadirnya perkembangan artificial intelligence (AI), big data, dan connectivity

Kesemuanya ini menuntut rekonstruksi dari pemikiran akan mengejar spesialisasi dini dan sekedar ketrampilan teknis-taktikal dari seorang siswa. Sejak awal seorang siswa mesti diajar akan pentingnya memiliki wawasan berpikir generalis, strategis, holistis, melalui pembelajaran yang interdisiplin dan transdisiplin. 

Oleh bantuan big data dan connectivity siswa harus diajar untuk memiliki kemampuan berpikir dan daya analitis-sintetis. Sebagai seorang manusia, siswa harus dipersiapkan untuk mengerjakan apa yang mesin tidak dapat lakukan.



References

Adit, A. (2020, Juni 9). 5 Langkah Susun Strategi Pendidikan di Masa Depan Pasca Pandemi. Retrieved from Kompas.com: https://edukasi.kompas.com/read/2020/06/09/180742171/5-langkah-susun-strategi-pendidikan-di-masa-depan-pasca-pandemi?page=all

Aryanta, I. K. (2020, Mei 30). Menjaga Kualitas Pendidikan Di Masa Pandemi. Retrieved from NusaBali.com: https://www.nusabali.com/berita/74253/menjaga-kualitas-pendidikan-di-masa-pandemi

Binar, R. (n.d.). VOLATILITY, UNCERTAINTY, COMPLEXITY, AND AMBIGUITY (VUCA). Retrieved from Binakarir: http://binakarir.com/volatility-uncertainty-complexity-ambiguity-vuca/

Kenali VUCA untuk Identifikasi Strategi Bisnis Anda. (n.d.). Retrieved from Jurnal Enterpreneur: https://www.jurnal.id/id/blog/kenali-vuca-untuk-identifikasi-strategi-bisnis-anda/

Mardiya. (2009, Desember 22). Mardiya. Retrieved from PENDIDIKAN MASA DEPAN, KONSEP DAN TANTANGAN: https://mardiya.wordpress.com/2009/12/22/pendidikan-masa-depan-konsep-dan-tantangan/

  






 


Continue reading Tantang Tren Disrupsi Pendidikan