Tuesday, December 22, 2020

Pendidikan Membangun Keluarga

grefer pollo
oleh Grefer E. D. Pollo, S.P., M.Pd



Keluarga adalah tempat yang terindah di dalam kehidupan. Tempat yang aman dan tenteram. Tempat di mana setiap kesalahan diterima tanpa di-bully namun, didisiplinkan demi perbaikan

Tempat di mana saat memberi dan saat menerima terjadi. Tempat di mana kasih, keampunan, dan keadilan dalam kebenaran dijalankan sehingga lahirlah kemuliaan dan hormat yang satu dengan lainnya.

 

Tempat di mana ketika Anda memasuki rumah yang sedang dalam kegelapan lalu seseorang akan berlari mengambil sebuah pelita bagi Anda. 


Tempat di mana saat Anda sedang menggigil kedinginan kemudian yang lainnya mengambil selimut, menutup Anda sambil merangkul Anda. 


Tempat di mana setiap tetesan airmata Anda memiliki makna dan takkan dibiarkan menetes sia-sia lalu jatuh ke bumi. 


Tempat di mana kegirangan dan sukacita Anda dirayakan bersama tanpa rasa iri dan dengki. Tempat di mana setiap tertawa bermakna dan takkan pernah dibiarkan seorangpun tertawa sendirian.


baca juga: https://halobelajarsesuatu.blogspot.com/2021/08/gereja-dan-sinema-sebuah-keker-kultural.html 


Keluarga adalah tempat di mana setelah Anda menjadi letih, lelah, sedih, capek, cukup waktu bersuka di luar rumah maka Anda akan rindu untuk pulang kembali. 


Pulang kembali ke rumah. Selain, Pencipta Anda, maka tak ada yang mengasihi Anda lebih daripada keluarga Anda. Saat Anda bahagia dan berkecukupan, tetangga dan teman bergaul Anda akan menerima Anda apa adanya. 


Tapi saat Anda sedih dan butuh dimengerti keluarga Anda adalah orang pertama yang akan menerima Anda apa adanya dan bersama Anda.

Apakah Anda menyadari bahwa semua keadaan kehidupan akhirnya akan dipersiapkan untuk “pulang”?. Kembali ke asalnya. Kembali ke rumah. 


baca juga: https://halobelajarsesuatu.blogspot.com/2020/10/sisi-lain-dari-literasi-teknologi-dan.html

Kembali ke keluarga yang sesungguhnya. Kembali kepada Dia yang telah menciptakan keluarga pertama. Kembali ke rumah Bapa. 

Seluruh pengalaman hidup Anda dan saya adalah sebuah jalan persiapan untuk menyiapkan Anda dan saya menempuh perjalanan pulang. 

Sehingga saat Anda dan saya tiba di rumah, Anda dan saya akan membawa “cukup ole-ole”. Saat di luar rumah sekarang ini marilah bekerja sedemikian rupa supaya Anda memiliki “cukup uang” untuk “membeli ole-ole” itu.

 

Rumah adalah kondisi ideal yang dirindukan oleh semua orang. Dalam rumah, seluruh kehidupan yang sesungguhnya itu terjadi. Ya, seluruh kehidupan dimulai dari rumah. 

Semua pembelajaran dimulai dari dalam rumah. Gedung tanpa rumah tidak ada artinya. Demikian juga seperti tubuh tanpa nyawa. 

Nyawa menghidupi tubuh demikian pula rumah menghidupi gedung. Seperti gedung,  tubuh dapat dibiayai, dapat dibeli tetapi tidaklah demikian dengan nyawa dan juga rumah. 

Membangun keluarga adalah membangun rumah, bukan gedung. Membangun keluarga adalah membangun nyawa, bukan tubuh. 

Membangun keluarga adalah membangun esensi, bukan prestise. Membangun keluarga adalah membangun nilai, bukan angka. 

Membangun keluarga adalah membangun desa, bukan kota. Mengapa desa? Desa adalah area dan spirit di mana kekeluargaan itu benar-benar dialami.

 

Sekolah menyelenggarakan pendidikan demi menghidupi keluarga dan membangun keluarga. Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang terlepas dari keluarga. 


Pendidikan yang sejati dan efektif akan mengembalikan seseorang kepada keluarga untuk membangun keluarga. Karena itu, sudah sepatutnyalah kurikulum pendidikan diisi dengan nilai hidup untuk membangun dan menghidupi keluarga. 

Keluarga adalah miniatur gereja. Keluarga adalah basis negara dan bangsa. 

Kehancuran gereja dan bangsa dimulai dari kehancuran keluarga. 

Keluarga yang dibangun dan kuat akan mengokohkan bangsa dan spiritualitas gereja, negeri, dan negara. 


Anda hanya dapat mengelola gereja, Anda hanya dapat mengelola negara jika Anda telah belajar mengelola keluarga Anda.  



Allah memiliki rencana atas hidupmu
sumber akun youtube: ged pollo berbagi





Continue reading Pendidikan Membangun Keluarga

Friday, December 11, 2020

Apa Yang Tertulis Biarlah tetap Tertulis

 


grefer pollo
oleh: Grefer E. D. Pollo, S.P., M.Pd


Di dalam belajar tentu Anda membutuhkan seorang guru. Tanpa guru, tidak akan pernah ada pembelajaran. 

Sewaktu belajar, latihlah diri Anda untuk tidak melampaui apa yang sudah tertulis. Apa yang sudah diatur. Apa yang sudah ditetapkan. 

Janganlah memikirkan apa yang melebihi kemampuan Anda untuk berpikir. Janganlah melampaui apa yang dapat Anda yakini. Janganlah melampaui apa yang sudah diajarkan. Apa yang tertulis, biarlah tetap tertulis.


Mungkin Anda berpikir, jika demikian, bagaimana para murid dapat berekspresi dan memiliki kreativitas? Sebab, kreativitas memiliki kecenderungan “melampaui” aturan

Saya akan menjawab bahwa benar sebuah kreativitas memiliki kecenderungan “melampaui” aturan namun tetap di dalam aturan. 

Sebuah aturan di dalam aturan. Membaca jawaban saya ini mungkin Anda bingung dan juga akan tertawa. 

Bagaimana mungkin hal ini terjadi? Sebuah aturan di dalam aturan. Tetapi, demikianlah kehidupan. Memiliki lapisan yang sulit digali dan diinterpretasi. 

Di atas awan ada awan. Di balik awan yang menitikkan hujan, ada pelangi. Setelah planet bumi masih ada banyak planet yang berjejeran di angkasa raya yang belum terdeteksi dan mungkin tidak akan terdeteksi sampai kapanpun sampai jam kehidupan di bumi ini berhenti berdetak dan akhir segala sesuatu pun tiba.

 

Kreativitas membawa kehidupan sebab kemampuan kreasi manusia didapatkan dari penciptanya (the Creator). 

Seperti sebuah kehidupan sulit dicerna demikianlah sebuah kreativitas. Namun, seperti apapun adanya kemampuan sebuah kreativitas, tetap ada batasnya. 

Hidup ini ada batasnya. Ada batas air untuk mengalir dan berkumpul. Ada batas jauhnya bagi kaki untuk melangkah. Ada batas rentang waktu bagi nafas untuk tarik – hembus


Ada batas waktu bagi jantung untuk berdetak. Ada batas jarak bagi mata untuk memandang. Ada batas tangan untuk merangkul. Ada batas kreativitas untuk dikembangkan. The Creator tidak terbatas. The creation terbatas adanya.
Continue reading Apa Yang Tertulis Biarlah tetap Tertulis

Wednesday, December 2, 2020

Tujuan hidup manusia

manusia diciptakan untuk beribadah kepada Tuhan
oleh: Grefer E. D. Pollo, S.P., M.Pd


Manusia diciptakan bukan untuk manusia, bukan untuk teknologi, bukan untuk dunia, bukan untuk materi. Manusia diciptakan untuk melayani, beribadah, memuliakan, dan menyembah Tuhan. 


Penyembahan manusia kepada Tuhan secara vertikal dan horisontal laksana sebuah tanda salib. Vertikal langsung tertuju kepada Allah dan horisontal melalui manusia. Karena itu, Tuhan mengaruniakan kepada manusia karisma dan karakter. 


Karisma dibutuhkan manusia untuk menaklukkan dunia bagi Allah. Karakter diperlukan manusia bagi pelayanan kepada sesama.
 
Untuk maksud itu, manusia diperlengkapi dengan karunia, kreativitas, dan talenta serta berbagai kemampuan. 

Manusia sanggup melakukan hal-hal yang luar biasa karena Tuhan yang sudah menciptakan manusia dan yang harus disembah dan dilayani oleh manusia itu mahakuasa dan sempurna. Fokus kehidupan manusia tertuju kepada Allah. 


fokushidup manusia kepada Allah



Karena dia berasal dari sana dan akan kembali ke sana. Karena itu, manusia tidak diciptakan untuk menentukan tujuan hidupnya sendiri sekalipun dia memiliki kehendak bebas, memuaskan dirinya sendiri, mengumpulkan segala sesuatu untuk dirinya sendiri, dan sebagainya. 

Tetapi manusia memiliki tujuan hidup dari Allah. 


<span>Photo by <a href="https://unsplash.com/@kellydee?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Kelly Miller</a> on <a href="https://unsplash.com/s/photos/chair?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Unsplash</a></span>



Jika Anda adalah seorang pengrajin kursi maka Anda tahu betul bahwa kursi yang Anda buat tidak punya tujuan sendiri. Setelah kursi itu Anda buat, dia tidak akan langsung berjalan dan mencari tempat untuk diletakkan. Andalah yang menentukan di mana kursi itu akan diletakan. 

Demikian juga manusia yang adalah ciptaan Allah. 

 

 

 
Continue reading Tujuan hidup manusia

Tuesday, December 1, 2020

,

Janganlah lupakan hal ini, Guru ...

grefer pollo
oleh: Grefer E. D. Pollo., S.P., M.Pd


Seorang anak belajar lebih banyak dari “daging” daripada “kata-kata”. Perbuatan memiliki pengaruh lebih kuat daripada perkataan. 


Di saat Anda belajar, lebih dari 50 persen ingatan Anda terhadap apa yang sedang Anda pelajari terbentuk melalui perbuatan. 

Artinya, Anda melakukan apa yang sedang Anda pelajari. Persentasi sisanya Anda dapatkan melalui melihat dan persentasi terkecil melalui mendengar. Akan jauh lebih baik jika guru Anda menggabungkan ketiga hal tersebut di dalam pengajarannya. 

Perbuatanlah yang lebih banyak membentuk karakter daripada perkataan. Anda mungkin akan segera bersimpati kepada seseorang karena perkataannya tapi pasti, Anda segera tidak akan berempati kepada dia jika perbuatannya tidak seperti perkataannya sebelumnya.


Guru dan Pak Pos


Bagi Anda yang menghidupi masa remaja dan pemudanya pada sebelum era 95-an, akan sangat akrab dengan pak pos. 

Apalagi, bagi Anda yang sedang menanti kiriman surat dari orang yang sangat dicintai. Menanti kehadiran pak pos seperti menanti durian jatuh. 

Seperti menanti penggenapan sebuah janji. Kehadiran pak pos seolah segera menjawab penantian yang sangat panjang. Seolah memberi harapan pasti. 

Yang Anda nantikan adalah isi suratnya. Bukan suratnya. Bukan pula pak pos.

 


Pak pos tidak tahu isi surat yang diantar. Dan memang, pak pos tidak mau tahu dan tidak peduli degan isi suratnya.    

Itu bukan urusannya. Pak pos tidak mengenal Anda dan tidak mau tahu siapa Anda. 

Entah Anda menerima surat itu sambil menangis atau sambil tertawa itu bukan tanggung jawabnya. 

Tugas pak pos hanyalah memastikan surat yang diantarnya tiba dengan selamat di alamat yang tepat. Pak pos tidak ada hubungan apapun dengan isi surat dan pemilik surat. 

Beda dengan guru. Guru bukan pak pos.



Seorang guru memiliki hubungan yang kuat dengan apa yang disampaikannya. Apa yang disampaikan adalah kehidupan guru itu sendiri. 

Guru menghidupi pengajarannya lalu menyampaikannya kepada muridnya. Guru dan murid memiliki relasi yang sangat kuat. Relasi itu didapatkan karena panggilan hidupnya. 

Guru terpanggil untuk membawa para muridnya mengenal dan memiiki relasi intim dengan Pencipta mereka. Dengan demikian murid tersebut akan menemukan pengajaran dari kehidupan yang nyata. 

Prinsip seorang guru adalah lakukan apa yang dikatakan. Katakan apa yang dilakukan.


 

"untuk dia yang terus berjalan mencari arti hidup"

Saat belajar berjalan, setiap orang pasti pernah jatuh, jatuh, dan jatuh, dan jatuh...

Jika hari ini dia tegak berdiri dan terus berjalan, itu artinya sejak saat itu dia tetap belajar berjalan, dan berjalan, dan berjalan...

 

Orang yang hebat bukan orang yang tidak pernah jatuh, tetapi dia yang bangkit kembali setelah jatuh...                        


ged pollo


Continue reading Janganlah lupakan hal ini, Guru ...

Monday, November 30, 2020

Guru, Kurikulum Hidup

oleh: Grefer E. D. Pollo, S.P., M.Pd


Dalam buku berjudul Dipanggil untuk Memimpin, Kenneth O. Gangel, sang editor memuat tulisan dari Ellen Lowrie Black dan Robert M. Miller. Dalam tulisan itu Gangel mengisahkan sebuah pertandingan yang sangat seru. Waktu itu pertandingan sementara berlangsung penuh ketegangan.  


Sudah tiba babak (inning) kesembilan. Serasa semua orang sedang merasakan tekanan di saat pemukul bola sedang melangkah ke tempatnya. Skor sedang imbang saat satu pemain sedang out dan seorang pelari berada di hong ketiga. Kini, pemukul memukul bola dengan tajamnya. 

Bola menyusuri tanah dan menuju ke hong kedua. Namun, seperti keajaiban terjadi, bola dapat ditangkap oleh pemain lawan. Dengan upaya agar lawan tidak mendapat nilai maka bola tersebut dilempar ke hong terakhir. 

Sesuatu peristiwa yang dramatis terjadi di mana pelari hong ketiga dan bola yang dilempar itu tiba secara bersamaan di hong terakhir dalam kepulan debu. Pada saat itu, seolah-olah seluruh pertandingan berhenti selama satu detik. Semua mata di stadion itu tertuju ke arah wasit sambil menunggu keputusannya. Apakah kejadian tiba bersamaan di hong terakhir itu adalah akhir dari pertandingan itu ataukah masih dilanjutkan dengan babak tambahan?

 

Jika Anda adalah guru, maka Anda pasti akan selalu berhadapan dengan kondisi yang menentukan untuk mengambil keputusan segera. 




Keputusan-keputusan tersebut akan berdampak bagi masa depan murid Anda. Saya ingin mengatakan bahwa Anda terbentuk dari keputusan yang telah Anda buat di masa lalu. 

Oleh sebab itu, salah satu bagian terpenting dari hidup adalah belajar membuat keputusan. Bagian itu seharusnya diajarkan di dalam kurikulum di sekolah ataupun kurikulum kehidupan. Anak Anda perlu dan harus belajar mengambil keputusan dari Anda. Demikian juga seorang murid dari gurunya. 



Mungkin Anda sudah pernah mendengar bahwa guru adalah kurikulum hidup. Itu benar, dan memang demikian adanya. Kualitas pendidikan pertama-tama terletak pada kualitas guru. Bukan fasilitas, bukan jenis bangunan sekolah, atau yang lainnya. 


Mengapa? 


Oleh karena guru mengajari apa yang diyakininya. Kekuatan sebuah keyakinan dalam diri memberi dampak hidup dan mati. 

Guru mengajari tentang kehidupannya. Pengajarannya terikat kuat kepada kehidupannya. Dengan demikian maka guru bukan hanya berada di sekolah formal. 

Tetapi, guru juga adalah orangtua, teman, media massa, pendeta, pedagang pasar, sopir angkot, dan lain-lain. Guru adalah pribadi yang berbagi pengetahuan dan kehidupan. Yang daripadanya Anda dan saya belajar.

 

Pendidikan yang Anda dan saya kenal saat ini memiliki sejarah yang panjang. Sejarah ini terlihat jelas dari proses pendidikan mulai dari pendidikan prasejarah, tradisional, modern, dan postmodern. 


Proses dan pertumbuhan ini memberi kesan vital dan esensialnya sebuah pendidikan demi membentuk manusia menjadi pribadi yang utuh. Begitu vitalnya pendidikan maka, revitalisasi pendidikan telah dilakukan berulang-ulang. Namun, sayangnya revitalisasi itu kebanyakan masih berkutat kepada metode belajar mengajar, administrasi guru, dan bukan kepada pribadi guru itu sendiri. Lebih banyak terjadi pada kulit luar pendidikan dan bukan esensi atau spirit dari pendidikan. 




Hanya pada kemasan dan bukan konten. Seringkali, kemasan terlihat bagus tapi kontennya sudah kedaluwarsa.

Negara-negara yang kuat dengan pengajaran dan filsafat kehidupannya seperti India, Cina, Mesir, dan Israel didukung oleh guru-guru mereka yang hebat. 

Dari sejarah bagsa-bangsa itu, Anda temukan bahwa para guru mereka telah menemani dan mewarnai sejarah bangsanya dengan pengajaran dan filsafat yang terbukti dan teruji hingga kini. 

Terlahir dan terbentuk orang-orang pintar, cerdas, bijak yang tidak saja mempengaruhi negara mereka tetapi juga benua lainnya.

 

fungsi guru



Di sana, fungsi guru juga dijalankan oleh imam atau nabi mereka. 

Guru-guru tersebut mengajari murid-muridnya mengenai kehidupan yang berujung kepada keselamatan. Alhasil, guru-guru itu sangat dihormati dan terkenal di masyarakat. 

Bahkan, mereka dihormati oleh murid-murid mereka lebih daripada orangtua mereka. 


Referensi

Edlin, R.J., 2014. Hakekat Pendidikan Kristen. PT BPK Gunung Mulia. Jakarta

Gangel, O. K., 2009. Dipanggil Untuk Memimpin. ACSI Indonesia Surabaya


Continue reading Guru, Kurikulum Hidup

Saturday, November 28, 2020

,

coping stress

photo by Robert Bye on Unsplash



oleh: Grefer E. D. Pollo, S.P., M.Pd

Demi memajukan pendidikan nasional Indonesia, berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya adalah adaptasi kurikulum terhadap tantangan zaman agar dapat mendekatkan lulusan kepada kebutuhan masyarakat dan kehidupan yang lebih baik. 

Fakta sejarah penddikan Indonesia mencatat bahwa telah lebih dari 10 kali kurikulum pendidikan Indonesia telah berganti. Namun, bagaimana riwayat pendidikan itu kini?

Para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anak mereka dan biaya pendidikan yang makin tinggi. Siswa mengeluhkan kurang relevannya materi yang dipelajari dengan kenyataan sehari-hari. 

Para pemilik perusahaan mengeluhkan kurang berkualitasnya kompetensi pencari kerja. 

Masyarakat luas mengeluhkan cepatnya perubahan teknologi digital yang sulit dijangkau dan dipergunakan oleh mereka. 

Belum lagi ditemukan solusi yang tepat bagi berbagai permasalahan di atas, awal tahun 2020, covid-19 mewabah di Indonesia sehingga memaksa sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat mesti berubah dan beradaptasi dengan model kehidupan baru.

Untuk meminimalisir paparan covid-19, berbagai upaya sudah dikerahkan. Di antaranya adalah ide bekerja dari rumah, beribadah dari rumah, dan belajar dari rumah. 


Penerapan ide atau kebijakan ini memrasyaratkan kebutuhan akan teknologi.


Sedangkan konsekuensi dari hal ini adalah menghadapi tantangan baru yaitu masih banyak siswa, orangtua siswa, dan guru yang belum melek teknologi, banyaknya daerah yang belum dijamah listrik dan jaringan internet yang memadai.

Tantangan baru ini dapat saja menjadi hambatan atau pun menimbulkan stres tersendiri.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan stres sebagai kekacauan atau gangguan mental dan emosional yang diakibatkan oleh faktor luar; ketegangan. 

Bagaimana tiap orang meresponi stres ini tentunya berbeda-beda.

Cara tiap orang untuk menghadapi, menekan, atau mengelola stres baik melibatkan kognitif atau emosi ini disebut sebagai coping stress.





Ada 2 jenis coping stress yakni problem-focused coping dan emotion-focused coping. Problem-focused Coping didefinisikan sebagai cara mengatasi masalah yang ditujukan langsung kepada sumber stres dan berorientasi pada pemecahan masalah. Tujuannya adalah untuk mengontrol maupun menghilangkan sumber stres. 

Sedangkan emotion-focused coping diartikan sebagai cara dan upaya yang dilakukan seseorang untuk mengatasi masalahnya. Upaya ini dilakukan dengan fokus kepada emosi-emosi negatif yang berhubungan dengan sumber masalahnya.


Carver mendeskripsikan ada 5 aspek dimensi 
problem focused coping.  

  1. active coping, yakni langkah yang diambiloleh seseorang untuk mencoba menghilangkan penyebab stres atau memperbaiki akibatnya.
  2. planning, yakni proses memikirkan cara yang tepat untuk mengatasi penyebab stres.
  3. seeking for instrumental support, yakni perbuatan seseorang untuk mencari dukungan sosial seperti nasihat, saran, dan informasi demi menyelesaikan masalahnya
  4. behavioral disengagement, yakni sikap dan tindakan seseorang yang menyerah dengan keadaan sehingga tidak lagi berusaha mengatasi masalah yang menjadi penyebab stresnya.
  5. self blaming, yakni sikap dan tindakan seseorang untuk menyalahkan diri sendiri terhadap konflik yang sedang dihadapinya.


Photo by Tom Pumford on Unsplash


Sedangkan untuk emotion-focused coping, Carver mendeskripsikan menjadi beberapa aspek seperti di bawah ini.

  1. seeking for emotional reason, yakni sikap dan tindakan seseorang untuk berbagi apa yang dirasakan dan dialaminya kepada orang lain sehingga bisa mendapatkan dukungan emosional seperti rasa simpati dan pengertian dari orang lain.
  2. positive reframing, yakni keputusan untuk menemukan makna dari apa yang terjadi dan belajar dari  pengalaman tersebut.
  3. acceptance, yakni sikap dan keputusan untuk menerima masalah yang dihadapi sebagai sesuatu yang sudah terjadi 
  4. venting, yakni sikap dan tindakan untuk meluapkan emosi saat mengalami tekanan 
  5. self distraction, yakni sebuah tindakan untuk tidak tertekan dengan pikiran atas masalah dengan cara  bekerja atau melakukan aktivitas lain.
  6. religion, yakni seseorang yang sedang mengalami masalah mencari pertolongan dan solusi dari Tuhan yang dipercaya dan disembah 
  7. humor, yakni sebuah tindakan untuk membuat lelucon mengenai masalah yang sedang dihadapinya
  8. substance use, yakni seseorang berupaya untuk mengatasi stres dengan memakai dan mengonsumsi obat-obatan terlarang ataupun meminum minuman beralkohol.


Sangat baik jika para guru dan orangtua siswa mengetahui bagaimana tiap siswa atau anak-anak mereka melakukan coping stres lalu menuntun kepada cara yang tepat dan bijak untuk mengelola stres sehingga tidak menimbulkan kerugian atau hal-halyang tidak perlu.


Photo by Zac Durant on Unsplash



Terutama menyerahkannya kepada Tuhan melalui doa dan pergumulan pribadi lalu melakukan apa yang diyakini benar dan bijaksana.





Referensi


HANDADARI WOELAN & VIRGINIA SUKMA DEWI (2018). COPING STRESS PADA WANITA YANG MENIKAH MUDA DALAM MENGHADAPI KONFLIK PERNIKAHAN. Retrieved from Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental: http://www.journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jpkk30a814ba3efull.pdf

Mahardika, L. (2018, Oktober 13). "Coping Stress", Definisi dan Berbagai Pertanyaan Terkaitnya. Retrieved from KOMPASIANA: https://www.kompasiana.com/dennysantos038/5bc1d48cc112fe2a085e70d3/apa-itu-coping-stress-definisi-dan-berbagai-penelitian-terkait?page=all

Hanifah N, dkk., (2020, April). Strategi Coping Stress Saat Kuliah Daring Pada Mahasiswa Psikologi Angkatan 2019 Universitas Andalas. Retrieved from JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA: http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jpt/article/viewFile/4829/2580

 



Continue reading coping stress