Wednesday, November 18, 2020

,

Pembelajaran Daring Berbasis Teams, Mentimeter, dan Quizizz

 

belajar daring

oleh: Grefer E.D. Pollo, S.P., M.Pd


Wajah dunia pendidikan berubah total sejak dilanda pandemi covid-19


Perubahan ini telah menjadi sebuah hambatan dalam melaksanakan program yang telah dirancang sebelumnya, namun di sisi lain menjadi sebuah tantangan atau batu loncatan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.  

 

Salah satu batu loncatan itu adalah bekerja dari rumah, beribadah dari rumah, dan belajar dari rumah. 


Program pembelajaran ini turut menghasilkan model e-learning sinkronous dan e-learning asinkronous atau pembelajaran berbasis eletronik yang memprasyaratkan kekuatan tekonologi untuk mencapai tujuan pembelajaran di atas dan bukan sebagai tujuan itu sendiri. 


Meski demikian, peranan dan kehadiran guru dan orangtua tetap menjadi faktor penentu. Namun, efek samping dari penggunaan teknologi ini menghadirkan masalah lain oleh karena kebanyakan masyarakat Indonesia termasuk guru, siswa, dan orangtua siswa gagap teknologi. 




Belum lagi ditambah dengan masih kurang kuatnya jaringan internet di berbagai daerah di Indonesia termasuk di daerah saya. Dalam situasi seperti ini inovasi dan kreativitas harus berperan penting. Guru dan orangtua bahkan pemerintah harus dapat berkreasi.

 


Platform yang Digunakan

 

Demi mendukung pemutusan mata rantai penyebaran covid-19, maka sekolah tempat saya mengabdi telah mempersiapkan tools (peralatan dan kelengkapan) e-learning synchronous dan e-learning asynchronous untuk memfasilitasi pembelajaran (di) dari rumah, yakni Microsoft 365 di samping aplikasi lain seperti zoom, mentimeter, Quizizz, dan lain-lain sesuai dengan kesepakatan guru dan siswa/orangtua siswa. 







Aplikasi teams yang ada dalam Microsoft 365 dilengkapi dengan fitur chatting, telpon, dan juga video calls. 


Selama hampir 3 bulan mendampingi siswa dalam pembelajaran Home Based Learning –HBL (istilah yang kami gunakan di sekolah), kelas dimulai tiap pagi jam 7.30 dengan kegiatan devosi (kesempatan belajar firman Tuhan dan berdoa antara guru dan siswa). Pembelajaran diakhiri pada jam 12.30 siang. 

Selama masa ini saya belajar bahwa interaksi antara guru dan siswa adalah unsur penting dalam meraih pengalaman belajar yang diinginkan. 

Dengan menggunakan model online chatting saya berharap siswa bersemangat belajar dari rumah karena memiliki pengalaman belajar yang berbeda. Kelas pembelajaran dilakukan mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan oleh kurikulum sekolah. 

Dalam tiap sesi pembelajaran dilakukan pengecekan kehadiran melalui kuis atau refleksi pembelajaran sebelumnya atau testimoni siswa tentang perenungan firman dalam devosi mereka. Juga pengecekan kehadiran di akhir sesi melalui tugas atau kuis.

 

Untuk menuntun siswa mengikuti pembelajaran dengan terarah saya memberikan agenda belajar harian yang disampaikan baik melalui online chatting ataupun video yang di-upload di files teams. 


Siswa diminta untuk mengaksesnya dan mempelajari isi video tersebut. Jika siswa tidak mengikuti pembelajaran seperti seharusnya, maka saya akan menghubungi mereka setelah sesi pembelajaran melalui private chatting di teams.

 

Awal melakukan pembelajaran online ini saya mengalami beberapa kendala seperti belum menguasai secara baik fitur yang ada, jaringan internet yang tidak stabil sehingga pesan kurang tersampaikan, pengiriman file tidak segera bisa diakses, ataupun pemadaman lampu oleh pihak PLN, akibatnya performa kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas menjadi kurang baik. 


Adakala juga siswa merasa kelelahan atuapun sakit sehingga harus beristirahat karena mengerjakan banyak tugas. Beberapa siswa merasa jenuh dengan model belajar yang saya berikan.

 

Mengevaluasi dan merefleksi keadaan ini saya munculkan kuis untuk pengecekan kehadiran mereka di awal dan akhir sesi pembelajaran, pengerjaan tugas menggunakan aplikasi mentimeter dan Quizizz. 


Juga memberikan link video dari youtube kepada siswa lalu meminta mereka mengakses link tersebut dan mengerjakan tugas yang saya berikan. Siswa lebih menyukai model belajar seperti ini karena mereka terlibat secara langsung dan menjadi subyek belajar sertan sesuai dengan gaya belajar mereka yang lebih audio visual.

 

Selama sesi pembelajaran dimulai, saya akan menyapa mereka dan mereka akan menanggapi sapaan saya. Kemudian, saya akan menanyakan apakah mereka sudah sarapan atau belum. Jika belum, maka saya akan memberi waktu beebrapa menit untuk mengambil sarapannya lalu belajar sambil sarapan. 


Saya terus berkomunikasi denga siswa menggunakan online chatting dari teams. Saya mengontrol keakfitvan siswa dengan mengecek pembelajaran yang mereka lakukan. Di sela-sela pembelajaran, siswa diberikan waktu untuk beristirahat antara 10-15 menit.

 


Evaluasi pembelajaran


Untuk mengevaluasi keseluruhan pembelajaran online yang dilakukan oleh semua guru, para guru melakukan pertemuan evaluasi pembelajaran mingguan untuk mengetahui perkembangan pengalaman belajar dari tiap siswa dan juga pengalaman mengajar dari para guru. 


Para guru memberikan respon positif terhadap aplikasi yang digunakan untuk pembelajaran online ini meskipun beberapa di antaranya perlu menyesuaikan diri. 


Sistem pengajaran ada yang menggunakan tatap muka secara langsung (e-learning synchronous) dan ada yang menggunakan kolaborasi tatap muka secara langsung dan online chatting serta e-learning asynchronous (pembelajaran offline). 

Meskipun model pembelajaran seperti ini cukup membantu untuk siswa dan guru, namun masih terdapat kesulitan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa karena tidak dapat diketahui apakah mereka mengerjakannya seorang diri tanpa menyontek atau bertanya pada orang lain, atau bahkan orang lain yang mengerjakan bagi mereka.

 

Hasil pertemuan kami tindaklanjuti, antara lain melakukan pendekatan kepada siswa yang kesulitan belajar atau yang tidak mengikuti pembelajaran untuk mengetahui kendala apa yang mereka hadapi dan apa yang bisa dibantu agar mereka bisa belajar. 


Walikelas diminta menghubungi siswa tersebut untuk melihat perkembangan belajarnya termasuk menghubungi orangtua siswa untuk membangun kerja sama dengan mereka. Saran atau konstribusi dari orangtua siswa dan juga siswa ditampung dan dipertimbangkan untuk dilakukan sesuai kebijakan sekolah yang berlaku dan kondisi yang ada. 


Semua bekerja sama agar pembelajaran tetap berjalan dan berharap tidak menurunkan kualitas pengalaman belajar dari siswa.

 

Sedangkan, khusus untuk asesmen terhadap siswa dan evaluasi pembelajaran yang saya sendiri telah ajarkan, saya lakukan melalui pemberian tugas yang dapat dikerjakan secara sinkronous dan asinkronous. 


Cara sinkronous dengan memberikan kuis online menggunakan aplikasi mentimeter dan Quizizz yang harus dikerjakan saat itu juga sambil saya menunggu atau memantau melalui online chatting. Sedangkan, cara asinkronous melalui postingan tugas di teams pada fitur files. 


Siswa dapat men-download-nya lalu mereka mengerjakan dan harus dikumpulkan pada batas waktu yang sudah saya tentukan. Batas waktu yang saya tentukan kadang di akhir sesi pembelajaran sekaligus sebagai alat cek kehadiran siswa, kadang pada beberapa hari kemudian. Siswa diminta untuk mem-post tugas yang sudah mereka kerjakan pada folder yang sudah saya buat di fitur files teams. 


Untuk membantu saya mengetahui siapa saja yang sudah mengumpulkan, saya meminta mereka memberikan nama file dengan prosedur: nama depan_nama belakang_judul tugas&tanggal_nama. 


Jika belum ada yang mengumpulkan atau tidak hadir maka saya akan menanyakan kondisi mereka melalui online chatting atau menelpon mereka menggunakan fitur di teams. 


Dalam evaluasi ini juga saya menemukan bahwa beberapa siswa bangun kesiangan karena semalam tidur larut entah karena mengerjakan tugas atau bermain game. Untuk hal seperti ini saya akan menasihatinya lalu meminta mereka mengerjakan kuis bukti hadir.

 

Cara lain yang saya gunakan adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberi masukan atau refleksi terhadap pembelajaran yang sudah saya lakukan. 


Ada yang memberi masukan tentang banyaknya tugas yang saya berikan dan modifikasi metode pembelajaran. Menanggapi pendapat dari siswa ini saya menggunakan model bermain sambil belajar melalui aplikasi mentimeter dan Quizizz.

 


 

Kerja sama guru dan orangtua siswa


Pengawasan guru terhadap pembelajaran di rumah jauh berkurang dibandingkan di sekolah. Karena itu, peranan orangtua siswa sangat diperlukan misalnya, menasihati anaknya untuk mengatur prioritas antara waktu belajar, bermain game, dan istirahat.



Daftar Rujukan

 

https://tirto.id/orang-terpelajar-dan-homeschooling-bQry 9 mei 2020

https://rumahinspirasi.com/sejarah-homeschooling-di-indonesia/ 9 mei 2020

 https://www.finansialku.com/perbedaan-homeschooling-dan-sekolah-formal/ 9 mei 2020

https://www.kajianpustaka.com/2018/06/pengertian-karakteristik-jenis-dan-metode-homeschooling.html 9 mei 20

https://kiajar.com/pengertian-edukasi/ 9 mei 20

http://kopertis3.or.id/v2/wp-content/uploads/Paulina-Pannen-Kebijakan-PJJ-dan-E-Learning.pdf

https://books.google.co.id/books?id=O2azDwAAQBAJ&pg=PA13&lpg=PA13&dq=definisi+pembelajaran+sinkronus&source=bl&ots=6cZ6IZXNXA&sig=ACfU3U1WA1QwCPvjZ03Na95wZzjkuGUvPw&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiYjsHM08jpAhUPbn0KHRPDDSw4ChDoATAAegQIChAB#v=onepage&q=definisi%20pembelajaran%20sinkronus&f=false. Diakses 23 Mei 2020

https://www.academia.edu/10508073/SYNCHRONOUS_AND_ASYNCHRONOUS_LEARNING. Diakses 23 mei 2020

http://elearningbdlhksmd.blogspot.com/2017/01/sejarah-singkat-e-learning-dan-e.html. Diakses 23 Mei 2020

https://media.neliti.com/media/publications/279501-konsep-dan-aplikasi-mobile-learning-dala-e91aa6f2.pdf. Diakses 23 Mei 2020


tulisan ini pernah dimuat dalam buku antologi (menulis bersama)


2 comments:

  1. patut disyukuri, bahwa ada sekolah yang siap melaksanakan pembelajaran daring dengan tools yang variatif. Orang tua pun turut andil. Bandingkan tulisan-tulisan saya tentang sekolah di pedesaan. R i b e t, tapi mesti pembelajaran berlangsung dalam segala keterbatasannya. Semangat pak Pollo. Lanjutkan. Terima kasih untuk artikel yang memotivasi ini. Yesus Guru sepanjang masa memberkati.

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih untuk atensi dan supportnya pak roni. Sejauh ini saya masih salut dengan pembelajaran di pedesaan baik siswa, orangtua siswa, dan para gurunya. Sekolah di kota harus belajar esensi pendidikan dari sekolah-sekolah di pedesaan. Bagaimana kalau ini dibuat menjadi sebuah tulisan ttg inspirasi pendidikan di pedesaan?

      Delete