oleh Grefer E. D. Pollo, S.P., M.Pd
Mengapa Saudara tidak dapat melakukan apa yang seharusnya Saudara lakukan?
Mengapa Saudara sudah berjuang juga tetapi belum mendapatkan apa yang Saudara harapkan?
Ada sebuah pertanyaan yang masih relevan sampai
saat ini, yakni: pertanyaan para murid Yesus kepada Yesus: “Mengapa kami tidak
dapat mengusir roh itu?”
Saya mengajak saudara untuk melihat konteks
atau alasan di balik pertanyaan para murid Yesus ini.
Suatu kali Yesus membawa Petrus, Yakobus dan
Yohanes bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di
situ mereka sendirian saja.
Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan
pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang
dapat mengelantang pakaian seperti itu.
Maka nampaklah kepada mereka Elia
bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada
Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini.
Baiklah kami
dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk
Elia." Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya,
karena mereka sangat ketakutan.
Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam
awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah
Dia."
Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka,
mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang
diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka,
supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka
lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati.
Ketika Yesus,
Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang
banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang
mempersoalkan sesuatu dengan mereka. Pada waktu orang banyak itu melihat Yesus,
tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia.
Lalu Yesus bertanya
kepada mereka: "Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?" Kata seorang
dari orang banyak itu: "Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia
kerasukan roh yang membisukan dia. Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh
itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan
tubuhnya menjadi kejang.
Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka
mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat. "Maka kata Yesus kepada
mereka: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus
tinggal di antara kamu?
Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah
anak itu ke mari!" Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu
melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting
ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. Lalu Yesus bertanya
kepada ayah anak itu: "Sudah berapa lama ia mengalami ini?"
Jawabnya:
"Sejak masa kecilnya. Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api
ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat
sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami."
Jawab Yesus: "Katamu:
jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya! "Segera
ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya
ini!"
Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor
roh jahat itu dengan keras, kata-Nya: "Hai kau roh yang menyebabkan orang
menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini
dan jangan memasukinya lagi!
"Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan
menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti
orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: "Ia sudah mati." Tetapi
Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri.
“Ketika Yesus sudah di rumah, dan
murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami
tidak dapat mengusir roh itu?" Jawab-Nya kepada mereka: "Jenis ini
tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa."
Menurut Matius 17:21 ada kalimat di dalam tanda
kurung: (Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan
berpuasa.)"
mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?
Ya, mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?
Versi Matius 17:19 "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?"
Karena, jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.
Pada masa-masa sekarang ini kita banyak melihat
kondisi gereja-gereja yang melemah. Terlihat begitu banyak masalah timbul dan
timbul, datang dan datang lagi seolah tak habis-habisnya berbagai penderitaan
mendera kehidupan orang percaya sehingga banyak yang bertanya: “Sampai kapan,
Tuhan?” “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?” Namun, gereja seolah tak
berdaya. Tak dapat berbuat apa-apa.
Jumlah gedung gereja bertambah. Jumlah
gedung gereja yang direnovasi dan terlihat semakin megah bertambah. Tumbuh
denominasi gereja baru. Tetapi, kehidupan kekristenan tidak berubah secara
nyata. Mereka yang disebut beragama Kristen semakin jauh dari persekutuan
Kristen. Mereka itu masih tetap hidup dalam berbagai kejahatan. Baik yang
terselubung dan tersembunyi maupun yang nyata.
Ya, biarkan jemaat Allah ... bertanya, ‘Mengapa
kami tidak dapat mengusir setan itu?’, ‘Mengapa ribuan orang tidak datang untuk
mendengar Injil ketika khotbah di beritakan di gereja-geraja, di jalan-jalan,
di lapangan-lapangan, di rumah-rumah jemaat, dan sebagainya?”
Adanya pelacuran
di jalan-jalan kota kita, di rumah-rumah, di tempat-tempat umum. Mengapa jemaat
Allah tidak menyingkirkan itu semua? Begitu banyak dosa yang paling busuk
sedang merajalela.
Begitu busuk dan kejinya sehingga sangat malu jika dikatakan. Tetapi, bagaimana mungkin kita
tidak bisa mengusirnya?... Kenapa kita tidak menengking dan melemparkan
kekuatan-kekuatan jahat keluar? Mengapa ada juga banyak orang yang setelah
bertahun-tahun berkhotbah, tetapi kehidupannya tetap sama seperti sebelumnya. Hidupnya
tidak berubah. Setan apa yang telah merasuki mereka? Mengapa kita tidak bisa
mengusirnya?
relevansi doa dan puasa
Di sinilah letak relevansi dari jawaban Yesus
kepada murid-murid-Nya: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan
berpuasa” (Matius 17:21).
Di tengah-tengah dunia yang makin sibuk, makin
gemerlap dengan berbagai aktivitas dan keramaian, justru memberi dampak kepada
kesepiannya manusia.
Berbagai depresi, kecanduan, keputusasaan, stres, perilaku
agresif dan irasional merupakan wujud atau produk kesepian. Kesepian ini telah
menjadi penyebab dan pemicu dari berbagai dosa yang kemudian muncul dalam
budaya dan kebiasaan masyarakat masa kini.
Jika saja gereja tidak segera memberi
bantuan kepada mereka yang kesepian, maka sulit mengharapkan orang-orang yang
kesepian itu akan datang dan menikmati ibadah bersama Tuhan Yesus dalam gereja.
Sama seperti rumah, keluarga, adalah tempat
yang paling tepat dan nyaman untuk mengusir kesepian maka demikianlah gereja sudah
seharusnya menjadi tempat yang penting dan rumah kedua bagi mereka yang
kesepian dan terhilang agar kembali kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat
mereka.
Ya, kesepian menjadi sarana yang tepat bagi
setan untuk menghancurkan kehidupan orang-orang percaya kepada Tuhan. Dosa dan
kejahatan begitu merajalela dan seolah sulit dibendung dan dihentikan.
Demikian
pula berbagai masalah hidup dan bencana seolah tak berhenti. Pandemi covid-19
telah melanda dunia kita lebih dari 1 tahun dan seolah-olah semakin sulit
diatasi. Pandemi ini menambah kesulitan dan penderitaan panjang kehidupan
manusia di bumi ini. Semua ini mulai menyesakkan dada dan hati anak-anak Tuhan
dan orang-orang percaya.
Dalam Alkitab Perjanjian Lama sering
mengisahkan kisah berulang yakni bangsa Israel yang telah berdosa kepada Tuhan
Allah, lalu Tuhan Allah mengijinkan masalah dan penderitaan datang menimpa
mereka dan kemudian mereka mulai merendahkan diri dengan berpuasa, mengaku dosa,
dan berdoa kepada Allah, maka Allah mendengarkan doa mereka lalu memulihkan
negeri mereka.
Demikianlah pada masa ini anak-anak Tuhan mulai menunjukkan
kesadaran akan hal ini. Mereka mulai merendahkan diri dan berpuasa, mencari
wajah Allah, dan berdoa memanggil nama Tuhan Allah semesta alam di dalam Yesus
Kristus. Kiranya Allah menunjukkan rahmat-Nya.
Mengenai doa dan puasa ini, Saya teringat
beberapa kisah.
Pertama, dari Lukas 2:36-38. Kisah tentang Hana, seorang nabi perempuan, anak
Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup
tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan
puluh empat tahun.
Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam
beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Pada saat Yesus berusia 8 hari dan dibawa
ke Bait Allah, Hana juga datang ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan
berbicara tentang Yesus kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk
Yerusalem.
Kedua, Dr. Timothy Lin, pendeta di gereja Baptis Cina. Dia telah menghabiskan
banyak waktu untuk berpuasa dan berdoa. Allah menunjukkan kepada Dr Lin pentingnya
menyembuhkan kesepian sebagai sarana membawa orang-orang muda yang terhilang.
Dia sering berkata, “Kita harus menyembuhkan kesepian orang-orang muda. Geraja harus
dibuat menjadi rumah kedua bagi mereka. Pada tahun 1960 gereja itu melakukan
apa yang dikatakan oleh Dr. Lin, dan ratusan orang muda datang dari dunia dan
masuk ke dalam gereja.
Ketiga, Abraham Lincoln. Dia adalah presiden Amerika Serikat ke-16 yang
dikenang sebagai orang yang jujur, berani dan baik hati. Dia dibesarkan di
keluarga penganut gereja Baptis.
Dalam buku Doa dan Puasa Menentukan
Masa Depan yang ditulis oleh Derek Prince, pada halaman-halaman awalnya
mencatat sebuah pengumuman yang dikeluarkan oleh Presiden Amerika
Serikat Tentang Hari Nasional untuk Merendahkan Diri, Berpuasa dan Berdoa.
Dokumen pengumuman ini ditandatangani dan dimeteraikan dengan meterai Negara Amerika Serikat oleh Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln pada 30 Maret tahun 1863, yaitu tahun ke
delapan puluh tujuh semenjak Kemerdekaan Amerika Serikat.
Penetapan pengumuman ini didasarkan atas permohonan dari Dewan Perwakilan (Senat) Negara-Negara Bagian
Amerika Serikat dan sesuai dengan pandangan-pandangan yang telah dikemukakan
oleh pihak Senat sebagai berikut:
Bahwasanya Dewan Perwakilan (Senat) Negara-Negara
Bagian Amerika Serikat mengakui dengan penuh hormat bahwa Kedaulatan Tertinggi
serta Pemerintahan yang Benar dan Adil atas kehidupan semua manusia dan segala bangsa di
dunia berada di tangan Allah Yang Maha Kuasa.
Karena itu, setiap orang harus akui bahwa mereka bergantung kepada
Allah yang berdaulat atas segala sesuatu itu dan mengakui segala,
dosa dan kesalahan mereka dengan penuh penyesalan dan kerendahan hati namun
dengan harapan yang pasti bahwa orang yang sungguh-sungguh bertobat akan
menerima belas kasihan dan pengampunan; untuk menyadari kebenaran yang mulia
yang diajarkan oleh Kitab Suci dan yang telah dibuktikan oleh perjalanan
sejarah, bahwa yang mendapatkan berkat hanyalah bangsa-bangsa yang Allahnya
adalah Tuhan.
Dalam hukum
ilahi-Nya diketahui bahwa tidak saja manusia secara perorangan tetapi juga
bangsa-bangsa secara keseluruhan dapat dihukum dan dihajar oleh Tuhan
di dalam dunia.
Senat ini mengakui bahwa mereka harus kuatir akan adanya perang saudara
yang sedang terjadi yang merupakan malapetaka menyedihkan yang dapat
menghancurkan negeri ini.
Perang saudara ini terjadi karena dosa-dosa yang
telah mereka lakukan. Mereka telah diberkati Allah dengan curahan
berkat Surgawi penuh damai dan sejahtera yang begitu besar sekian tahun lamanya.
Mereka telah mengalami
pertambahan dalam jumlah penduduk, harta
kekayaan, dan kekuasaan, sebagaimana belum pernah dialami oleh bangsa yang
lain. Tetapi kemudian kita melupakan Allah.
Dengan berbagai pertimbangan ini kemudian, Presiden Abraham Lincoln menetapkan secara khusus hari Kamis, tanggal 30 bulan April 1863
menjadi hari nasional untuk merendahkan diri, berpuasa, dan berdoa.
Beliau meminta agar
seluruh rakyat
pada hari itu tidak melakukan kegiatan duniawi yang sehari-hari, tetapi
berkumpul di berbagai rumah ibadah umum dan di rumah mereka masing-masing,
untuk menguduskan hari itu bagi Tuhan, sehingga hari itu dipakai untuk
melakukan kewajiban keagamaan yang semestinya dengan penuh kerendahan hati.
Dengan rendah hati mereka berharap atas dasar pengajaran Ilahi, bahwa jerit tangis seluruh Bangsa yang
bersatu ini akan didengar di tempat yang
maha tinggi, lalu dijawab dengan curahan berkat dan pengampunan segala dosa sebagai suatu
bangsa, sehingga negri mereka
dipulihkan dari perpecahan dan penderitaan, dan mencapai
keadaan yang damai dan bersatu kembali seperti semula.
Apakah pengalaman
bangsa Amerika Serikat Tentang Hari Nasional untuk
Merendahkan Diri, Berpuasa dan Berdoa pada
158 tahun yang lalu itu menghasilkan sesuatu seperti yang mereka harapakan?
Tdntunya sejarah pengalaman berbangsa dan bernegara Amerika Serikat menjadi
saksi atas peristiwa hari itu.
Sebelum mengakhiri
bagi ini, saya ingin menyampaikan bahwa meski demikian, kita harus berhati-hati
dan bijaksana untuk tidak salah berpikir dan beriman.
Kita tidak boleh berpikir
bahwa doa dan puasa secara otomatis akan menghasilkan kebangunan rohani - atau pertobatan.
Doa dan puasa jangan dijadikan sebagai mesin untuk menghasilkan produk yang
kita kehendaki atau memuaskan keinginan kita.
Janganlah berpikir dan beriman bahwa Allah sebagai “kuasa” yang dapat
kita manipulasi.
Ingatlah apa yang telah dilakukan oleh Simon si penyihir itu
seperti yang tertulis dalam Kisah Para rasul 8:18-20 “Ketika Simon melihat,
bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan
tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, serta berkata: "Berikanlah
juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas
seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus." Tetapi Petrus berkata kepadanya:
"Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka,
bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. ..”
Berhati-hatilah! Jika kita terjebak dalam pemikiran bahwa kuasa Allah dapat
dibeli dan dipermainkan maka kemudian kita akan memanipulasi dan menjadikan doa
dan puasa sebagai sebuah sarana untuk mendapatkan kuasa itu demi memuaskan hawa
nafus kita. Dan, itu menyesatkan.
Allah adalah roh. Dan, Roh Allah
adalah suatu pribadi yang tidak bisa dan tidak boleh “diperintah” ataupun
“diperalat” dengan mengucapkan kata-kata tertentu atau ritual tertentu bahkan
ritual doa dan puasa.
Pada 2 Samuel 12:16-20, dikisahkan tentang doa puasa yang Raja daud
lakukan demi anaknya yang ditulahi Allah dengan sakit. Daud memohon kepada
Allah dan berpuasa demi anak itu, tetapi anak itu kemudian mati.
Allah memiliki
rencana-Nya sendiri. Doa dan puasa seharusnya dilakukan demi mendukung rencana
Allah dan program Kerajaan Allah seperti yang dinyatakan dalam Doa Bapa kami: “datanglah
Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.”
Karena itu, ketika berdoa dan berpuasa demi seuatu yang telah digumuli
dan diperjuangkan, demi masalah, bencana, penyakin, mengatasi pandemi covid-19,
dan sebagainya maka kita harus berhati-hati untuk menyadari bahwa Dia adalah
Allah yang kudus.
Dia adalah pribadi yang nyata, yang harus diperlakukan dengan
hormat, dan rasa hormat. Berdoa dan berpuasa yang dilakukan dengan baik dan
bijak dapat memberi dampak kepada keinginan, perasaan untuk lebih intens dari
jiwa untuk terus mencari dan bersekutu dengan Allah dalam kemuliaan dan
kekudusan-Nya lebih daripada yang pernah dilakukan pada waktu lainnya.
Mari kita semua sungguh-sungguh berdoa agar kiranya Allah menarik
orang-orang yang kesepian itu ke dalam gereja.
Kiranya Allah menggerakkan
gereja-Nya untuk menyatakan kemuliaan Allah demi jani-janji Allah. Kiranya
Allah memberi “perasaan membutuhkan” Allah bagi mereka yang kesepian sehingga mendatangkan
pertobatan yang nyata.
Ada kabar baik bagi saudara yang belum bertobat, yaitu Yesus mengasihi saudara.
Dia telah mati di kayu Salib untuk membayar penghukuman dosa kita.
Darah-Nya
dicurahkan di kayu Salib itu untuk menyucikan kita dari segala dosa. Dia telah
bangkit secara fisik dari antara orang mati untuk memberikan hidup kekal kepada
saudara. Jangan sia-siakan kesempatan ini.
Jangan remehkan kabar baik yang
saudara dengar saat ini. Karena bukanlah kebetulan jika saudara telah mendengar
kabar baik ini. Allah punya rencana dan tujuan atas hidupmu.
“Percayalah kepada
Tuhan Yesus Kristus, dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu” (Kisah
Rasul 16:31). Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Sekarang bagaimana dengan keadaan kita ditengah pandemi covid-19 dan
berbagai masalah bangsa dan negara maupun gereja. Apakah kita akan bergerak
atau digerakkan untuk melakukan hari Merendahkan Diri, Berpuasa dan
Berdoa demi keselamatan gereja,
bangsa dan negara? Tentu saudara sudah mengetahui jawabannya.
Apakah Saudara sudah pernah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi Saudara? Mengapa penting melakukan ini? Dalam Alkitab pada kitab Injil Yohanse 1:12 berkata : "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;" Juga dalam Yohanes 3:16 berkata "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Jika Saudara belum pernah menerima Kristus Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi Saudara, Saudara dapat berdoa seperti ini:
"Tuhan Yesus, saya mengaku bahwa saya adalah orang berdosa. Saya memohon belas kasihan dan pengampunan-Mu. Ampuni saya Tuhan. Saya membuka hati saya bagi-Mu. Masuklah dalam hati saya. Jadilah Tuhan, Juruselamat, dan raja saya selama-lamanya. Roh Kudus, didiklah saya menjadi dewasa di dalam Tuhan. Bapa di sorga, terima kasih telah mengangkat saya menjadi anak-anak-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.
Sumber
bacaan:
Doa dan puasa
menentukan masa depan oleh Derek Prince
http://asset-mel-1.airsquare.com/dpmid/library/free_mp3_and_books/shaping-history-through-prayer-fasting.pdf?201901182257
DOA DAN PUASA
UNTUK MENYELAMATKAN ZAMAN KITA (KHOTBAH NO 3 TENTANG KEBANGUNAN ROHANI)
https://www.rlhymersjr.com/Online_Sermons_Indonesian/2014/080314PM_PrayerAndFasting.html