tujuan utama dari belajar bukan supaya pintar tetapi, untuk mengenal Penciptanya dan mengasihinya dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan serta mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri.
Gereja sebagai institusi pelayanan
kekristenan maupun sebagai tanda kehadiran kerajaan Allah di dunia memiliki banyak peran penting dalam hidup bermasyarakat dan
berjemaat.
Di antaranya dalam hal mengatasi atau mereduksi
kesenjangan sosial.
Kesenjangan sosial dapat merujuk pada perbedaan dalam
akses terhadap sumber daya, materi, pendidikan, pekerjaan, layanan sosial, akses politik, hak
berpendapat, layanan
kesehatan, dan sebagainya.
Di samping beberapa gereja yang belum
pernah melakukan sesuatu hal untuk mereduksi kesenjangan sosial, ada beberapa gereja lain
yang telah melakukan beberapa cara di bawah ini untuk berkontribusi dalam mereduksi
kesenjangan sosial:
Pelayanan Sosial:program pelayanan sosial bertujuan untuk
membantu jemaat yang
kurang mampu
dalam masyarakat.
Ini mungkin termasuk pemberian makanan kepada orang-orang
yang kelaparan, penyediaan tempat tinggal bagi yang tanpa rumah, dan bantuan
medis bagi yang membutuhkannya.
Pendidikan:dukungan pendidikan oleh gereja dilakukan dengan cara menyediakan sekolah dan
program pendidikan bagi anak-anak dan dewasa yang kurang mampu.
Bantuan kesehatan: beberapa
gereja memiliki
fasilitas kesehatan baik rumah sakit ataupun klinik dan program bantuan kesehatan yang
membantu jemaat
yang tidak memiliki akses mudah ke perawatan medis.
Advokasi sosial:beberapa gereja sudah
menghadirkan peran
advokasi bagi mereka yang menderita
akibat ketidaksetaraan sosial.
Pendidikan moral, karakter, dan etika: sudah seharusnya
gereja mengajarkan
nilai-nilai moral, karakter, dan etika yang dapat mempengaruhi tindakan sosial individu.
Ini bisa mencakup pemahaman tentang tanggung jawab sosial terhadap mereka yang membutuhkan.
Pemberdayaan ekonomi komunitas: gereja seharusnya memfasilitasi program
pemberdayaan komunitas yang membantu orang-orang untuk mengatasi kesenjangan
sosial dengan cara yang berkelanjutan.
Contohnya adalah pelatihan keterampilan,
program kewirausahaan, atau program pengembangan ekonomi lokal.
Di samping hal-hal baik yang
seharusnya sudah dilakukan oleh gereja di atas, gereja pun perlu memperhatikan
hal lain yang terlihat sederhana atau mungkin dianggap sepele namun berarti.
Misalnya dalam hal berpakaian ke
gereja.
Alkitab menceritakan kepada kita
bahwa seringkali para pemungut cukai, orang berdosa, orang-orang miskin berbondong-bondong
mengikuti Yesus ke mana Yesus pergi atau berada.
Mari membayangkan seperti apa pakaian
yang mereka (orang-orang ini) gunakan saat berada di sekitar Yesus.
Beberapa orang jemaat berpakaian baik,
rapi, bersih, fashionate, gaya terbaru bahkan ada yang cenderung mewah.
Beberapa dari mereka ini memiliki
alasan bahwa menghadap Tuhan haruslah demikian.
Ironisnya, banyak jemaat yang
akhirnya tidak datang ke gereja karena alasan tidak memiliki pakaian yang
pantas ke gereja.
Merasa tidak layak dan tidak pantas karena
membandingkan diri mereka dengan orang lain yang berpakaian berbeda jauh dengan
mereka.
Ada juga banyak jemaat yang tidak
mendapatkan layanan-layanan sosial seperti di atas dengan berbagai alasan yang
menyertainya.
Tanpa disadari, bergereja telah
mereproduksi kesenjangan sosial.
Bayangkan Anda sedang menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan. Apa yang terjadi dalam diri Anda dan fenomena negatif apa yang berdampak pada
perasaan Anda?
Salah satu
reaksi yang biasa terjadi pada kebanyakan orang adalah stres.
Secara umum makhluk hidup (terutama manusia dan hewan)
memiliki naluri untuk bertahan hidup.
Upaya ini dilakukan melalui dua mekanisme yakni menyerang (fight) atau melarikan diri (flight).
Respons
fisiologis ini terjadi
dalam tubuh manusia dan hewan saat berhadapan
dengan situasi yang
dianggap sebagai ancaman atau bahaya.
Gagasan mengenai "fight
or flight" pertama kali disampaikan oleh seorang ahli
fisiologi dan ahli saraf Amerika bernama Walter Cannon pada tahun 1915.
Teori ini dikembangkan berdasarkan
penelitiannya tentang reaksi tubuh terhadap stres di mana saat menghadapi situasi stres atau
bahaya, tubuh manusia dan hewan mengalami serangkaian perubahan fisiologis seperti peningkatan denyut
jantung, aliran darah ke otot-otot besar, kewaspadaan, dan sebagainya.
Perubahan yang terjadi pada tubuh ini akan
mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman dengan berjuang (fight) atau
melarikan diri (flight).
Konsep
ini kemudian berkembangmenjadi "fight,
flight, or freeze".
Dikatakan bahwa dalam menghadapi situasi stres, reaksi
tubuh juga bisa melibatkan pembekuan atau kebekuan.
Maksudnya dalam situasi stres, seseorang
tidak bisa atau tidak tahu
harus berbuat apa atau tidak ingin berjuang atau
melarikan diri dari ancaman.
Respons ini mengungkapkan bahwa dalam beberapa
situasi, seseorang mungkin tidak merasa mampu atau tidak merasa aman untuk
berjuang atau melarikan diri.
Karena itu, tubuh merespons dengan membeku atau
tidak bergerak.
Secara psikis dan spiritual, dapat dianggap situasi demikian
mend0rong seseorang untuk melakukan aktivitas kesendirian dengan
Tuhan (silence and solitude).
Coba ingat-ingat atau bayangkan apa yang
terjadi pada tubuh Anda saat menghadapi situasi stres atau bahaya yang mengancam
Anda.
Detak jantung Anda akan meningkat. Terjadi peningkatan kecepatan napas untuk menyuplai
lebih banyak oksigen dalam darah.
Bagian mata (pupil) akan membesar. Ini akan membuat Anda dapat
melihat lebih baik kondisi sekitar dan lebih waspada.
Telinga Anda akan lebih peka dan mampu mendengar lebih baik untuk mengawasi
kondisi sekitar.
Kulit Anda akan terlihat lebih pucat dan berkeringat lebih
banyak.
Tubuh Anda akan gemetar untuk memberi tanda otot-otot pada tubuh Anda sudah siap
untuk fight or flight or freeze.
Memang teori atau konsep ini dikembangkan
puluhan tahun lalu. tetapi respon flight
or fight or freeze dianggap masih
relevan dengan kehidupan masa kini.
Hanya saja, terdapat perbedaan tipe bahaya
dan ancaman.
Jika manusia prasejarah memiliki binatang buas sebagai ancaman
maka pada era modern atau postmodern seperti sekarang ancaman bisa berasal dari
lingkungan ataupun orang di sekitar.
Hal yang pertama menyerang
bukan pula fisik seperti saat melawan binatang buas, melainkan kesehatan
pikiran, mentalitas, spiritualitas, psikis, dan sejenisnya.
Dalam keadaan stress seseorang
membutuhkan inspirasi yang dipengaruhi oleh hikmat dari Tuhan untuk bertindak.
Inspirasi, dalam beberapa kasus
atau peristiwa, didapat saat seseorang berdiam diri (silence and solitude)
di hadapan Tuhan.
Berkaitan dengan dunia kerja atau pelayanan, hal baik
yang dapat menolong kita saat menghadapi tekanan adalah mengingat bahwa semua
yang kita lakukan seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23).
Di dunia militer, perintah adalah bagian dari operasi
sehari-hari. Orang yang menerima perintah harus segera mengerjakannya dengan
baik agar memenuhi harapan dari komandannya.
Suatu saat Kapten D. Michael Abrashoff mengambil alih
kepemimpinan di USS Benfold, sebuah kapal penghancur misil, dia sadar bahwa dia
menghadapi sebuah tantangan yang membutuhkan pendekatan yang berbeda.
Benfold bukan kapal tercanggih milik angkatan laut. Awak
kapalnya muram, semangat mereka rendah, dan kebanyakan hanya menunggu waktu
sampai penugasan mereka di situ selesai.
Untuk menambah kerumitan ada situasi kepemimpinan yang
sudah pelik, komandan sebelumnya tidak begitu disukai, sehingga para kru
mengamati pemimpin baru mereka dengan sudut pandang yang kejam dan kritis.
Tetapi, ada hal yang berbeda.
Ini adalah kesempatan
pertama Kapten Abrashoff menjadi komandan laut, dan dia bertekad untuk
menjalankannya dengan baik.
Langkah pertamanya adalah mempelajari para krunya.
“Saya tidak membutuhkan waktu lama untuk menyadari bahwa
para kru saya yang masih muda pintar, berbakat, dan memiliki banyak ide yang
seringkali tidak membuahkan apa-apa karena tidak ada pemimpin yang mendengarkan
mereka,” tulis Kapten Abrashoff dalam It’s Your Ship, catatannya
mengenai masa-masa saat berada di Benfold.
Jadi Kapten Abrashoff bertekad untuk mendengarkan awak
kapalnya, tetapi tidak hanya saat mereka memutuskan untuk berbicara.
Dia berusaha
juga untuk memulainya lebih dulu.
Dia tahu bahwa jika dia ingin mengubah keadaan kapal,
cara untuk melakukannya harus berasal dari para awak kapal.
Dan untuk
mengetahuinya, cara apa yang lebih baik dibandingkan wawancara?
Kapten Abrashoff mewawancari lima awak kapal setiap
harinya sampai dia selesai mewawancarai seluruh awak kapal yang ada. Kira-kira
310 orang.
Apa yang didapatkannya?
Para awak kapal itu sebelumnya menghabiskan banyak
waktu melakukan tugas-tugas menjemukkan, seperti mencat kapal enam kali
setahun.
Jadi Abrashoff menemukan cara untuk menggantikan seluruh pengikat yang
menyebabkan karat di kapal itu serta sebuah cara untuk mengecat begitu banyak
panel eksterior kapal itu dengan proses pengecatan khusus.
Kapal tersebut tidak perlu dicat lagi selama nyaris
dua tahun, memberikan banyak waktu untuk tugas-tugas yang lebih penting,
seperti pelatihan yang baik.
Kapten Abrashoff mengetahui banyak dari awak kapalnya
mendaftar ke angkatan laut sebagai cara untuk membayar uang kuliah mereka.
Jadi
dia pun mengatur agar SAT dan kursus penempatan jarak jauh diadaakn di kapal
untuk para kru.
Dia mengetahui bahwa banyak dari mereka berasal dari
latar belakang yang keras dan menjalani kehidupan yang keras tetapi juga sangat
terikat dengan keluarga mereka.
Jadi sebisa mungkin dia melibatkan anggota
keluarga mereka dalam kehidupan para awak kapal dengan mengirimkan kartu ulang
tahun, surat-surat berisi pujian, dan surat-surat penting lainnya kepada orang
tua dan pasangan mereka.
“Saya ingin menghubungkan tujuan-tujuan kami,” tulis
Kapten Abrashoff, “agar mereka dapat melihat prioritas saya untuk memajukan
Benfold sebagi sebuah kesempatan bagi mereka untuk mengaplikasikan bakat mereka
dan memberikan tujuan yang nyata kepada pekerjaan mereka.”
Apa hasil yang didapatkan dengan memberikan pertanyaan
kepada para awak kapalnya?
Sebuah perubahan semangat yang drastis, sebuiah
kesediaan yang lebih besar untuk mendorong diri melebihi batas, dan beberapa
hasil ujian tertinggi dalam sejarah angkatan laut.
Memberikan pertanyaan tidak hanya membuat sebuah
perintah terdengar lebih menyenangkan dan menhgurangi rasa jengkel, seringkali
tindakan ini memancing kreativitas dan inovasi dalam memecahkan masalah yang
ada.
Orang-orang cenderung mengikuti jalan yang baru jika
mereka merasa bahwa mereka terlibat dalam membentuk jalan itu.
dikutip dari buku How To Win Friends & Influence People (in the digital age) karya Dale Carnegie 2012
Sekitar
tahun 1990-an, saya suka mendengar siaran radio. Seorang penyiar bernama Ebet Kadarusman yang memulai kariernya sebagai
presenter untuk radio ABC di Australia sering memberikan ungkapan
yang terngiang-ngiang di telinga saya sampai sekarang, yakni: "It is nice to be important, but it is more important to be nice"
Memang, dalam hidup ini kita akan
sering menemukan banyak orang hebat, beberapa orang baik, dan sangat sedikit orang hebat tetapi
juga baik.
Di sekitar kita ada
banyak orang yang memiliki berbagai karakter dan kualitas.
Di antar mereka itu mungkin
memiliki keahlian atau bakat yang luar biasa dalam suatu bidang tertentu,
seperti seni, olahraga, ketrampilan
tertentu, atau ilmu pengetahuan.
Mereka ini sering dianggap
sebagai "orang hebat" dalam konteks keahlian atau prestasi mereka.
Di sudut kehidupan yang lain, kita akan sering
menemukan juga beberapa orang yang baik bahkan bisa dikatakan sangat baik
tetapi tidak sehebat mereka yang sebelumnya.
Bisa jadi, dalam sedikit atau lebih sedikit kesempatan
mereka yang baik ini tidak dikenal karena mereka tidak hebat.
Akan tetapi meskipun tidak hebat, beberapa dari mereka
ini memiliki kehidupan yang lebih berbahagia dari pada mereka yang hebat itu.
Boleh dikatakan, mereka yang hebat itu sukses (sukses
ditentukan oleh pandangan orang lain terhadap apa yang dimiliki oleh seseorang)
tetapi tidak bahagia di dalam hati mereka sendiri.
Orang
seperti itu sering menjadi inspirasi bagi banyak orang dan memiliki pengaruh
yang kuat dalam komunitas.
Mereka
tidak hanya mampu mencapai kesuksesan dalam bidang mereka, tetapi juga
menggunakan keahlian dan prestasi mereka untuk menabur berbagai kebaikan, dan memberikan
manfaat kepada orang lain.
Selain sisi, sudut, dan pinggiran kehidupan dengan orang
hebat dan baik itu, ada juga mereka yang beriman kepada Yesus Kristus.
Bagaimana kehidupan mereka?
Saudara mungkin tahu dan mengenal orang-orang ini.
Apakah mereka termasuk orang yang hebat saja atau orang
yang baik saja?
Ataukah mereka adalah orang-orang yang hebat dan baik?
Mengapa bisa demikian?
Dua puluhan tahun yang lalu, saya pernah membaca
sebuah tulisan dari seseorang demikian:
Seseorang yang memiliki kemampuan untuk
memandu, mendukung, dan memoderasi interaksi atau proses kelompok dengan cara
yang membuatnya berjalan lancar, produktif, dan terbuka terhadap berbagai ide akan dapat melakukan fasilitasi
secara efektif dan
komunikatif.
Fasilitator
yang efektif dan komunikatif harus memiliki sejumlah keterampilan dan
karakteristik yang meliputi:
Pemahaman yang
kuat dan mendalam tentang
tujuan, proses, dan konteks dari sesi fasilitasi. Mereka harus memahami masalah
atau topik yang dibahas.
Kemampuan mendengarkanaktif, mendengarkan dengan
teliti dan tanpa prasangka, serta mampu menangkap pesan yang tidak diucapkan.
Kemampuan bertanya yang efektif yakni bertanya dengan baik Seorang fasilitator harus
mampu mengajukan pertanyaan yang relevan, reflektif, mendorong pemikiran kritis, dan
memotivasi peserta untuk berkontribusi.
Keterampilan berkomunikasi secara verbal dan nonverbaluntuk menjelaskan
konsep, menjawab pertanyaan, dan menjaga alur diskusi. Selain itu, keterampilan
komunikasi nonverbal, seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh, juga penting
dalam mengomunikasikan empati dan pemahaman.
Fasilitator
yang efektif harus dapat memahami perasaan dan perspektif peserta (empati) sesuai kebutuhan
dan harapan peserta.
Dapat memfasilitasi konflik yang timbuldengan bijaksana,
mendengarkan semua pihak, dan mencari solusi yang memuaskan.
Fasilitator kreatif dapat secara efektif
merancang dan memfasilitasi sesi untuk memotivasi peserta dan menghasilkan
ide-ide baru.
Fasilitator yang kreatif dan efektif dapat
mengelola prioritas aktivitas
dengan baik sehingga
sesi tidak terlalu lama atau terlalu singkat, serta memastikan semua topik yang
penting tercakup.
Oleh karena keadaan sangat mungkin berubah maka
perubahan rencana atau situasi tak terduga dapat terjadi.
Fasilitator yang
efektif harus fleksibel dan dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Evaluasi dan umpan balik sangat penting bagi pengembangan diri. Karena itu, setelah
sesi fasilitasi selesai, fasilitator harus mampu mengevaluasi hasilnya dan
menerima umpan balik dari peserta untuk perbaikan di masa mendatang.
Fasilitasi
yang efektif dan komunikatif adalah keterampilan yang dapat dikembangkan
melalui pelatihan dan pengalaman praktis. Ini penting dalam berbagai konteks,
termasuk pertemuan bisnis, pelatihan, kelas, atau kelompok kerja sama.
Seni
berkomunikasi adalah kemampuan untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, ide,
perasaan, data, dan
informasi dengan cara yang efektif dan memengaruhi orang lain.
Keterampilan dan aspek yang mendukung ini seperti:
Keterampilan mendengarkandengan sabar dan teliti. Kesabaran dan ketelitian mendengarkan ditunjukkan oleh
sikap minat pada apa yang mereka katakan dan mendengar lawan bicara secara responsif.
Kemampuan berbicaradimaksudkan
sebagai kemampuan untuk mengungkapkan diri secara
verbal dengan jelas dan efektif. Ini mencakup penggunaan kata-kata yang tepat,
pengucapan yang jelas, dan volume suara yang sesuai.
Penggunaan bahasa tubuh, seperti ekspresi
wajah, gerakan tubuh, dan kontak mata, merupakan bagian penting dari komunikasi. Dalam beberapa pengalaman praktikal bahasa tubuh seringkali
berbicara lebih kuat daripada kata-kata.
Kemampuan berempatiadalah elemen penting
dari seni berkomunikasi. Kemampuan ini
sangat memengaruhi komunikator (pembicara) dalam merespons
dengan empati dan menghubungkan lebih baik dengan orang lain.
Kemampuan bertanya dengan baik adalah cara
untuk memperjelas pemahaman, memotivasi diskusi, dan menggali ide lebih dalam.
Pertanyaan yang baik dan tepat juga
menunjukkan minat pada orang lain.
Kemampuan mempengaruhiseperti negosiasi
atau presentasi menjadi
bagian penting dalam seni berkomunikasi. Kemampuan ini mencakup
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dengan argumen yang kuat dan persuasif.
Kesadaran akan perbedaan situasisangat
diperlukan untuk mendorong komunikator mampu
membaca situasi dan menyesuaikan komunikasi sesuai dengan kebutuhan.
Dalam dunia digital yang semakin
terhubung, kemampuan menulis dengan jelas dan efektif dalam bentuk teks atau
email atau media sosial adalah
bagian dari seni berkomunikasi.
Seni
berkomunikasi dapat ditingkatkan melalui praktik yang konsisten dan menerima
umpan balik dari orang lain.
Mempertimbangkanwaktu dan tempat yang tepat untuk berkomunikasi sangat perlu dipikirkan.
Misalnya, memberi apresiasi atau pujian di depan orang
lain (publik) dan menegur atau kritik orang lain secara empat mata.
Firman yang datang
dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya:"Pergilah dengan segera ke rumah tukang
periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu."
Lalu pergilah aku
ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan.Apabila bejana,
yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang
periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik
pada pemandangannya.
Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya:"Masakan Aku
tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!,
demikianlah firman TUHAN.
Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk,
demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!Ada kalanya Aku berkata
tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut,
merobohkan dan membinasakannya.
Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku
berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa
Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka.
Ada kalanya Aku
berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan
membangun dan menanam mereka.Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di
depan mata-Ku dan tidak mendengarkan suara-Ku, maka menyesallah Aku, bahwa Aku
hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka.
Hidup ini seperti sebuah sekolah. Sekolah kehidupan.
Di sekolah ini pengalaman belajar di dapat dari pengalamn hidup. Pembelajaran yang diperoleh seseorang melalui pengalaman hidup mereka,
bukan melalui sistem pendidikan formal di sekolah atau perguruan tinggi.
Ini seperti sebuah konsep belajar sepanjang hayat. Sepanjang hidup masih
ada dalam tubuh.
Apa yang di dapat dari kehidupan akan membentuk cara pandang mereka
terhadap dunia dan kehidupan.
Di sekolah
kehidupan, pembelajaran seringkali terjadi melalui pengalaman pribadi,
tantangan, kegagalan, dan interaksi dengan orang lain.
Ujian yang dihadapi dalam kehidupan tidak ada pemberitahuan sebelumnya.
Tiap orang yang ada dalam sekolah kehidupan harus terus menyiapkan diri
menghadapi ujian tiap hari bahkan mungkin tiap saat.
Ujian ini lebih kepada hal karakter, iman, pengembangan
keterampilan interpersonal, penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, dan
pemahaman tentang nilai-nilai, dan etika.
Sekolah kehidupan
juga menyoroti pentingnya repon
atas peristiwa yang dialami, atas kesalahan yang dilakukan, atas
pengalaman buruk yang dihadapi, atas
peristiwa senang dan bahagia.
Cara pendekatan terhadap setiap keadaan merupakan hasil dari tiap
jenjang dalam sekolah kehidupan. Sangat perlu pendekatan
yang relevan dalam menghadapi situasi-situasi kehidupan yang kompleks dan tidak
terduga.
Tentunya di dalam menghadapi sekolah kehidupan perlu belajar dari buku
manual kehidupan yaitu Alkitab agar kita tahu menjalani hidup menurut kehendak
dan rencana Perancang, Pencipta, Penebus, dan Pemelihara Kehidupan yaitu Allah
di dalam Yesus Kristus.
Terkadang Allah membawa kita kepada suatu keadaan bukan untuk kita mengubah keadaan itu tetapi untuk belajar dari keadaan itu.
Kisah pembunuhan fisik terhadap manusia pertama kali
terjadi di dalam sebuah keluarga inti.
Kain membunuh adik kandungnya Habel.
Kisah iniadalah salah satu
kisah yang terkenal
dalam Alkitab, khususnya dalam Kitab Kejadian.
Kisah ini dapat ditemukan dalam Kejadian 4:1-16
(Alkitab TB):
Kemudian manusia itu bersetubuh
dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain;
maka kata perempuan itu: "Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan
pertolongan TUHAN."
Selanjutnya dilahirkannyalah Habel,
adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.
Setelah beberapa waktu
lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN
sebagai korban persembahan;Habel juga mempersembahkan korban
persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN
mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,tetapi Kain dan korban
persembahannya tidak diindahkan-Nya.
Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan
mukanya muram.Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas
dan mukamu muram?
Apakah mukamu tidak akan berseri,
jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah
mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus
berkuasa atasnya."
Kata Kain kepada Habel, adiknya:
"Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang,
tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.
Firman TUHAN kepada Kain:
"Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah
aku penjaga adikku?"Firman-Nya: "Apakah yang telah
kauperbuat ini?
Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah.Maka sekarang, terkutuklah
engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah
adikmu itu dari tanganmu.
Apabila engkau mengusahakan tanah
itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu;
engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi."
Kata Kain kepada TUHAN:
"Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung.Engkau menghalau aku sekarang
dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan
pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah
akan membunuh aku."
Firman TUHAN kepadanya:
"Sekali-kali tidak! Barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan
kepadanya tujuh kali lipat." Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain,
supaya ia jangan dibunuh oleh barangsiapapun yang bertemu dengan dia.
Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN
dan ia menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden.
Kita tinggalkan sebentar cerita di
atas, dan sedikit mundur ke dalam kisah Adam dan Hawa di Taman Eden.
Setelah mereka berdosa, mereka
berinisiatif menutup rasa malu atas ketelanjangan-nya yang kelihatan dengan menyemat
daun pohon ara dan membuat cawat.
Tetapi, Allah tidak berkenan melihat itu.
TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk
manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.
Jika dilihat dari fungsinya apa yang
dilakukan oleh manusia menggunakan daun pohon ara dan pakaian dari kulit
binatang yang dibuat oleh Allah adalah sama.
Tetapi, makna yang Allah berikan dan
maksudkan adalah lain.
Dalam peristiwa tersebut, Allah sedang
memperkenalkan sebuah typology mengenai pengorbanan Kristus Yesus.
Bahwa dosa tidak dapat dihapus begitu saja.
Dosa tidak dapat dibayar atau dihapus
oleh usaha dan perbuatan manusia.
Upah dosa adalah maut.
Pakaian dari kulit binatang tersedia
itu berarti ada binatang yang dikorbankan. Ada darah yang tertumpah. Ada nyawa
yang dikorbankan.
Kembali kepada kisah persembahan yang
dilakukan oleh Kain dan Habel.
TUHAN mengindahkan Habel dan korban
persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya.
Persembahan Kain tidak mengandung
darah yang tercurah tetapi persembahan yang Habel berikan adalah korban dari binatang yang
terbunuh, sebagai suatu typology bahwa pengampunan dosa hanya dengan darah.
Adam dan Hawa tentunya sudah memiliki
pengalaman mengenai typology pengorbanan darah untuk menutup dosa, rasa malu
dan telanjang mereka. Mereka sudah belajar mengenai cara mempersembahkan korban
kepada Allah.
Sangat mungkin itu juga mereka
teruskan kepada anak-anak mereka sehingga keturunan mereka belajar memberikan
persembahan korban kepada Allah.
Kain dan Habel memberikan persembahan
korban kepada Allah berarti mereka sudah belajar dan menyadari kehadiran Allah
yang mahakuasa dan berusaha memperoleh perkenanan-Nya.
Kain berusaha mendapatkan perkenanan
Allah denga caranya sendiri sedangkan Habel melakukannya seperti yang Allah
kehendaki, yaitu persembahan melalui darah yang ditumpahkan demi pengampunan
dosa.
Alasan mengapa Allah hanya berkenan atas persembahan
Habel dijelaskan oleh penulis surat Ibrani "Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada
Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain.
Dengan jalan itu ia
memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan
persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati." (Ibrani 11:4).
Persembahan Kain ditolak karena tidak sesuai
dengan kehendak Allah. Kain tidak memiliki iman yang taat dan perbuatannya
jahat.
Kesalahan Kain adalah dia hanya melakukan ritual
persembahan tetapi tidak memahami esensi korban persembahan dan pengampunan
dosa (upah dosa adalah maut) atau bisa disebut ritual tanpa spiritual.
Salah satu dosa Kain yang membuat Allah menghukum dia adalah Kain membunuh Habel dan generasi Habel.
Pada saat itu penduduk bumi sangat sedikit dan Allah sudah berfirman untuk beranak cucu dan penuhi bumi (Kejadian 1:28).
Kain melawan perintah Allah dengan menghambat keturunan dan pemenuhan bumi oleh manusia.
Allah sudah menyatakan kepada Kain yang sedang kesal itu untuk
berbalik dari jalan-jalannya yang jahat tetapi Kain menolaknya.
Dia memilih
mengikuti dosa yang sedang mengintip dan berusaha merayunya ke dalam berbagai "keinginan/ nafsu/
desire" untuk berbuat dosa(Kejadian 4:6, 7; bdk. Yakobus
1:14-15).
Dari sini kita belajar bahwa kita
berkenan kepada Allah bukan karena perbuatan kita. Sebaik apapun itu.
Kita berkenan kepada Allah, dosa kita
diampuni karena sudah ada darah yang tertumpah: DARAH YESUS KRISTUS DI ATAS
GOLGOTA.
Jadi, ibadah kita harus didasarkan
pada kurban darah Kristus Yesus bukan atas dasar perbuatan, kesombongan, obsesi,
dan ambisi kita dalam pelayanan kepada Tuhan sekalipun.