Tuesday, August 29, 2023

,

Membangun dari Reruntuhan

 

ged pollo

oleh: grefer pollo

Lebih mudah mana, membangun di atas lahan atau tanah baru atau membangun di atas reruntuhan?

Setiap kita tentu memiliki jawabannya masing-

masing.

Sangat mungkin membangun di atas reruntuhan jauh lebih sulit karena ada material yang tertinggal ataupun ada masa lalu yang terus mengikuti.


"Membangun di atas reruntuhan" merupakan ungkapan yang memiliki makna yang dalam dan luas.

Ungkapan ini bisa diartikan konteks penggunaannya.

Secara harfiah, ini merujuk pada tindakan membangun struktur atau bangunan baru di lokasi yang sebelumnya hancur atau rusak. 

Sangat mungkin bukan hal yang mudah untuk membangun kembali dari sesuatu yang pernah ada, seperti rumah, gedung, atau infrastruktur lainnya, di atas sisa-sisa yang masih ada dari struktur yang sebelumnya hancur.

Secara metaforis (kehidupan atau karier) bisa diartikan sebagai usaha untuk membangun kembali, memulai kembali, menumbuhkan, atau mencapai prestasi setelah mengalami kegagalan, keterpurukan, atau tantangan berat.

Ini melibatkan kemampuan untuk bangkit dari situasi sulit dan membangun sesuatu yang positif di atas pengalaman negatif sebelumnya.

Ini membutuhkan pemulihan dari Tuhan terhadap hati dan pikiran yang sudah jatuh dalam dosa. 

Dipulihkan untuk bangkit kembali.

Dalam hubungan dan perjalanan emosional ini merujuk pada proses membangun kembali hubungan atau perasaan setelah mengalami konflik atau keretakan.

Ini mencerminkan usaha untuk merestorasi koneksi yang rusak dan mengembalikan kepercayaan.

Memulihkan relasi yang pernah ada. 

Dan, ini bisa jauh lebih sulit untuk memulihkan relasi antara orang-orang dekat bahkan keluarga.


Orang yang hebat bukan orang yang tidak pernah jatuh tetapi bangkit kembali setelah jatuh.


Continue reading Membangun dari Reruntuhan

Sunday, August 27, 2023

,

Pundak Para Raksasa

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Mungkin Anda pernah mendengar pernyataan ini: “tidak ada satu kerajaan atau negara yang mengutus tentaranya berperang tanpa memperlengkapi mereka.”

Setiap tentara yang akan berperang pasti telah diperlengkapi untuk maksud itu.


Demikian pula, mungkin Anda pernah mendengar atau membaca frasa "kita berdiri di atas pundak para raksasa".


Frasa ini memiliki latar berpikir bahwa prestasi manusia sering kali dibangun di atas sumbangan pengetahuan, pengalaman, dan karya-karya yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya.

Pernyataan ini memiliki korelasi atau kaitan dengan gagasan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam konteks sejarah.

Ada yang mengaitkan frasa di atas dengan pernyataan dalam bahasa Latin Nanos Gigantum Humeris Insidentes yang difrasakan pada abad XII oleh Bernard Chartres, filsuf dan cendekiawan Neo-Platonis Perancis. meskipun, mengenai hal ini banyak pendapat lain tentang siapa penutur pertamanya.

Apapun itu, frasa ini mau mengajarkan kepada kita untuk rendah hati dan terus belajar rendah hati.

Seperti kata Pengkhotbah bahwa tidak ada yang baru di bawah matahari.

Kita seperti anak-anak yang berdiri di atas bahu para raksasa masa lalu.

Kemajuan dalam pemikiran, kerja, dan pencapaian manusia terjadi berkat kontribusi dan karya-karya yang telah dibuat oleh orang-orang di masa lalu. Kita hanya meneruskan apa yang telah mereka kerjakan dalam sejarah.

Pesan penting lain dari frasa ini adalah pengakuan terhadap kontribusi kolektif dalam pembangunan ilmu pengetahuan, budaya, dan peradaban manusia.

Dengan demikian, seharusnya kita tidak hanya berfokus pada pencapaian individual, tetapi juga menghargai dan belajar dari apa yang telah dicapai oleh mereka yang datang sebelum kita.


Karena tidak pernah ada pencapaian individual tanpa kerja atau dampak dari komunal (kolektif).


Continue reading Pundak Para Raksasa
,

Luka Tanpa Darah

 

ged pollo

oleh: grefer pollo



Banyak dari kita yang mengetahui dan mungkin memahami bahwa manusia terdiri dari roh, jiwa, dan tubuh.

Luka pada tubuh umumnya mengeluarkan darah. Tetapi luka secara psikologi dan spiritual tidak.

Banyak penyebab luka pada tubuh dan kebanyakan kita pun pernah mengalaminya, terutama pada masa kecil, saat belajar berjalan, berlari, dan sebagainya.


Luka psikologis dapat terjadi sebagai akumulasi dari berbagai pengalaman dan situasi yang mengganggu kondisi mental seseorang.


Beberapa penyebab umum dan dampak dari luka psikologis pada seseorang:

Trauma: dapat berupa pengalaman kecelakaan, kekerasan fisik atau seksual, bencana alam, perang, dsb.

Kehilangan: ditinggalkan oleh orang yang dicintai, seperti kematian keluarga atau teman dekat, perpisahan, perceraian, dsb

Perundungan (Bullying): mengalami perundungan di sekolah atau tempat kerja dapat merusak harga diri dan menyebabkan luka emosional yang serius.

Kehancuran Hubungan: akhir dari hubungan romantis atau hubungan penting lainnya

Kondisi Kesehatan Mental: depresi, kecemasan, PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), atau yang serupa itu.

 

Dampak Luka Psikologis:

Gangguan Mental: luka emosional yang parah dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan mental seperti depresi, kecemasan, dan PTSD.

Gangguan Fisik: dapat berdampak pada kesehatan fisik, seperti sistem imunitas tubuh yang melemah, masalah tidur, dan risiko penyakit jantung.

Penurunan Diri: karena merasa rendah diri, kurang berharga, dan meragukan dirinya sendiri.

Isolasi Sosial: membuat seseorang menarik diri dari interaksi sosial, merasa sulit untuk berhubungan dengan orang lain.

Kesulitan dalam Hubungan: memengaruhi kemampuan seseorang untuk membina dan mempertahankan hubungan yang sehat dan harmonis.

Gangguan Fungsional: mengganggu kemampuan seseorang untuk bekerja, bersekolah, atau menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik dan berkualitas.

Perilaku Maladaptif: beberapa orang mungkin mengatasi luka emosional dengan perilaku merugikan seperti penyalahgunaan zat, perilaku agresif, atau self-harm.


Setiap orang sangat mungkin mengalami penyebab dan dampak luka psikologis yang berbeda. 

Sangat penting untuk memiliki rekan atau sahabat atau keluarga atau saudara yang menjadi teman bercerita atau berbagi. 

Jika dalam kondisi tertentu sangat baik berkomunikasi dengan seorang konselor.


Terutama menyampaikan cerita dan pergumulan hidup kepada Tuhan Sang Pencipta kehidupan.

 

Luka spiritual mengacu pada kerentanan atau ketidakseimbangan dalam dimensi spiritual seseorang. 

Ini bisa timbul dari berbagai pengalaman atau situasi yang merusak atau mengganggu hubungan seseorang dengan makna, tujuan hidup, nilai-nilai, keyakinan, dan pandangan mereka tentang dunia.


Beberapa penyebab umum dan dampak dari luka spiritual pada seseorang:

Krisis Kepercayaan: kehilangan orang yang dicintai atau penderitaan yang tidak dapat dijelaskan dapat menjadi munculnya keraguan dalam keyakinan dan pandangan spiritual seseorang

Konflik Nilai: konflik antara nilai-nilai hidup yang dipegang seseorang dengan nilai-nilai yang diterima atau dihadapi dalam lingkungan sosial atau budaya memunculkan konflik nilai.

Kehilangan Makna: ketidakmampuan untuk menemukan arti atau tujuan dalam hidup, terutama saat menghadapi tantangan atau penderitaan yang besar.

Krisis Spiritual: pengalaman yang mengguncang dasar-dasar keyakinan spiritual, seperti pertanyaan tentang adanya Tuhan atau keberadaan kehidupan setelah kematian.

Isolasi Spiritual: kehilangan koneksi dengan komunitas atau kelompok spiritual yang mendukung, yang dapat mengakibatkan perasaan terisolasi secara spiritual.

 

Dampak Luka Spiritual:

Perasaan Hampa: luka spiritual sangat mungkin menimbulkan rasa kehilangan, hampa, atau kosong tanpa memiliki arah yang jelas dalam hidup.

Ketidakstabilan Emosional: perubahan emosional yang signifikan, seperti depresi, kecemasan, atau kemarahan.

Kehilangan Harapan: mengalami hidup yang hampa membuat seseorang merasa terluka secara spiritual

Luka ini mengantar kepada kehilangan harapan dalam hal makna dan tujuan hidup.

Kekacauan Hubungan: memengaruhi hubungan dengan orang lain, karena perasaan negatif atau perubahan sikap.

Pencarian Makna: beberapa individu mungkin mulai mencari makna baru atau menjalani pencarian spiritual yang lebih mendalam.

Ketidakpuasan Diri: rasa tidak puas terhadap diri sendiri dan kehidupan

Rasa Kehilangan Identitas: kehilangan jati diri spiritualnya atau mengalami perubahan dalam cara mereka melihat diri mereka sendiri dan Pencipta mereka.


Penyebab dan dampak luka spiritual berbeda pada tiap orang. 


Ada baiknya jika mereka yang mengalami ini berusaha mengambil waktu tenang (silence dan solitude). 


Berbagi dengan pemimpin spiritual yang bisa dipercaya. Ataupun keluarga dan teman dekat yang hidup takut Tuhan dan tinggal dalam kebenaran yang sejati.


Bagi mereka yang sudah terluka - dan memang banyak dari kita telah mengalami luka psikologis dan spiritual – proses menyembuhkan luka-luka ini adalah proses yang kompleks dan memerlukan perhatian yang serius.


Beberapa tips berikut bisa diperhatikan dan dilakukan:

Terima dan sadari realita Anda: akui perasaan dan emosi yang Anda alami. Jangan menekan atau mengabaikan perasaan tersebut. 

Memahami dan mengakui perasaan adalah langkah awal yang penting dalam penyembuhan.

Cari dukungan: Jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental, konselor, pelayan Tuhan yang dapat dipercaya.

Latihan relaksasi: relaksasi dan pernapasan dapat membantu meredakan kecemasan, stres, dan gangguan tidur yang seringkali terkait dengan luka psikologis.

Aktivitas fisik: berolahraga secara teratur dapat membantu mengurangi gejala depresi dan kecemasan, serta merangsang pelepasan endorfin yang dapat meningkatkan suasana hati.

Pentingnya rutinitas: terus berusaha bekerja dan produktif meskipun mungkin ini bukanlah hal yang mudah. 

Namun, ini dapat memberikan rasa kontrol dan stabilitas dalam kehidupan Anda.

Hindari diri dari pemicu: identifikasi apa yang memicu atau memperburuk luka psikologis dan spiritual Anda. 

Jika mungkin, hindari situasi atau lingkungan yang bisa memicu perasaan negatif.

Praktikkan penghargaan diri sendiri: Berlatih menghargai diri sendiri dan mengubah pola pikir yang merendahkan diri dapat membantu meningkatkan harga diri dan pemahaman diri.

Anda berharga di mata Allah (Yesaya 43:4 Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau)

Luangkan waktu untuk kesenangan, hobi, atau minat dan bakat: lakukan kegiatan atau hobi atau minat dan bakat yang memberikan Anda sukacita dan kenikmatan. Ini dapat membantu mengalihkan pikiran dari rasa sakit emosional.

Sabar dan bertahan: proses ini butuh waktu. Sabar dan bertahan dapat menolong Anda mengalami perubahan dan pertumbuhan.

Lakukan aktivitas silence dan solitude: mencari waktu tenang atau diam dan menyendiri bersama Allah dalm Kristus Yesus

 

Ingat bahwa penting untuk berdiam diri dalam kesendirian (solitude) dan bukan kesepian (lonliness).


Continue reading Luka Tanpa Darah

Monday, August 14, 2023

, , ,

Pendidikan - Pengembangan Kecerdasan (2)

 


grefer pollo

oleh: grefer pollo


Mengenai pendidikan Kristen, 300 tahun sebelum Yesus Kristus lahir sebagai manusia ke dalam dunia, Aristoteles mengatakan bahwa tujuan pendidikan di sekolah melalui catatannya berikut tidak semua orang memiliki pandangan yang sama tentang apa yang harus dipelajari oleh kaum muda, mengenai kebaikan atau yang terbaik dalam hidup. 


Juga tidak ada pendapat yang jelas apakah pendidikan itu harus terutama diarahkan kepada pemahaman atau pengembangan karakter moral. 

Jika kita melihat kepada praktik sesungguhnya, hasilnya membingungkan, tidak ada pencerahan terhadap masalah apakah harus dilakukan pendidikan dalam upaya mengejar yang berguna dalam kehidupan, atau hal lain yang menghasilkan kebaikan, atau yang akan melampaui kebiasaan (pengetahuan).

Di sisi lain Lawrence Stenhouse berpendapat bahwa pendidikan di sekolah mesti merupakan sebuah transmisi budaya dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

 

Pada tahun 2010, sebuah penelitian yang dilakukan pemerintah di Queensland, Australia, menginvestigasi tujuan sekolah-sekolah yang ada di 16 negara maju di Asia dan Barat.

Mereka menemukan hanaya ada 2 tujuan jelas yang sama dimiliki sekolah-sekolah tersebut yakni: mengembangkan individu dan kewarganegaraan/masyarakat.demokrasi.

 

Tujuan itu berkaitan dengan kemampuan intelektual (berhitung dasar dan baca tulis); kewarganegaraan (asimilasi terhadap kepercayaan dan nilai budaya yang berlaku); ekonomi (persiapan unutk dunia kerja); dan tanggung jawab sosial.

 

Pendidikan tidaklah dapat bersifat netral. 


Karena pendidikan di sekolah bertujuan untuk membentuk anak-anak menjadi waga negara terdidik, sekolah memilih sumber daya, metode pengajaran, dan berbagai pandangan kurikulum guna mencapainya. 

Di sinilah muncul alasan mengapa orang-orang harus menghargai pendidikan.

 

Secara intuitif, orang tua menyadari bahwa penyebaran informasi dan ketrampilan di sekolah seperti berhitung dan baca tulis, tidak dapat dielakkan lagi tercakup dalam paket pembinaan yang membentuk siapa anak itu dan bagaimana mereka memahami dunia.

 

Jamie Smith mengungkapkan hal  tersebut melalui pernyataannya bahwa pendidikan sesungguhnya bukanlah sekedar suatu proyek yang bertujuan untuk menyebarluaskan informasi dan ketrampilan, melainkan merupakan pemeliharaan, yang bertujuan untuk membentuk dan menciptakan manusia jenis tertentu.

 

Sekali lagi di sini dapat dipahami bahwa pendidikan tidak bersifat netral. 


Karena arah dan tujuan pendidikan, kendalinya dipegang oleh mereka yang berkuasa dan berotoritas mengarahkan pendidikan itu ke mana. Semua itu tersimpan dalam nilai dan materi kurikulumnya.

 

Di sinilah menolong kita menyadari bahwa sekolah menjadi mitra terdekat para orang tua dan memberi para guru pengaruh besar atas apa yang akan terjadi pada anak-anak mereka.

 

Yesus menegaskan perspektif ini dalam Lukas 6:39-40 bahwa seorang murid jika benar-benar dilatih akan menjadi seperti guru mereka.


Banyak orang menyebut masa kini adalah masa postmodernisme yakni saat di mana kebenaran metanarasi disangkali.

Meskipun dunia Kristen sudah sewajarnya menolak relativitas posmodernisme, salah satu buah positif etika posmodern adalah tumbuhnya pengakuan atas tidak adanya netralitas.

 

Beberapa pakar pendidikan memberikan pendapat mereka tentang tidak adanya netralitas dalam pendidikan.

Cooling dalam tulisannya tahun 2005 berjudul Curiosity: Vice or virtue for the Christian teacher? Promotion faithfulness to Scripture in teacher formation mengatakan bahwa guru-guru…mengajarkan fakta-fakta dan nilai-nilai bersama, tetapi mereka melakukannya dalam konteks interpretasi tertentu yang berasal dari kepercayaan mereka masing-masing tentang apa yang dimaksud atau apa makna menjadi manusia.

 

Pada tahun 2003, Johnson menuliskan sebuah tulisan berjudul Dutch reformed philosophy in North America: Threevarieties in the late twentieth century mengatakan bahwa semua pembelajaran dan pendidikan di setiap bidang studi, entah filsafat atau matematika, teologi atau fisika, terjadi dalam ranah adanya seprangkat komitmen dan asumsi yang dibawa seseorang ke dalam tugas pembelajaran… entah seseorang membawa asumsi Marxis, Darwinis, atau iman Kristen ke dalam asumsi pembelajaran mereka, asumsi religius selalu membentuk pembelajaran.

 

Cukup sering banyak pihak salah kaprah dengan berusaha menyatakan adanya netralitas dalam kehidupan. Misalnya dengan memisahkan antara gereja dengan pemerintah, menolak membicarakan nama Tuhan atau karya-Nya di sekolah. 

Ataupun, dengan mengatakan atau mengajarkan bahwa Tuhan hanya relevan saja dengan hal-hal rohani atau spiritual dan tidak dengan hal-hal pengalaman hidup atau pembelajaran di kelas. 


Menghilangkan pandangan hidup alkitabiah bukanlah netralitas.

 

Posisi pembelajaran agama di sekolah perlu mendapat perhatian. 

Jika di suatu sekolah ada pembelajaran agama Kristen maka seolah-olah hanya di pembelajaran itulah iman Kristen perlu dan harus diajarkan sedangkan dalam pembelajaran lainnya tidak boleh atau tidak perlu diajarkan. 

Ini sebuah kemustahilan. Sebab, justru mata pelajaran lain merupakan alat peraga atau sarana untuk mengajarkan iman Kristen. 

Bukankah banyak saintis atau ilmuwan Kristen yang menemukan karya Tuhan di alam semesta melalui pengenalan mereka akan Allah di dalam Alkitab?

 

Tuhan tidak saja menciptakan alam semesta dan manusia, tetapi juga menciptakan kita semua sebagai pencari Tuhan. 


Rasul Paulus menyatakan bahwa semua orang, Israel dan Yunani secara bersama-sama, adalah Pencari Tuhan (seperti yanga da dalam cerita di Atena dalam Kisah 17:16-34), entah mereka mengakuinya atau tidak. 

Jika menjadi religius diartikan sebagai mencari Tuhan maka kita semua adalah religius entah diakui ataupun tidak.

 

 

 

Sumber: Hakikat Pendidikan Kristen, Richard J Edlin 2015


Continue reading Pendidikan - Pengembangan Kecerdasan (2)
, ,

Pendidikan - Pengembangan Kecerdasan (1)

 

grefer pollo

oleh: grefer pollo

Tahun 1900 saat para pemimpin Kota Paris bertemu dengan seorang ahli psikologi bernama Alfred Binet, mereka meminta kepada Binet melalui sebuah pertanyaan: Apakah dia dapat merancang sebuah ukuran untuk memperkirakan anak muda mana yang akan sukses dan mana yang akan gagal dari sekolah dasar Paris. 

Tes ini dirancang juga untuk mengukur kapasitas mental anak-anak dan membantu mengidentifikasi anak-anak yang mungkin memerlukan bantuan pendidikan khusus.


Binet berhasil.

Dalam waktu singkat Binet berhasil melakukannya melalui tes kecerdasan.

Dalam waktu singkat keberhasilan di Paris itu langsung menjarah Amerika Serikat. Meraih sukses yang cukup sampai Perang Dunia I.

Pada saat itu, tes kecerdasan itu dipakai untuk menguji lebih dari 1 juta orang Amerika yang mendaftar menjadi tentara.

Sejak saat itu, terjadilah booming, tes ini seperti menjadi tes psikologi terbesar. Sebuah alat ilmiah yang sangat bermanfaat.

Hal apa yang membangkitkan semangat mengenai tes kecerdasan ini?

Untuk menghitung seberapa cerdik seseorang, Dunia Barat mengandalkan kepada intuitif. 

Lalu, sekarang muncul pengukuran dalam angka. Seperti mengukur tinggi dan berat badan seseorang, seolah kecerdasan seseorang itu begitu nyata terlihat.

 

Konsep yang dipakai oleh Alfred Binet adalah mengukur kecerdasan anak dan mengklasifikasikan mereka berdasarkan usia mental. 

Tes ini relatif membantu membentuk dasar bagi pengembangan konsep IQ.

Pada dasarnya, skor IQ adalah perbandingan antara usia mental seseorang dan usia kronologisnya, dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang sejauh mana seseorang melebihi atau tertinggal dari rata-rata dalam hal perkembangan kognitif. 

Meskipun pengukuran IQ telah menjadi bahan kontroversi dan banyak variasi dan alternatif yang muncul sejak itu, kontribusi Alfred Binet tetap penting dalam perkembangan ilmu psikologi dan pengukuran kecerdasan.

Tes IQ ada bermacam-macam. 

Salah satu jenis tes yang sering digunakan untuk mengukur kecerdasan seseortang dan jika nilainya lebih dari 130 maka orang itu dianggap cerdas dan berbakat dan layak untuk mengikuti program tertentu.

Beberapa sekolah tertentu menganut paham ini dan para calon siswa dites menggunakan tes tersebut. 

Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi, diberi kesempatan untuk mengikuti pelajaran dengan tuntutan ketrampilan bacaan, perhitungan, dan pemikiran penting.

Tes ini menghasilkan manusia yang paling cerdas, paling cerdik, dapat diandalkan untuk masuk ke dalam perguruan tinggi yang lebih baik.

Di sisi lain, ada konsep yang berbeda mengenai sekolah.

Model belajar yang berfokus kepada individu. 

Model ini dikembangkan dari berbagai penemuan yang baru ada setelah masa Binet. 

Hal yang dimaksud seperti: ilmu pengetahuan kognitif (pengetahuan mengenai pikiran) dan neuroscience (pengetahuan mengenai otak).


Pendekatan ini disebut sebagai kecerdasan majemuk.

Setiap manusia memiliki berbagai kemampuan dan ketrampilan penting untuk mengelola hidup dan cara bertahan hidup.

Bayangkan berapa banyak orang yang pada masa sekolah sangat pintar secara hasil tes IQ tetapi tidak mampu bertahan dalam dunia kerja ataupun mengelola kehidupan dengan sesama.

Bayangkan, pelaut yang berlayar dapat mengenali jalan di ratusan atau ribuan pulau dengan mengamati gugusan bintang di langit, nerasakan jalan di atas air, dengan sedikit memperhatikan tanda di daratan.

Kecerdasan yang berkaitan dengan pelaut ini adalah kecerdasan navigasi.

Coba bayangkan dokter ahi bedah, pemburu, nelayan, penari, atlet, kepala suku, tokoh masyarakat, petani, dan sebagainya. 

Semua ini menuntut kemampuan yang berbeda dan harus diperhitungkan sebagai kecerdesan yang berbeda. 

Yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan menyelesaikan masalah, menciptakan produk, yang berharga dalam satu atau lingkungan budaya dan masyarakat yang berbeda.


Karena tujuan sekolah adalah mengembangkan kecerdasan dan membantu orang mencapai sasaran profesi dan hobi yang cocok untuk spektrum kecerdasan mereka masing-masing serta meningkatkan kualitas dan makna hidup, maka perlu diperhatikan kecerdasan lain yang dimiliki oleh seorang anak atau manusia dalam masa pertumbuhan atau pendidikannya.


Beberapa kecerdasan lain yang perlu diperhatikan seperti:

1. Kecerdasan linguistik adalah jenis kemampuan yang ditunjukkan dalam bentuk paling lengkap dalam bentuk puisi

2. Kecerdasan logika-matematika

Di dalam masyarakat kedua kecerdasan ini diberi tempat sedikit utama. 

Sehingga dalam beberapa sekolah atau institusi melakukan tes masuk menggunakan kedua kecerdasan ini.

Bila seseorang pandai dalam bahasa dan matematika maka tes IQ dan STA (scholactic aptitude test) akan tinggi sehingga saat mungkin mudah berhasil dalam tes masuk perguruan tinggi yang banyak diminati orang.

3. Kecerdasan ruang adalah kemampuan membentuk model mental dari dunia ruang dan mampu melakukan berbagai tindakan dan operasi menggunakan model itu

4. Kecerdasan musik

5. Kecerdasan gerakan badan adalah kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode menggunakan seluruh atau sebagian badan seseorang, misalnya penari, atlet, dokter bedah, perajin, dsb

6. Kecerdasan antar pribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain mengenai apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja sama dengan mereka. Contoh: wiraniaga, politisi, guru, petugas klinik, pemimpin gereja, dsb

7. Kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang berkaitan dengan seseorang tetapi yang mengarah ke dalam. Ini adalah kemampuan membentuk model yang akurat, dapat dipercaya dari diri sendiri dan mampu menggunakan model itu untuk beroperasi secara efektif dalam hidup.


Kecerdasan adalah bahan baku dalam kehidupan. Kecerdasan ini bekerja bersama dengan potensi lain dalam hidup seseorang untuk menyelesaikan masalah, menghasilkan berbagai jenis bentuk akhir budaya, profesi, kegemaran, dan menjadi lebih baik dan efektif dalam kehidupannya


Seperti tertulis di atas sebelumnya, bahwa tujuan sekolah seharusnya mengembangkan kecerdasan dan membantu orang mencapai sasaran profesi dan hobi yang cocok untuk spektrum kecerdasan mereka masing-masing.

Perlu disadari dalam membangun sekolah dan kehidupan bahwa tidak semua orang mempunyai kecerdasan yang sama dan tidak semua orang mempunyai minat dan bakat yang sama, dan tidak semua orang belajar dengan cara yang sama. 

Karena itu, sekolah, keluarga, dan gereja sangat perlu memperhatikan hal ini.

Sekolah yang berfokus kepada individu atau siswa akan kaya dalam model penilaian kemampuan dan kecenderungan individual. 

Sekolah akan mencocokkan individual bukan saja pada model kurikulum yang ada tetapi juga pada cara tertentu untuk mengajarkan subyek-subyek dalam kurikulum itu.

Misalnya, di sekolah memiliki tim penilaian. 

Maka mereka ini perlu berusaha untuk mencoba memahami sesensitif dan selengkap apa kemampuan dan minat siswa dan melakukan tes menggunakan aneka kecerdasan. 

Sehingga dapat diketahui secara spesifik dan langsung pada kemampuan ruang, kemampuan pribadi, dan sebagainya dan bukan hanya kemampuan bahasa dan linguistik saja.

Dari situ sekolah akan memiliki data yang lengkap dan tahu berbagai kemampuan siswanya serta cara mengembangkan semua itu.

Selain itu, sekolah perlu memiliki pengembangan kurikulum yang bertugas membantu menyesuaikan profil, sasaran, dan minat siswa pada kurikulum dan gaya belajar tertentu. 

Demikian juga pengembangan komite sekolah yang bertugas menolong siswa dengan peluang belajar dalam masyarakat yang lebih luas. 

Mereka ini akan menolong siswa mempelajari hal-hal yang tidak tersedia di sekolah. 

Misalnya, bagi siswa yang menunjukkan pengembangan kognitif yang tidak biasa, ketrampilan tertentu, bimbingan karir tertentu, magang, tempat siswa mengembangkan potensi dan profesi tertentu, hobi, dan sebagainya.

Pengembangan seperti ini akan menolong para guru untuk melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan, seperti mengajarkan materi subyek menurut gaya mengajar pilihan mereka sendiri. 

Demikian juga kepala sekolah akan memiliki kesempatan untuk menemani dan membimbing para guru yang kurang berpengalaman.

 

 

Sumber: Multiple Intelligences, Howard Gardner, 2003

 


Continue reading Pendidikan - Pengembangan Kecerdasan (1)

Thursday, August 10, 2023

Pendekatan Psikologi Teologi Kristen

 

ged pollo

oleh: grefer pollo

Psikologi Teologi Kristen menjadi bidang yang penting dalam pelayanan. 

Bidang interdisipliner ini menggabungkan prinsip-prinsip psikologi dengan teologi Kristen untuk memahami dan menjelaskan aspek-aspek psikologis manusia dalam kerangka keyakinan Kristen. 

Integrasi dan kolaborasi antara keduanya menolong mereka yang bergelut di dalamnya untuk merenungkan kehidupan secara holisitis sembari menghubungkan antara keyakinan iman dan pemahaman tentang psikologi manusia.

 

Seiring hal di atas, berikut beberapa aspek penting dari Psikologi Teologi Kristen yang perlu diperhatikan:

 

Pemahaman Kemanusiaan

Melihat dan memahami manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mencerminkan citra-Nya. Dalam pemahaman ini eksplorasi tentang sifat dosa, penebusan, dan potensi manusia untuk pertumbuhan rohaniah dilakukan.

 

Pemahaman Dosa dan Kesalahan

Melihat dan mengeksplorasi konsep dosa dan kesalahan dalam teologi Kristen. Di sini berusaha dipahami kaitan pemahaman psikologis tentang perilaku manusia, kesalahan, dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan kualitas kehidupan.

 

Pertumbuhan Rohani

Melihat seperti apakah kehidupan rohaniah dapat berinteraksi dan memberi pengaruh terhadap perkembangan psikologis individu, termasuk konsep seperti pembentukan karakter, perkembangan moral, pembentukan mental, dan transformasi pribadi.

 

Tujuan dan Makna Hidup

Ini merupakan bagian sangat penting dalam kehidupan yang perlu diperhatikan. Keyakinan Kristen memberi perhatikan penuh terhadap tujuan dan makna hidup manusia. Tujuan dan makna hidup akan mendorong pelayanan, dan makna eksistensial yang memengaruhi persepsi manusia terhadap kebahagiaan, kepuasan, dan kesejahteraan.

 

Pengobatan dan Penyembuhan

Menjelajahi bagaimana pengajaran dan nilai-nilai Kristen dapat berkontribusi pada pemahaman tentang penyembuhan psikologis dan rohaniah, serta bagaimana dukungan spiritual dapat membantu dalam proses penyembuhan.

 

Konseling dan Pendampingan

Integrasi prinsip-prinsip teologi Kristen dengan metode konseling dan pendampingan sangat membantu individu dalam menghadapi masalah psikologis dan rohaniah.

 

Pendidikan dan Pembentukan Karakter

Di bagian ini dilakukan eksplorasi bahwa nilai-nilai Kristen dan prinsip-prinsip moral dapat membentuk pendidikan dan pembentukan karakter, baik dalam konteks keluarga, gereja, maupun lembaga pendidikan Kristen.

 

Pendekatan Psikologi Teologi Kristen bersifat reflektif.

Continue reading Pendekatan Psikologi Teologi Kristen