oleh: grefer pollo
Tahun 1900 saat para pemimpin Kota Paris bertemu dengan seorang ahli
psikologi bernama Alfred Binet, mereka meminta kepada Binet melalui sebuah
pertanyaan: Apakah dia dapat merancang sebuah ukuran untuk memperkirakan anak
muda mana yang akan sukses dan mana yang akan gagal dari sekolah dasar Paris.
Tes
ini dirancang juga untuk mengukur kapasitas mental anak-anak dan membantu
mengidentifikasi anak-anak yang mungkin memerlukan bantuan pendidikan khusus.
Binet berhasil.
Dalam waktu singkat Binet berhasil melakukannya melalui tes kecerdasan.
Dalam waktu singkat keberhasilan di Paris itu langsung menjarah Amerika
Serikat. Meraih sukses yang cukup sampai Perang Dunia I.
Pada saat itu, tes kecerdasan itu dipakai untuk menguji lebih dari 1
juta orang Amerika yang mendaftar menjadi tentara.
Sejak saat itu, terjadilah booming, tes ini seperti menjadi tes psikologi terbesar. Sebuah
alat ilmiah yang sangat bermanfaat.
Hal apa yang membangkitkan semangat mengenai tes kecerdasan ini?
Untuk menghitung seberapa cerdik seseorang, Dunia Barat mengandalkan
kepada intuitif.
Lalu, sekarang muncul pengukuran dalam angka. Seperti mengukur
tinggi dan berat badan seseorang, seolah kecerdasan seseorang itu begitu nyata terlihat.
Konsep yang dipakai oleh Alfred Binet adalah mengukur kecerdasan anak
dan mengklasifikasikan mereka berdasarkan usia mental.
Tes ini relatif membantu
membentuk dasar bagi pengembangan konsep IQ.
Pada dasarnya, skor IQ adalah perbandingan antara usia mental seseorang
dan usia kronologisnya, dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang sejauh
mana seseorang melebihi atau tertinggal dari rata-rata dalam hal perkembangan
kognitif.
Meskipun pengukuran IQ telah menjadi bahan kontroversi dan banyak
variasi dan alternatif yang muncul sejak itu, kontribusi Alfred Binet tetap
penting dalam perkembangan ilmu psikologi dan pengukuran kecerdasan.
Tes IQ ada bermacam-macam.
Salah satu jenis tes yang sering digunakan untuk
mengukur kecerdasan seseortang dan jika nilainya lebih dari 130 maka orang itu
dianggap cerdas dan berbakat dan layak untuk mengikuti program tertentu.
Beberapa sekolah tertentu menganut paham ini dan para calon siswa dites
menggunakan tes tersebut.
Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi,
diberi kesempatan untuk mengikuti pelajaran dengan tuntutan ketrampilan bacaan,
perhitungan, dan pemikiran penting.
Tes ini menghasilkan manusia yang paling cerdas, paling cerdik, dapat
diandalkan untuk masuk ke dalam perguruan tinggi yang lebih baik.
Di sisi lain, ada konsep yang berbeda mengenai sekolah.
Model belajar yang berfokus kepada individu.
Model ini dikembangkan dari
berbagai penemuan yang baru ada setelah masa Binet.
Hal yang dimaksud seperti:
ilmu pengetahuan kognitif (pengetahuan mengenai pikiran) dan neuroscience (pengetahuan
mengenai otak).
Pendekatan ini disebut sebagai kecerdasan majemuk.
Setiap manusia memiliki berbagai kemampuan dan ketrampilan penting untuk
mengelola hidup dan cara bertahan hidup.
Bayangkan berapa banyak orang yang pada masa sekolah sangat pintar
secara hasil tes IQ tetapi tidak mampu bertahan dalam dunia kerja ataupun
mengelola kehidupan dengan sesama.
Bayangkan, pelaut yang berlayar dapat mengenali jalan di ratusan atau
ribuan pulau dengan mengamati gugusan bintang di langit, nerasakan jalan di
atas air, dengan sedikit memperhatikan tanda di daratan.
Kecerdasan yang berkaitan dengan pelaut ini adalah kecerdasan navigasi.
Coba bayangkan dokter ahi bedah, pemburu, nelayan, penari, atlet, kepala
suku, tokoh masyarakat, petani, dan sebagainya.
Semua ini menuntut kemampuan yang
berbeda dan harus diperhitungkan sebagai kecerdesan yang berbeda.
Yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan menyelesaikan masalah, menciptakan produk, yang berharga dalam satu
atau lingkungan budaya dan masyarakat yang berbeda.
Karena tujuan sekolah adalah mengembangkan kecerdasan dan membantu orang
mencapai sasaran profesi dan hobi yang cocok untuk spektrum kecerdasan mereka
masing-masing serta meningkatkan kualitas dan makna hidup, maka perlu
diperhatikan kecerdasan lain yang dimiliki oleh seorang anak atau manusia dalam
masa pertumbuhan atau pendidikannya.
Beberapa kecerdasan lain yang perlu diperhatikan seperti:
1. Kecerdasan
linguistik adalah jenis kemampuan yang ditunjukkan dalam bentuk paling lengkap
dalam bentuk puisi
2. Kecerdasan
logika-matematika
Di dalam masyarakat kedua kecerdasan ini diberi tempat sedikit utama.
Sehingga dalam beberapa sekolah atau institusi melakukan tes masuk menggunakan kedua
kecerdasan ini.
Bila seseorang pandai dalam bahasa dan matematika maka tes IQ dan STA
(scholactic aptitude test) akan tinggi sehingga saat mungkin mudah berhasil
dalam tes masuk perguruan tinggi yang banyak diminati orang.
3. Kecerdasan
ruang adalah kemampuan membentuk model mental dari dunia ruang dan mampu
melakukan berbagai tindakan dan operasi menggunakan model itu
4. Kecerdasan
musik
5. Kecerdasan
gerakan badan adalah kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode
menggunakan seluruh atau sebagian badan seseorang, misalnya penari, atlet,
dokter bedah, perajin, dsb
6. Kecerdasan
antar pribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain mengenai apa yang
memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja sama dengan
mereka. Contoh: wiraniaga, politisi, guru, petugas klinik,
pemimpin gereja, dsb
7. Kecerdasan
intra pribadi adalah kemampuan yang berkaitan dengan seseorang tetapi yang
mengarah ke dalam. Ini adalah kemampuan membentuk model yang akurat, dapat
dipercaya dari diri sendiri dan mampu menggunakan model itu untuk beroperasi
secara efektif dalam hidup.
Kecerdasan adalah bahan baku dalam kehidupan. Kecerdasan ini bekerja
bersama dengan potensi lain dalam hidup seseorang untuk menyelesaikan masalah,
menghasilkan berbagai jenis bentuk akhir budaya, profesi, kegemaran, dan menjadi
lebih baik dan efektif dalam kehidupannya
Seperti tertulis di atas sebelumnya, bahwa tujuan sekolah seharusnya mengembangkan
kecerdasan dan membantu orang mencapai sasaran profesi dan hobi yang cocok
untuk spektrum kecerdasan mereka masing-masing.
Perlu disadari dalam membangun sekolah dan kehidupan bahwa tidak semua
orang mempunyai kecerdasan yang sama dan tidak semua orang mempunyai minat dan
bakat yang sama, dan tidak semua orang belajar dengan cara yang sama.
Karena itu,
sekolah, keluarga, dan gereja sangat perlu memperhatikan hal ini.
Sekolah yang berfokus kepada individu atau siswa akan kaya dalam model
penilaian kemampuan dan kecenderungan individual.
Sekolah akan mencocokkan
individual bukan saja pada model kurikulum yang ada tetapi juga pada cara
tertentu untuk mengajarkan subyek-subyek dalam kurikulum itu.
Misalnya, di sekolah memiliki tim penilaian.
Maka mereka ini perlu
berusaha untuk mencoba memahami sesensitif dan selengkap apa kemampuan dan minat
siswa dan melakukan tes menggunakan aneka kecerdasan.
Sehingga dapat diketahui
secara spesifik dan langsung pada kemampuan ruang, kemampuan pribadi, dan
sebagainya dan bukan hanya kemampuan bahasa dan linguistik saja.
Dari situ sekolah akan memiliki data yang lengkap dan tahu berbagai
kemampuan siswanya serta cara mengembangkan semua itu.
Selain itu, sekolah perlu memiliki pengembangan kurikulum yang bertugas membantu
menyesuaikan profil, sasaran, dan minat siswa pada kurikulum dan gaya belajar
tertentu.
Demikian juga pengembangan komite sekolah yang bertugas menolong
siswa dengan peluang belajar dalam masyarakat yang lebih luas.
Mereka ini akan
menolong siswa mempelajari hal-hal yang tidak tersedia di sekolah.
Misalnya, bagi
siswa yang menunjukkan pengembangan kognitif yang tidak biasa, ketrampilan
tertentu, bimbingan karir tertentu, magang, tempat siswa mengembangkan potensi
dan profesi tertentu, hobi, dan sebagainya.
Pengembangan seperti ini akan menolong para guru untuk melakukan apa
yang seharusnya mereka lakukan, seperti mengajarkan materi subyek menurut gaya
mengajar pilihan mereka sendiri.
Demikian juga kepala sekolah akan memiliki
kesempatan untuk menemani dan membimbing para guru yang kurang berpengalaman.
Sumber: Multiple Intelligences, Howard Gardner, 2003