Devosi hari ini
27 Januari 2025
MARI KITA KE KAMPUNG HALAMAN
Markus 6:1-5
Ayat 2: Pada
hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan
jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka
berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang
diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat
diadakan oleh tangan-Nya?
Seseorang pulang ke kampung halaman karena berbagai alasan, baik yang bersifat emosional, sosial, maupun praktis. Misalnya, rindu kepada keluarga dan teman lama, karena ikatan emosional atau mau bernostalgia, atau mungkin ingin mencari ketentraman, atau mungkin mau bersosial saja, atau mungkin mau membangun koneksi identitas, atau mungkin untuk keperluan ekonomi dan warisan.
Dan, tentunya, yang diharapkan dari orang-orang di kampung tersebut adalah orang tua atau kerabat mengharapkan waktu bersama, berbagi cerita, dan menjalin kehangatan keluarga, atau tetangga atau teman lama bisa bertemu dan berbincang untuk mempererat hubungan, atau orang-orang di kampung merasa bangga karena yang merantau berhasil dan pulang membawa cerita sukses dan kisah-kisah inspirasi atau pelajaran dari pengalaman orang tersebut, atau mungkin banyak yang menanti oleh-oleh atau hadiah kecil sebagai bentuk perhatian dan tanda kasih.
Bagi beberapa orang pulang ke kampung halaman adalah bentuk penghormatan pada akar budaya, keluarga, dan identitas seseorang. Orang yang pulang membawa harapan besar, baik sebagai simbol cinta kasih, pereda rindu, maupun sumber motivasi dan inspirasi bagi komunitas di kampung.
Dalam konteks ini, pulang kampung bukan
hanya perjalanan fisik, tetapi juga sebuah penghubung emosional, sosial, dan
spiritual yang memperkuat ikatan keluarga dan masyarakat.
Kota Nazaret (Yunani: Ναζαρά - NAZARA, atau: Ναζαρέτ - NAZARET di Galilea tempat tinggal Yusuf dan Maria, juga Yesus kira-kira 30tahun sampai Dia ditolak (Lukas 2:39; 4:16, 28-31).
Kota Nazaret ditulis dalam ke-4 Injil: Matius 2:23, Setibanya di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.
Lukas 4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
Karena itulah Dia disebut Yesus dari Nazaret seperti dalam Yohanes 1:45 Filipus
bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia,
yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak
Yusuf dari Nazaret."
Meskipun
Yesus disambut gembira di Samaria seperti juga yang terjadi di tempat lain,
tetapi tidak di kampung halamannya sendiri.
Kata takjub pada ayat 2 di atas berasal dari bahasa Yunani ἐκπλήσσω (ekplesso). Dalam konteks Yunani kuno, kata ἐκπλήσσω (ekplesso) sering digunakan untuk menggambarkan reaksi yang kuat terhadap sesuatu yang mengejutkan, baik secara positif maupun negatif.
Atau, menggambarkan pengalaman emosional yang mendalam
terhadap kejadian-kejadian luar biasa.
Reaksi takjub oleh mereka yang ada dalam rumah ibadat orang Yahudi dalam bacaan di atas adalah mereka terkagum dari dalam diri mereka terhadap apa yang Yesus ajarkan.
Namun, kemudian mereka membandingkan apa yang mereka dengar dengan
latar belakang kelahiran biologis Yesus sebagai anak Yusuf dan Maria. Ketakjuban
mereka hanya bersifat lahiriah dan fenomenal. Tidak secara spiritual dari
pengenalan akan Allah yang benar.
Model ketakjuban mereka ini menghasilkan kekecewaan dan penolakan mereka kepada Tuhan Yesus (ayat 3). Kata kecewa dan menolak dalam ayat 3 itu diterjemahkan dari kata Yunani "skandalizó" (σκανδαλίζω) yang memiliki arti dasar "menyebabkan seseorang tersandung", baik secara fisik maupun figuratif.
Kata ini berkaitan dengan konsep "jebakan"
atau "penghalang" yang membuat seseorang tersandung dalam tindakan,
keyakinan, atau moralitas.
Jika
dilihat sekilas dari kronologi Markus 6:1-5, sepertinya mereka yang mendengar
pengajaran Yesus telah menjadi sandungan bagi Yesus sehingga Yesus tidak dapat
membuat banyak mujizat dan tinggal berhari-hari di kampung halaman-Nya sendiri
seperti yang Dia lakukan di daerah lain.
Tetapi, mari kita cermati
lebih dalam menurut 1 Petrus 2:6-8 berikut: 2:6 Sebab ada tertulis dalam Kitab
Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih,
sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan
dipermalukan." 2:7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi
bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh
tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu
sentuhan dan suatu batu sandungan." 2:8 Mereka tersandung padanya, karena
mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah
disediakan.
Jadi, kehadiran dan perkataan
Yesus telah menjadi batu sandungan bagi mereka yang tidak percaya kepada-Nya
dan kepada perkataan-Nya.
Bagaimana dengan kita hari
ini? Yang sudah membaca tulisan ini. Yang telah menjadi Kristen dan menyebut
dirinya Kristen (=pengikut Kristus)?
Berbahagialah mereka yang menerima
1 Petrus 2:7 ini: “Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal”.
Tuhan Yesus sertai selalu.
Imanuel. Shalom.