Nilai sejati manusia tidak pernah ditentukan oleh angka rupiah, gaji
bulanan, atau posisi yang bisa ditawar-menawar.
Nilai sejati adalah sesuatu yang tidak bisa diukur dengan nominal,
karena ia berakar pada integritas, iman, dan kesetiaan pada kebenaran.
Alkitab menegaskan: “Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas;
karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia” (1 Korintus 7:23).
Ayat ini mengingatkan bahwa harga kita sudah ditentukan oleh Kristus di
kayu salib. Harga yang tidak bisa diganti dengan rupiah, jabatan, atau pujian.
Jika kita rela menjual diri demi keuntungan sesaat, sesungguhnya kita
sedang menurunkan nilai yang sudah ditetapkan Allah sendiri.
Mahal berarti bernilai, berarti tidak mudah ditukar. Orang yang
benar-benar bernilai tidak akan rela melepas jati dirinya hanya demi kenyamanan
sesaat.
Ia tahu bahwa kehilangan integritas lebih berbahaya daripada kehilangan
kesempatan emas. Sebaliknya, mereka yang tampak berkilau di permukaan, tetapi
rela menggadaikan prinsip demi keuntungan, hanyalah perhiasan imitasi: indah di
mata, tetapi rapuh saat diuji api kehidupan.
Sejarah manusia penuh dengan kisah orang yang “dibeli.”
Esau menjual hak kesulungannya demi sepiring makanan (Kejadian 25:33).
Ia murah, karena ia menukar warisan rohani dengan kenyamanan sesaat.
Yudas menjual Yesus dengan tiga puluh keping perak (Matius 26:15). Ia
murah, karena ia menukar Sang Juruselamat dengan keuntungan kecil.
Keduanya menunjukkan bahwa ketika seseorang bisa dibeli, ia sesungguhnya
tidak semahal yang ia kira.
Namun, ada pula kisah orang yang tidak bisa dibeli.
Daniel menolak makanan raja demi menjaga kesucian hidupnya (Daniel 1:8).
Ia mahal, karena ia tidak bisa dibeli oleh kenikmatan istana.
Yesus menolak tawaran iblis yang menjanjikan seluruh kerajaan dunia
(Matius 4:8–10). Ia mahal, karena Ia tidak bisa dibeli oleh kekuasaan.
Nilai sejati selalu diuji oleh kesetiaan, dan kesetiaan adalah tanda
bahwa seseorang tidak bisa ditawar.
Dalam dunia modern,
“dibeli” tidak selalu berarti uang.
Seorang pelajar rela menyebarkan gosip demi mendapatkan hadiah
smartphone dari sponsor acara. Ia tidak dibayar dengan uang, tetapi ia telah
menjual kejujurannya demi benda yang akan usang dalam dua tahun.
Seorang pegawai rela memanipulasi laporan kerja demi traktiran makan
siang dari atasannya. Ia tidak menerima gaji tambahan, tetapi ia telah menukar
integritasnya dengan sepiring kenyamanan.
Seorang influencer rela berpura-pura bahagia, menyembunyikan luka batin,
demi likes dan pujian. Ia tidak dibeli dengan uang, tetapi ia telah menjual
keaslian dirinya demi sorotan sesaat.
Seorang mahasiswa rela menyalin tugas orang lain demi nilai bagus dan
pujian dosen. Ia tidak dibeli secara literal, tetapi ia telah menukar proses
pembelajaran dengan citra palsu.
Beberapa pelajar demi mendapatkan HP terbaru, mereka menjual dirinya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa “dibeli” bisa berarti menukar
integritas dengan hal-hal kecil. Dan ketika seseorang rela menjual dirinya
demi HP, makanan, atau pujian, sesungguhnya ia sedang mengakui bahwa dirinya
tidak semahal yang ia kira.
Kristus membeli kita dan membuat kita tidak terbeli oleh dunia. Ia
menanamkan nilai kekal yang tidak bisa digadaikan. Dunia boleh menawarkan HP,
makanan, atau pujian, tetapi kita tahu: harga kita sudah lunas, dan nilainya
tidak bisa ditawar.
Nilai sejati manusia bukanlah angka yang bisa ditulis di buku kas, bukan
pula gelar yang bisa dicetak di kartu nama. Nilai sejati adalah sesuatu yang
tidak bisa ditawar, karena ia berakar pada integritas, iman, dan kesetiaan pada
kebenaran.
- Mahal
berarti tak tergantikan. Sesuatu
atau seseorang disebut “mahal” karena keberadaannya tidak bisa digantikan
oleh apa pun.
- Murah
berarti rapuh. Sesuatu
yang murah biasanya tidak memiliki fondasi kuat; ia berkilau sebentar,
tetapi cepat hancur ketika diuji.
- Nilai sejati
diuji oleh kesetiaan.
Seperti emas yang dimurnikan dalam api, demikian pula karakter manusia
diuji dalam godaan.
Apakah harga dirimu ditentukan oleh orang, atau oleh Allah yang telah
menebusmu?
Jika oleh manusia, maka engkau akan selalu bisa dibeli. Tetapi jika oleh
Allah, maka engkau sudah “mahal” dengan harga darah Kristus. Tak ternilai, tak
tergantikan, dan tak bisa ditawar.
Berhati-hatilah dan bijaksanalah:
- Jabatan dapat membuat
kita menggadaikan prinsip.
- Pujian dapat
membuat kita kehilangan kejujuran.
- Kenyamanan dapat
membuat kita melupakan panggilan.
Kristus Membeli Kita (1 Korintus 6:20) dan Membuat Kita Tidak Terbeli
oleh Dunia
Kristus tidak sekadar menyelamatkan kita. Ia membeli kita dengan harga
yang tak terbayar oleh dunia: darah-Nya sendiri. Dalam penebusan itu, kita
tidak lagi menjadi milik dunia, melainkan milik Dia yang kudus, yang tidak bisa
ditawar.
Ketika Kristus membeli kita, Ia menetapkan nilai kita bukan berdasarkan
prestasi, jabatan, atau pujian manusia, melainkan berdasarkan kasih dan
pengorbanan-Nya. Maka, siapa pun yang telah ditebus oleh Kristus tidak lagi
bisa dibeli oleh dunia.
- Dunia bisa
menawarkan uang, tetapi kita telah menerima kasih yang lebih kaya.
- Dunia bisa
menjanjikan kekuasaan, tetapi kita telah menerima kerajaan yang kekal.
- Dunia bisa
memikat dengan kenyamanan, tetapi kita telah dipanggil untuk kesetiaan.
Kristus membeli kita bukan untuk dijadikan barang koleksi, melainkan
untuk dijadikan anak-anak terang.
Ia tidak menukar kita dengan kemuliaan sesaat, melainkan menanamkan
nilai kekal yang tidak bisa digadaikan.
Jika kita masih bisa dibeli oleh dunia, dengan pujian, jabatan, atau
rasa aman palsu maka kita belum sungguh-sungguh memahami harga penebusan itu.
Kita belum menyadari bahwa kita sudah mahal, sudah dimiliki, dan sudah
dimeteraikan.
Maka, pertanyaannya bukan lagi “berapa harga kita,” tetapi “siapa yang
telah membayar kita.”
Dan jawabannya adalah: Kristus. Karena itu, kita tidak terbeli oleh
dunia. Kita tidak tergoda oleh kilau palsu. Kita tidak tergantikan oleh tawaran
fana.
Kita adalah milik Kristus. Dan milik Kristus tidak dijual kembali.
1 Korintus 6:20: Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Kita adalah milik Kristus. Dan milik Kristus tidak dijual kembali.