Monday, June 9, 2025

Prinsip Maker-Checker: Kolaborasi untuk Integritas

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Prinsip Maker-Checker:

Kolaborasi untuk Integritas

 

Dalam dunia pelayanan, khususnya di Pusat Pengembangan Anak (PPA), keuangan bukanlah sekadar urusan angka. Ia adalah cerminan dari ketulusan hati, tanggung jawab ilahi, dan komitmen terhadap integritas. Salah satu prinsip yang sangat berguna dalam menjaga integritas keuangan adalah maker-checker. Yaitu pemisahan peran antara pembuat dan pemeriksa dalam setiap transaksi keuangan.

 

Maker adalah pihak yang menyusun laporan, membuat pengajuan, atau memulai proses transaksi. Checker adalah pihak yang memverifikasi, memeriksa, dan menyetujui proses tersebut.

 

Prinsip ini tampak sederhana, namun memiliki kekuatan besar sebagai tindakan antifraud, mencegah penyimpangan, menjaga kepercayaan, dan membangun budaya transparansi.

 

Penerapan maker-checker bukan berarti kita saling curiga, melainkan saling menjaga. Di tengah pelayanan yang padat, terkadang godaan untuk "mempermudah proses" muncul.

 

Namun, kejujuran sejati justru diuji di momen-momen semacam ini. Prinsip ini menolong kita untuk tidak bekerja sendiri, tetapi dalam tim yang saling menguatkan dan mengawasi.

 

Di dunia pelayanan, keuangan adalah urusan yang sangat sensitif. Tak hanya menyangkut transparansi, tetapi juga mencerminkan kepercayaan yang telah diberikan kepada kita, baik oleh Tuhan, mitra pelayanan, maupun jemaat.

 

Dalam konteks ini, prinsip maker-checker muncul bukan sebagai beban administrasi tambahan, tetapi sebagai langkah bijaksana untuk membangun pelayanan yang berakar pada integritas.

 

Mengapa Perlu Prinsip Maker-Checker?

Dalam setiap sistem keuangan yang sehat, pemisahan fungsi antara pihak yang membuat dan pihak yang memeriksa menjadi kunci utama dalam mencegah penyimpangan.

 

Kita manusia, betapapun berniat baiknya, tetap rentan terhadap kelalaian, bisa pribadi, bahkan godaan kompromi. Prinsip maker-checker adalah pagar batas yang bukan hanya mengatur, tapi juga menjaga.

 

Tanpa prinsip ini, ada risiko besar terjadinya:

  • Kesalahan pencatatan yang tidak terdeteksi.
  • Manipulasi data keuangan untuk keuntungan pribadi.
  • Transaksi fiktif atau penggunaan dana tanpa bukti jelas.
  • Penurunan kredibilitas pelayanan di mata mitra, gereja, dan komunitas.

 

Seringkali penyimpangan tidak terjadi karena niat jahat, tetapi karena peluang yang terbuka akibat tidak adanya pemeriksaan silang. Di situlah maker-checker menjadi langkah antifraud yang efektif.

 

Dampak jika Maker-Checker Tidak Diterapkan

  1. Kehilangan Kepercayaan: Mitra, donatur, dan lembaga lain dapat menarik dukungannya jika laporan tidak akurat atau diragukan.
  2. Ketegangan Tim: Kesalahan yang tidak diketahui dapat memicu konflik internal saat akhirnya terungkap.
  3. Masalah Hukum atau Audit: Jika dana atau bantuan digunakan tidak sesuai prosedur, bisa terjadi masalah hukum atau audit yang merugikan pelayanan.
  4. Rusaknya Kesaksian Pelayanan: Integritas yang tercoreng bisa mencoreng nama baik lembaga pelayanan secara luas, bahkan menjadi batu sandungan bagi orang yang ingin percaya pada pelayanan Kristen.

 

Manfaat Jika Maker-Checker Diterapkan

Sebaliknya, penerapan prinsip ini membawa manfaat jangka panjang, antara lain:

  • Keamanan dan kejelasan proses: Semua transaksi terlacak dan terdokumentasi dengan rapi.
  • Meningkatkan kepercayaan internal dan eksternal: Tim pelayanan merasa aman bekerja dalam sistem yang adil, dan mitra pun melihat profesionalisme dan tanggung jawab yang tinggi.
  • Mencegah beban moral: Pemisahan peran membuat setiap orang bekerja sesuai porsi, tanpa tekanan untuk menanggung semua keputusan sendiri.
  • Membangun budaya evaluatif dan terbuka: Koreksi bukan dianggap sebagai serangan, melainkan sebagai bentuk saling menjaga.

 

Siapa yang Wajib Melakukan Maker-Checker?

Penerapan maker-checker bukan tanggung jawab satu orang, tetapi kerja sama dari berbagai peran yang saling melengkapi:

  • Bendahara/Pencatat Keuangan (Maker) bertugas menyiapkan laporan keuangan, mencatat transaksi, dan menyusun pengajuan dana. Ia menyajikan data secara jujur dan terbuka untuk diperiksa.
  • Koordinator, Komisi Keuangan, dan Penanggung Jawab Kemitraan (Checker) memiliki otoritas untuk menilai apakah penggunaan dana sesuai kebutuhan, menyetujui atau menolak laporan berdasarkan bukti yang ada.
  • Tim Audit Internal (Checker Lanjutan) bertugas meninjau ulang laporan yang telah disetujui, melakukan pemeriksaan berkala, dan memberikan catatan koreksi jika ditemukan kejanggalan.

 

Kepada siapa maker-checker dilakukan?

  • Kepada Tuhan Yesus terlebih dahulu, sebagai bentuk ketaatan dan penghormatan pada panggilan pelayanan yang bersih.
  • Kepada sesama anggota tim, untuk menjaga keharmonisan dan kejelasan tanggung jawab.
  • Kepada jemaat atau komunitas, agar pelayanan tetap menjadi teladan.
  • Kepada mitra atau sponsor, sebagai bentuk tanggung jawab dan pertanggungjawaban moral serta administratif.

 

Kesimpulan Reflektif: Bukan Curiga, Tapi Saling Menjaga

Prinsip maker-checker bukanlah tembok pembatas, tetapi jaring pengaman pelayanan. Ia mengingatkan kita bahwa dalam membangun pelayanan, kejujuran bukan cukup diucapkan. Ia harus dijaga, dipraktikkan, dan diperiksa bersama.

 

“Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.”

— Roma 14:19

Dengan kolaborasi yang sehat dan prinsip yang benar, kita tidak hanya menjaga angka tetap seimbang, tetapi juga menjaga hati tetap tulus.

Mari bersama-sama membangun pelayanan yang kudus, profesional, dan dapat dipercaya bukan karena kita takut diketahui salah, tetapi karena kita ingin melayani dengan benar, dari dalam hati yang takut akan Tuhan.

 

Firman Tuhan sebagai Dasar Integritas

“Setia dalam perkara kecil…”

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”

— Lukas 16:10

 

Ayat ini menjadi cermin bagi setiap pelayan Tuhan dalam bidang keuangan. Ketika kita setia mencatat dengan jujur, menyusun laporan dengan teliti, dan menyetujui transaksi dengan pertimbangan penuh, kita sedang melayani Tuhan, bukan hanya organisasi.

 

Refleksi Peran: Menjadi Penjaga Integritas

  • Bendahara, engkau bukan sekadar penyimpan dana. Engkau adalah penjaga kepercayaan. Saat engkau menyiapkan laporan, pastikan tidak ada angka yang tersembunyi, dan bahwa semuanya dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
  • Koordinator, engkau adalah pemimpin pelayanan. Dalam setiap penggunaan dana, pastikan bahwa prinsip maker-checker berjalan. Jangan pernah menyetujui laporan yang belum diperiksa dengan benar.
  • Komisi Keuangan, engkau adalah telinga dan mata bagi seluruh tim. Teguran dan koreksi darimu bukanlah tuduhan, melainkan perlindungan. Jaga suasana kerja agar tetap terbuka dan dewasa menerima umpan balik.
  • Penanggung Jawab Kemitraan, engkau berinteraksi dengan mitra. Integritas laporan yang engkau tunjukkan adalah wajah pelayanan gereja. Biarlah transparansi menjadi kekuatan dalam membangun kepercayaan jangka panjang.

 

Penutup: Pelayanan yang Tak Hanya Bergema, Tapi Juga Terbukti

Kita mungkin piawai berkhotbah tentang kejujuran. Tapi dalam hal laporan keuangan, itulah ujian nyata: apakah kata-kata kita bergema dalam tindakan. Biarlah maker-checker bukan hanya prosedur administratif, tapi wujud nyata dari kasih, integritas, dan hormat kita kepada Tuhan dan sesama.

 

"Segala sesuatu yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."

— Kolose 3:23

 

Mari kita layani dengan hati yang jujur, tangan yang bersih, dan sistem yang sehat. Karena pelayanan yang kokoh dibangun bukan hanya oleh doa, tetapi juga oleh kepercayaan yang dijaga dalam setiap angka dan proses.

 

 


0 comments:

Post a Comment