oleh: Grefer Pollo
Tidak ada seorang pun manusia yang menjadi pencipta atau Allah sehingga dia maha tahu. Hanya Allah yg maha tahu karena Dia adalah Pencipta.
Ada banyak pertanyaan dalam hidup kita yang kita tidak tahu jawabannya. Ada jenis pertanyaan yang tidak jadi masalah kalau kita tidak tahu jawabannya. Misalnya tadi pagi teman kita makan apa? Kenapa orang itu pakai pakaian itu? Orang itu ke sana naik kendaraan apa? Apa hobi orang itu?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini jika kita tidak tahu jawabannya tidak jadi masalah bagi kita karena tidak akan menambah atau mengurangi apa pun dalam hidup kita jika kita tidak tahu jawabannya.
Tapi ada jenis pertanyaan yang mengganggu kita jika kita tidak tahu jawabannya karena relevan atau berkaitan dengan hidup kita. Misalnya: kenapa Tuhan membiarkan orang itu menderita. Kenapa Tuhan mengijinkan perempuan itu diperkosa atau orang itu alami kecelakaan, atau sakit, atau kenapa Tuhan merencanakan penderitaan itu, dsb.
Misalnya nabi Habakuk
Dia bertanya kenapa Tuhan biarkan bangsa Yehuda berbuat dosa dan tidak menghukum. Tuhan jawab Tuhan akan hukum bangsa Yehuda dengan cara pakai orang Kasdim yang lebih jahat. Lalu Habakuk bertanya kenapa Tuhan pakai bangsa yang lebih jahat utk hukum bangsa yang "kurang jahat"?
Misalnya nabi Yeremia
Dalam Yeremia 20:14-15, dia bertanya dan gumulkan penderitaannya dan mengutuk hari kelahirannya
Misalnya nabi Elia
Setelah menang atas 400 lebih nabi Baal, dia ingin mati setelah dikejar oleh Izebel. Dia tidak melihat hal yang berbeda atau lebih baik setelah nabi-nabi Baal itu dibunuh
Misalnya rasul Paulus
2 Korintus 1:8-9 juga sempat berputus asa karena beban yang mereka tanggung itu terlalu berat
Misalnya Yohanes Pembaptis
Dalam penjara dia bertanya apakah Yesus itu mesias yang diutus Allah atau dia harus menunggu yang lain. Jika Yesus mesias kenapa tidak datang menolong dia
BACAAN ALKITAB: Ayub 42:1-6
Ayub tidak permasalahkan penderitaan yang dia alami: harta benda diambil orang, anak-anak mati karena bencana, penyakit di tubuhnya. Bahkan dia berkata Tuhan yang memberi Tuhan yang mengambil. Dia bilang kepada istrinya masakan mau terima yang baik dari Allah tapi tidak mau terima yang buruk.
Tapi mengapa butuh 42 pasal untuk Ayub alami pemulihan
Inti masalah Ayub adalah retribusi sempit: taat berkat, tidak taat kutuk. Retribusi ini seperti pajak di lapak pasar atau parkiran. Karena gunakan tempat maka bayar. Jika taat dapat berkat jika tidak taat dikutuk.
Ayub 1:1-2 tampilkan model retribusi ini.
Lalu muncul dialog antara Allah dan Iblis. Iblis yakin bahwa Ayub taat karena ingin diberkati. Allah yakin Ayub taat karena dia mengasihi Allah.
Satu per satu harta benda Ayub diambil. Anak-anaknya mati, Ayub kena penyakit kulit.
Dari sinilah teman-teman Ayub yang punya paham retribusi sempit melihat dan menilai bahwa Ayub menderita karena dosa-dosanya.
Bagaimana jika kita melihat dan mendengar harta benda Ayub dirampok. Mungkin kita akan berkata itu kemalangan. Perampok itu kurang ajar. Bagaimana kalau kita melihat anak-anak Ayub ditimpa bencana, mungkin kita akan mengatakan itu kecelakaan.
Dan memang itulah awal kisah dalam Ayub ini. Allah punya kedaulatan dan rencana. Bahkan Iblis pun tidak dapat berbuat sesuatu tanpa ijin Allah.
Kita melihat dalam kisah Ayub bahwa dia berkata Tuhan yang memberi Tuhan yang mengambil.
Walaupun dalam bacaan kita tahu bahwa ketika harta bendanya diambil itu adalah pekerjaan Iblis melalui perampok. Anak-anaknya mati karena angin ribut.
Ayub sadar semua itu dalam kedaulatan Allah
Ketika Ayub penuh kesakitan di tubuh, istrinya bilang kutuki Allahmu dan matilah. Ayub bilang kenapa mau terima yang baik saja dari Tuhan tapi tidak yang buruk. Ayub tetap percaya entah baik atau buruk datangnya dari Tuhan.
Allah punya rencana atas segala sesuatu. Apa rencana Allah itu?
Ayub tidak tahu saat dia sedang jalani penderitaan itu. Kitapun tidak tahu saat sedang jalani penderitaan kita. Tapi setelah Allah berbicara dengan Ayub baru dia tahu dan kenal Allah lalu dia bilang dia akui kesalahannya.
Kita hanya tahu apa rencana Allah jika kita sudah sampai di akhir cerita pergumulan kita. Seperti sebuah film kita hanya akan tahu seluruh cerita dan rencana dalam film itu jika sudah sampai di akhir filmnya.
Dalam kisah Yusuf anak Yakub, saat dia alami penderitaan dia tidak mengerti tapi dia percaya Allah sertai dia.
Setelah dia sudah jadi orang kepercayaan Firaun baru dia katakan bukan kamu yang membuat aku ada di sini tapi Allah yang menyuruh aku ke sini. Kamu rekakan yg jahat kepadaku tapi Allah rekakan yg baik. Bukan membelokan jadi baik tapi rekakan yg baik.
Penutup
Apapun yang kita alami baik atau buruk semua dalam rencana Allah, Roma 8:28 (TB) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.Allah punya alasan dibalik rencanaNya. Allah itu pencipta jadi ketika Dia lakukan sesuatu atau ijinkan sesuatu terjadi pasti ada alasannya. Seringkali alasan itu Dia tidak beritahu kepada kita supaya kita belajar hidup dalam iman.
Berapa pun usia dan apapun masalah yang kita hadapi tidak dapat menghalangi kita untuk percaya akan rencana Allah dalam hidup kita.
Masalah tidak akan hancurkan kita hanya akan buktikan dan tunjukkan seperti apa iman kita dan menjadi jalan untuk pemurnian iman kita.
Kita mungkin punya banyak pertanyaan dalam hidup yang belum ada jawabannya tapi marilah kita terus belajar percaya dan beriman bahwa Allah punya rencana dan alasan dan Dia berdaulat, berkuasa atas segala sesuatu dan segala keadaan dalam hidup kita sekarang dan nanti.
blog serba serbi ee... ada pendidikan, ada renungan Kristen, bagus ...
ReplyDeleteTerima kasih Pak Roni
DeleteMantap
ReplyDeleteTerima kasih Pak Boy
DeleteSangat diberkati pak Grefer.. belajar hidup dalam iman..
ReplyDelete