..., sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” (Lukas 10:40)
Masih teringat jelas dalam benak saya peristiwa 7-8 tahun lalu di saat saya berkendaraan motor kembali ke rumah saya setelah melakukan berbagai kegiatan pelayanan.
Hampir setiap hari saya akan berangkat ke sekolah sekitar jam 6 pagi dan kembali ke rumah sekitar jam 10 malam karena sepulang sekolah saya melanjutkan berbagai pelayanan yang ada.
Hampir setiap malam itu pula, di atas motor saya merenungkan semua yang sudah saya lakukan di hari-hari itu, hingga tiba pada sebuah pertanyaan kepada Tuhan sambil sepenuh hati menangis:
“Tuhan, apakah semua yang saya lakukan ini bermakna di hadapan-Mu atau tidak? Ataukah saya hanya sibuk dengan berbagai hal atau saya hanya menyibukkan diri saya saja?”.
Ketika saya menyiapkan renungan ini dan cerita saya di atas, saya teringat kepada kisah Maria dan Marta ini. Lalu, saya membuka bagian Alkitab yang memuat cerita ini.
Oleh karena saya suka etimologi (mempelajari asal-usul suatu kata), saya lalu mencoba mencari tahu makna kata “sibuk”. King James Version (KJV) menggunakan kata “cumbered”.
Lalu saya mencoba mencari tahu kata Yunani dari kata “cumbered” dan saya menemukan kata “perispaō” (baca: per-ee-spah'-o).
Uniknya dalam Perjanjian Baru kata ini hanya sekali digunakan. Kata ini didefinisikan sebagai to draw around, to draw away, distract atau to be over-occupied, too busy, about a thing.
Dalam kisah Maria dan Marta (Lukas 10:38-42), Marta-lah yang pertama kali menerima Yesus di rumahnya.
Tetapi, setelah Yesus berada di rumah Marta, justru Maria-lah yang duduk mendengarkan perkataan Yesus sedang Marta ter-distract dengan berbagai hal sehingga mengabaikan perkataan Tuhan Yesus.
Mungkin saja Marta terjebak dalam rutinitas yang pada akhirnya menjauhkan dia dari esensi kehidupan yakni firman Allah yang kekal.
Kembali kepada kisah saya di atas. Kebiasaan saya untuk mempertanyakan arti aktivitas, kegiatan, atau hal-hal lain yang sudah saya lakukan itu pada akhirnya ikut menjaga hati dan hidup saya untuk menghidupi Here for a Reason.
Saya menghidupi definisi pelayanan sebagai mendengarkan firman Allah lalu melakukan firman itu.
Orang yang terlalu berani melayani tanpa mendengarkan firman Allah terlebih dahulu akan hidup dalam berbagai kekuatiran dan menyusahkan diri dengan banyak perkara yang tidak perlu.
Refleksi:
Apakah rutinitas atau tekanan pekerjaan, pelayanan, atau hal lainnya telah menjauhkan kita dari misi yang telah Tuhan percayakan dalam hidup kita? Dari mana kita dapat mengetahuinya? Jika seandainya Tuhan bertanya, “Apa kerjamu di sini?”, apakah jawaban Anda?
Doa:
Tuhan, ajarkan kami untuk terus menjaga hati ini dalam segala yang kami lakukan agar tetap berada di dalam misi-Mu yang telah Engkau percayakan kepada kami. Demi Kristus kami memohon. Amin.
Sangat terberkati🔥🔥🔥
ReplyDeleteTerima kasih pak Yandri
DeleteSangat terberkati. Terimakasih Pak🙏
ReplyDeleteTerima kasih untuk responnya
Delete