Monday, August 14, 2023

, ,

Pendidikan - Pengembangan Kecerdasan (1)

 

grefer pollo

oleh: grefer pollo

Tahun 1900 saat para pemimpin Kota Paris bertemu dengan seorang ahli psikologi bernama Alfred Binet, mereka meminta kepada Binet melalui sebuah pertanyaan: Apakah dia dapat merancang sebuah ukuran untuk memperkirakan anak muda mana yang akan sukses dan mana yang akan gagal dari sekolah dasar Paris. 

Tes ini dirancang juga untuk mengukur kapasitas mental anak-anak dan membantu mengidentifikasi anak-anak yang mungkin memerlukan bantuan pendidikan khusus.


Binet berhasil.

Dalam waktu singkat Binet berhasil melakukannya melalui tes kecerdasan.

Dalam waktu singkat keberhasilan di Paris itu langsung menjarah Amerika Serikat. Meraih sukses yang cukup sampai Perang Dunia I.

Pada saat itu, tes kecerdasan itu dipakai untuk menguji lebih dari 1 juta orang Amerika yang mendaftar menjadi tentara.

Sejak saat itu, terjadilah booming, tes ini seperti menjadi tes psikologi terbesar. Sebuah alat ilmiah yang sangat bermanfaat.

Hal apa yang membangkitkan semangat mengenai tes kecerdasan ini?

Untuk menghitung seberapa cerdik seseorang, Dunia Barat mengandalkan kepada intuitif. 

Lalu, sekarang muncul pengukuran dalam angka. Seperti mengukur tinggi dan berat badan seseorang, seolah kecerdasan seseorang itu begitu nyata terlihat.

 

Konsep yang dipakai oleh Alfred Binet adalah mengukur kecerdasan anak dan mengklasifikasikan mereka berdasarkan usia mental. 

Tes ini relatif membantu membentuk dasar bagi pengembangan konsep IQ.

Pada dasarnya, skor IQ adalah perbandingan antara usia mental seseorang dan usia kronologisnya, dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang sejauh mana seseorang melebihi atau tertinggal dari rata-rata dalam hal perkembangan kognitif. 

Meskipun pengukuran IQ telah menjadi bahan kontroversi dan banyak variasi dan alternatif yang muncul sejak itu, kontribusi Alfred Binet tetap penting dalam perkembangan ilmu psikologi dan pengukuran kecerdasan.

Tes IQ ada bermacam-macam. 

Salah satu jenis tes yang sering digunakan untuk mengukur kecerdasan seseortang dan jika nilainya lebih dari 130 maka orang itu dianggap cerdas dan berbakat dan layak untuk mengikuti program tertentu.

Beberapa sekolah tertentu menganut paham ini dan para calon siswa dites menggunakan tes tersebut. 

Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi, diberi kesempatan untuk mengikuti pelajaran dengan tuntutan ketrampilan bacaan, perhitungan, dan pemikiran penting.

Tes ini menghasilkan manusia yang paling cerdas, paling cerdik, dapat diandalkan untuk masuk ke dalam perguruan tinggi yang lebih baik.

Di sisi lain, ada konsep yang berbeda mengenai sekolah.

Model belajar yang berfokus kepada individu. 

Model ini dikembangkan dari berbagai penemuan yang baru ada setelah masa Binet. 

Hal yang dimaksud seperti: ilmu pengetahuan kognitif (pengetahuan mengenai pikiran) dan neuroscience (pengetahuan mengenai otak).


Pendekatan ini disebut sebagai kecerdasan majemuk.

Setiap manusia memiliki berbagai kemampuan dan ketrampilan penting untuk mengelola hidup dan cara bertahan hidup.

Bayangkan berapa banyak orang yang pada masa sekolah sangat pintar secara hasil tes IQ tetapi tidak mampu bertahan dalam dunia kerja ataupun mengelola kehidupan dengan sesama.

Bayangkan, pelaut yang berlayar dapat mengenali jalan di ratusan atau ribuan pulau dengan mengamati gugusan bintang di langit, nerasakan jalan di atas air, dengan sedikit memperhatikan tanda di daratan.

Kecerdasan yang berkaitan dengan pelaut ini adalah kecerdasan navigasi.

Coba bayangkan dokter ahi bedah, pemburu, nelayan, penari, atlet, kepala suku, tokoh masyarakat, petani, dan sebagainya. 

Semua ini menuntut kemampuan yang berbeda dan harus diperhitungkan sebagai kecerdesan yang berbeda. 

Yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan menyelesaikan masalah, menciptakan produk, yang berharga dalam satu atau lingkungan budaya dan masyarakat yang berbeda.


Karena tujuan sekolah adalah mengembangkan kecerdasan dan membantu orang mencapai sasaran profesi dan hobi yang cocok untuk spektrum kecerdasan mereka masing-masing serta meningkatkan kualitas dan makna hidup, maka perlu diperhatikan kecerdasan lain yang dimiliki oleh seorang anak atau manusia dalam masa pertumbuhan atau pendidikannya.


Beberapa kecerdasan lain yang perlu diperhatikan seperti:

1. Kecerdasan linguistik adalah jenis kemampuan yang ditunjukkan dalam bentuk paling lengkap dalam bentuk puisi

2. Kecerdasan logika-matematika

Di dalam masyarakat kedua kecerdasan ini diberi tempat sedikit utama. 

Sehingga dalam beberapa sekolah atau institusi melakukan tes masuk menggunakan kedua kecerdasan ini.

Bila seseorang pandai dalam bahasa dan matematika maka tes IQ dan STA (scholactic aptitude test) akan tinggi sehingga saat mungkin mudah berhasil dalam tes masuk perguruan tinggi yang banyak diminati orang.

3. Kecerdasan ruang adalah kemampuan membentuk model mental dari dunia ruang dan mampu melakukan berbagai tindakan dan operasi menggunakan model itu

4. Kecerdasan musik

5. Kecerdasan gerakan badan adalah kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode menggunakan seluruh atau sebagian badan seseorang, misalnya penari, atlet, dokter bedah, perajin, dsb

6. Kecerdasan antar pribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain mengenai apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja sama dengan mereka. Contoh: wiraniaga, politisi, guru, petugas klinik, pemimpin gereja, dsb

7. Kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang berkaitan dengan seseorang tetapi yang mengarah ke dalam. Ini adalah kemampuan membentuk model yang akurat, dapat dipercaya dari diri sendiri dan mampu menggunakan model itu untuk beroperasi secara efektif dalam hidup.


Kecerdasan adalah bahan baku dalam kehidupan. Kecerdasan ini bekerja bersama dengan potensi lain dalam hidup seseorang untuk menyelesaikan masalah, menghasilkan berbagai jenis bentuk akhir budaya, profesi, kegemaran, dan menjadi lebih baik dan efektif dalam kehidupannya


Seperti tertulis di atas sebelumnya, bahwa tujuan sekolah seharusnya mengembangkan kecerdasan dan membantu orang mencapai sasaran profesi dan hobi yang cocok untuk spektrum kecerdasan mereka masing-masing.

Perlu disadari dalam membangun sekolah dan kehidupan bahwa tidak semua orang mempunyai kecerdasan yang sama dan tidak semua orang mempunyai minat dan bakat yang sama, dan tidak semua orang belajar dengan cara yang sama. 

Karena itu, sekolah, keluarga, dan gereja sangat perlu memperhatikan hal ini.

Sekolah yang berfokus kepada individu atau siswa akan kaya dalam model penilaian kemampuan dan kecenderungan individual. 

Sekolah akan mencocokkan individual bukan saja pada model kurikulum yang ada tetapi juga pada cara tertentu untuk mengajarkan subyek-subyek dalam kurikulum itu.

Misalnya, di sekolah memiliki tim penilaian. 

Maka mereka ini perlu berusaha untuk mencoba memahami sesensitif dan selengkap apa kemampuan dan minat siswa dan melakukan tes menggunakan aneka kecerdasan. 

Sehingga dapat diketahui secara spesifik dan langsung pada kemampuan ruang, kemampuan pribadi, dan sebagainya dan bukan hanya kemampuan bahasa dan linguistik saja.

Dari situ sekolah akan memiliki data yang lengkap dan tahu berbagai kemampuan siswanya serta cara mengembangkan semua itu.

Selain itu, sekolah perlu memiliki pengembangan kurikulum yang bertugas membantu menyesuaikan profil, sasaran, dan minat siswa pada kurikulum dan gaya belajar tertentu. 

Demikian juga pengembangan komite sekolah yang bertugas menolong siswa dengan peluang belajar dalam masyarakat yang lebih luas. 

Mereka ini akan menolong siswa mempelajari hal-hal yang tidak tersedia di sekolah. 

Misalnya, bagi siswa yang menunjukkan pengembangan kognitif yang tidak biasa, ketrampilan tertentu, bimbingan karir tertentu, magang, tempat siswa mengembangkan potensi dan profesi tertentu, hobi, dan sebagainya.

Pengembangan seperti ini akan menolong para guru untuk melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan, seperti mengajarkan materi subyek menurut gaya mengajar pilihan mereka sendiri. 

Demikian juga kepala sekolah akan memiliki kesempatan untuk menemani dan membimbing para guru yang kurang berpengalaman.

 

 

Sumber: Multiple Intelligences, Howard Gardner, 2003

 


3 comments:

  1. mesry.modok@gmail.comAugust 14, 2023 at 8:28 AM

    Terimakasih pak Grefer untuk tulisan yang mencerahkan. Banyak kali kita lebih menekankan satu aspek untuk semua anak. Padahal setiap anak memiliki kekhasan yang perlu ditemukan dan dikembangkan untuk mencapai kemampuan optimal dalam pengenalan diri dan pertumbuhan setiap anak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Bapa Pdt Mesry. Kiranya dapa bermanfaat dalam pendidikan Kristen di gereja. Jbu

      Delete
  2. 🔥🔥🔥🔥

    ReplyDelete