Kata
"coincidence" sering diartikan sebagai kejadian atau keadaan yang
terjadi secara kebetulan dan tidak memiliki keterkaitan sebab-akibat yang bisa
dijelaskan. Kata ini menyatakan bahwa sesuatu mungkin terjadi dan terlihat
seperti sama atau yang mungkin tampak terkait, tetapi sebenarnya tidak memiliki
hubungan kausal yang nyata.
Unsur-unsur
coincidence antara lain:
1. Terjadi tanpa adanya niat: artinya terjadi tanpa perencanaan, tanpa disengaja,
dan sebagainya. Terjadi begitu saja.
2. Tidak terduga: karena
tidak direncanakan sebelumnya maka kejadiannya tidak diduga dan menimbulkan keheranan,
kekaguman, keterkejutan, dan sebagainya.
3. Adanya unsur keterkaitan: hal yang membuat ini menarik karena meskipun tidak
terduga dan tanpa rencana tetapi adanya unsur keterkaitan.
Contoh-contoh peristiwa coincidence:
pertemuan lama yang tak terduga, prediksi yang tepat, tanggal ulang tahun yang sama, mendapatkan nomor yang sama, kesamaan nama, mimpi yang sama, kejadian historis dengan tanggal yang sama dan atau jarak waktu yang tidak jauh, pilihan keputusan yang sama.
Selain coincidence, ada yang disebut sebagai synchronicity.
Synchronicity ini, sebuah konsep yang disampaikan oleh psikolog Swiss, Carl Gustav Jung. Ini merujuk kepada peristiwa-peristiwa yang tampaknya kebetulan tetapi memiliki makna yang mendalam bagi individu yang mengalaminya. Peristiwa-peristiwa ini tidak memiliki hubungan sebab-akibat secara langsung, tetapi terjadi secara bersamaan atau dalam waktu yang dekat dengan cara yang tampaknya signifikan secara pribadi atau simbolis.
Selanjutnyan, mari kita lihat Perjanjian Baru dari sisi Perjanjian Lama dari sudut pandang Injil Matius.
Jika kita mencermati baik-baik peristiwa yang terjadi dalam kitab Kejadian 3:15 “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." Tuhan Allah sudah berpesan bahwa akan hadir seorang keturunan. Bukan keturunan-keturunan.
Di dalam Matius 1 dimulai dengan penjelasan mengenai silsilah Yesus Kristus. Bagi orang Yahudi bicara mengenai silsilah ini sangat penting.
Matius 2 menceritakan mengenai kelahiran Yesus Kristus. Kisah kelahiran ini diwarnai dengan pembunuhan anak-anak berusia 2 tahun ke bawah, pengungsian Yesus ke Mesir, dan kembali ke Israel.
Dalam kisah pada kitab Keluaran, di situ diceritakan kelahiran Musa. Kisah lahir Musa terjadi saat Firaun memerintahkan kepada bidan-bidan demikian: "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup." (Keluaran 1:16).
Jika Firaun ingin mengurangi populasi orang Ibrani (Keluaran 1:9-10 Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: "Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan--jika terjadi peperangan--jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini."), maka seharusnya yang dibunuh itu anak perempuan karena mereka akan melahirkan. Mengapa laki-laki? Karena janji Allah dalam Kejadian 3:15 itu “keturunan”. Ini merujuk kepada Yesus Kristus.
Juga dalam kisah Musa, dia pernah hidup di Mesir dan kemudian meninggalkan Mesir. Sekali lagi, dalam Matius 2, selain kisah kelahiran Yesus, juga ada kisah Yesus diasingkan oleh Yusuf dan Maria ke Mesir dan juga kembali ke Israel.
Dalam Matius 3 diceritakan Yesus setelah kembali dari Mesir, setelah berusia 30 tahun dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan.
Saat Musa memimpin Israel keluar dari Mesir, mereka semua dibaptis di laut Teberau (1 Korintus 10:2 Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.).
Dalam Matius 4, Yesus dicobai di padang gurun setelah berpuasa 40 hari 40 malam.
Bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun mereka mengalami berbagai pencobaan, kesulitan makan dan minum dan bergantung penuh kepada Tuhan Allah.
Di gunung Sinai, Musa, setelah bertemu dengan Tuhan menerima 10 hukum dan mengajarinya kepada Israel.
Dalam Matius 5, diceritakan Yesus naik ke atas bukit dan mengajari mereka yang datang untuk mendengar-Nya.
Matius 26:28 Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.
Dalam ayat ini Yesus katakan penggenapan perjanjian Allah. Jika Musa mengajarkan bahwa segala sesuatu dikuduskan menggunakan darah demikian juga pengampunan dosa melalui penumpahan darah maka Yesus katakan dalam Matius 26:28 bahwa darah-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
0 comments:
Post a Comment