tujuan utama dari belajar bukan supaya pintar tetapi, untuk mengenal Penciptanya dan mengasihinya dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan serta mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri.
Lukas 24:13-35, cerita
penampakan Yesus di jalan menuju Emaus, memiliki kaitan yang mendalam dengan
tema rumah dan pernikahan, meskipun tidak langsung menyebutkan hal tersebut.
Ada beberapa cara untuk melihat hubungan ini, terutama dari sisi simbolis dan
teologis:
1. Rumah Sebagai
Tempat Penyambutan
Ketika Yesus berjalan
bersama Kleopas dan temannya, mereka tidak mengenali-Nya hingga Dia masuk ke
rumah mereka dan duduk bersama mereka (Lukas 24:29-30).
Dalam konteks ini,
rumah menjadi tempat pertemuan yang sangat penting, tempat di mana Yesus
memilih untuk menyatakan diri-Nya. Ini menggambarkan bahwa rumah bukan hanya
sebagai tempat fisik, tetapi juga sebagai tempat di mana perjumpaan dengan
Tuhan bisa terjadi.
"Ketika Ia
duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap syukur,
memecah-mecahkannya, dan memberikannya kepada mereka." (Lukas 24:30)
Rumah di sini bisa
dilihat sebagai simbol bagi kehidupan yang terbuka dan siap menerima hadirat
Tuhan.
2. Pernikahan
sebagai Lambang Persekutuan dengan Kristus
Pernikahan dalam
Kekristenan sering dipahami sebagai gambaran hubungan antara Kristus dan
jemaat-Nya, sebagaimana yang dikatakan dalam Efesus 5:25-32.
Dalam perikop
Lukas 24, pertemuan Yesus dengan murid-murid di Emaus dapat dilihat sebagai
sebuah gambaran persekutuan yang mendalam. Mereka berjalan bersama Yesus tanpa
mengenali-Nya, namun pada akhirnya, mereka mengenal-Nya saat Ia membagikan
roti.
Ini mengingatkan kita
pada pernikahan sebagai perjalanan bersama, di mana kedua pasangan saling
berbagi hidup dan bertumbuh bersama dalam Tuhan.
Dalam pernikahan, kedekatan
yang sejati terjadi bukan hanya dalam berbicara, tetapi juga dalam berbagi
makan bersama, dalam kesederhanaan dan persekutuan hidup yang saling
menguatkan.
3. Pernikahan dan
Rumah sebagai Tempat Persembahan
Penampakan Yesus di
Emaus juga mengingatkan kita bahwa Yesus datang untuk menyempurnakan segala
sesuatu, termasuk hubungan yang paling mendalam, yaitu hubungan pernikahan.
Dalam kehidupan rumah tangga, seperti halnya dalam kisah ini, kita dipanggil
untuk membuka hati dan rumah kita untuk Yesus, agar Dia hadir dalam segala
aspek kehidupan kita.
Dalam konteks pernikahan, ini berarti membangun fondasi
hubungan yang kokoh di atas iman kepada Kristus, yang menjadi sumber kekuatan
dan kasih.
4. Kebersamaan dan
Komunitas dalam Rumah
Kehadiran Yesus yang
mengenalkan diri-Nya dalam perjamuan di rumah, mengingatkan kita bahwa rumah
dan pernikahan bukan hanya tentang hubungan fisik atau sosial, tetapi juga
tentang komunitas rohani.
Yesus memanggil kita untuk tidak hanya berfokus pada
diri sendiri, tetapi untuk berbagi kasih-Nya dengan orang lain.
Dalam
pernikahan, pasangan suami istri juga dipanggil untuk saling memberi dan
menerima, serta menjalani kehidupan yang penuh dengan kehadiran Tuhan.
Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.
Kita mengasihi bukan karena perbuatan manusia kepada kita tapi karena Allah telah mengasihi kita.
Kasih adalah senjata yang paling ampuh. Karena kasih tidak akan pernah gagal. Kasih dapat membuat musuh menjadi sahabat kita
Kualitas hidup tertinggi adalah kasih.
Allah adalah kasih
Kasih berasal dari spiritual atau supranatural maka hal-hal yang tidak biasa akan kamu lakukan.
Kasih itu akan mendorong kamu lakukan hal-hal yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya atau tidak akan kamu lakukan saat kamu tidak memiliki kasih atau dalam keadaan netral, wajar, alami, biasa.
Kamu dapat memaksa orang untuk melakukan apa yang kamu mau tapi kamu tidak dapat membuatnya mengasihimu.
Kamu bisa pegang senjata dan paksa orang katakan aku menagsihimu. Dia mungkin katakan itu di bibirnya tapi tidak dengan segenap hatinya.
Kalimat "God asked
Abraham to take his only beloved son on Mount Moriah, exactly the place the
temple was to be built on" diterjemahkan sebagai
"Allah
meminta Abraham untuk membawa satu-satunya anak yang dikasihinya ke Gunung
Moria, tepat di tempat di mana Bait Suci akan dibangun."
Penjelasan Makna:
"God asked Abraham to take his only beloved
son" merujuk pada
perintah Allah dalam Kejadian 22, ketika Ia meminta Abraham
mempersembahkan Ishak sebagai korban.
"On Mount Moriah" adalah lokasi di mana peristiwa itu terjadi.
Gunung Moria disebutkan secara khusus dalam Kejadian 22:2.
"Exactly the place the temple was to be
built on" menyampaikan
bahwa lokasi Gunung Moria kemudian menjadi tempat dibangunnya Bait Suci
oleh Raja Salomo (2 Tawarikh 3:1).
Makna Teologis:
Kalimat ini menunjukkan hubungan
simbolis dan historis antara:
Peristiwa pengujian iman Abraham, yang bersedia mempersembahkan Ishak.
Pembangunan Bait Suci, pusat ibadah umat Israel.
Secara lebih luas dalam teologi Kristen, ini juga
menjadi pendahuluan (tipologi) dari pengorbanan Yesus Kristus, Anak
Allah, yang terjadi tidak jauh dari lokasi tersebut — di Golgota, sekitar
Yerusalem.
Jadi, kalimat itu menyampaikan
pesan bahwa:
Tempat yang dulu menjadi
lokasi ujian iman dan kesiapan Abraham untuk mempersembahkan anaknya, akhirnya
menjadi tempat pusat penyembahan kepada Allah — menunjukkan kesinambungan
rencana Allah dari zaman Abraham sampai zaman Yesus.
Kalimat "So Yeshua
carried the wooden cross ascending the hill just like Isaac in the city of
Jerusalem" bisa diterjemahkan dan diartikan sebagai berikut:
"Maka Yeshua
memikul salib kayu mendaki bukit, seperti Ishak, di kota Yerusalem."
Penjelasan Makna:
"Yeshua" adalah nama Ibrani untuk Yesus.
"Carried the wooden cross ascending the
hill" merujuk pada
saat Yesus memikul salib-Nya menuju bukit Golgota, tempat Ia
disalibkan (Matius 27, Yohanes 19).
"Just like Isaac" mengacu pada kisah Ishak di Kejadian 22,
ketika Abraham diperintahkan Allah untuk mempersembahkan anaknya di Gunung
Moria. Ishak membawa kayu untuk korban bakaran, yang dalam
simbolisme Kristen dianggap sebagai gambaran awal (tipologi) dari Yesus
yang akan dikorbankan.
"In the city of Jerusalem" menunjukkan lokasi simbolis dan historis — Gunung
Moria dan Golgota sama-sama berada di sekitar Yerusalem.
Makna Simbolik /
Teologis:
Kalimat ini menghubungkan pengorbanan
Ishak (yang akhirnya tidak jadi dilakukan) dengan pengorbanan Yesus
(yang sungguh terjadi), dan menunjukkan bahwa:
Keduanya anak yang dikasihi oleh ayah
mereka.
Keduanya membawa kayu ke tempat
pengorbanan.
Tempatnya berada di sekitar Yerusalem,
yang menjadi pusat penyembahan dan penggenapan rencana keselamatan.
Intinya:
Yesus (Yeshua), seperti Ishak,
memikul kayu menuju tempat pengorbanan — tetapi berbeda dengan Ishak yang
akhirnya diselamatkan, Yesus benar-benar dikorbankan untuk menyelamatkan umat
manusia.
Kesimpulan:
Kalimat ini mencoba
menyampaikan paralel simbolik antara:
Ishak, anak Abraham, yang membawa kayu untuk
korban di Gunung Moria.
Yesus, Anak Allah, yang memikul salib-Nya ke
Golgota.
Keduanya adalah bentuk
ketaatan dan pengorbanan, dan dalam teologi Kristen, kisah Ishak sering dilihat
sebagai bayangan dari pengorbanan Yesus.
Dalam Yohanes 2, terdapat 2 cerita nyata yang menarik. Pertama, Yesus mengubah air jadi anggur dalam peristiwa perkawinan di Kana. Kedua, Yesus menyucikan Bait Allah.
Dalam bahasa Ibrani, kata QANAH" bisa diartikan memiliki, mendapat, memperoleh.
Dalam Keluaran 20:5, Tuhan berkata: "Sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu (אֵל קַנָּא — El Kana)..."
Di sini, "cemburu" menggambarkan kecemburuan Tuhan yang kudus terhadap umat-Nya yang menyembah allah lain—bukan dalam arti negatif, melainkan sebagai bentuk kasih yang eksklusif.
Jadi, "kana" berarti cemburu, dan "El Kana" berarti "Allah yang cemburu".
Atau, bisa diartikan milik Allah.
Peristiwa perkawinan di Kana menunjukkan bahwa Yesus menghargai atau menghormati harga atau kudusnya sebuah perkawinan.
Tapi, ada satu keunikan jika hal ini ditarik ke peristiwa setelahnya yakni dalam Yohanes 2 yaitu Yesus menyucikan Bait Allah.
Pada saat itu, terjadi praktek-praktek korupsi dan tidak sehat di dalam transaksi dan ritual ibadah di Bait Allah.
Yesus membersihkan Bait Allah dari semua itu.
Kalau ditelusuri lebih
dalam konteks Yohanes 2 dan budaya Yahudi saat itu, praktek korupsi yang
terjadi di pelataran Bait Allah bukan cuma soal jual-beli biasa—tapi sudah
mengarah ke penyalahgunaan kekuasaan agama untuk keuntungan pribadi atau
kelompok.
Berikut beberapa bentuk praktik korupsi yang bisa diidentifikasi:
1. Penjualan Hewan
dengan Harga Tidak Wajar
Orang-orang yang
datang dari luar kota (peziarah) sering tidak membawa hewan korban sendiri
karena perjalanan jauh.
Maka mereka terpaksa membeli hewan di pelataran Bait
Allah, tapi:
Hewan dijual dengan harga yang sangat
tinggi.
Para imam kemungkinan bekerja sama dengan
para pedagang.
Hewan dari luar bisa ditolak karena
dianggap tidak "layak" atau "cacat", padahal itu hanya
alasan supaya pembeli harus beli dari “dalam sistem” mereka.
Ini adalah bentuk monopoli
yang dikendalikan oleh sistem keagamaan demi keuntungan.
2. Praktek
Penukaran Uang yang Tidak Adil
Orang Yahudi harus
membayar pajak Bait Allah (setengah syikal), tapi hanya dengan mata uang
tertentu (biasanya mata uang Tirus).
Para penukar uang menawarkan jasa konversi
uang—tapi dengan nilai tukar yang sangat merugikan orang biasa.
Kemungkinan besar ada kerja sama antara
para imam dan penukar uang.
Ini bentuk pemerasan
terselubung atas nama "pelayanan keagamaan".
3. Mengubah Fungsi
Pelataran Bangsa-Bangsa
Pelataran tempat para
pedagang ini adalah bagian dari "Court of the Gentiles"—satu-satunya
tempat orang non-Yahudi bisa datang untuk berdoa.
Dengan mengubahnya jadi pasar, mereka menghalangi
bangsa lain untuk menyembah Allah.
Ini bisa dilihat sebagai bentuk penyalahgunaan
wewenang spiritual yang melanggar misi Tuhan untuk semua bangsa.
·Pelataran non-Yahudi adalah pelataran yang paling luar
dari Bait Allah.
Pelataran itulah satu-satunya tempat bagi orang non-Yahudi boleh datang dan
berdoa setelah pertobatannya.
Namun para pejabat Bait Allah telah menjadikannya
tempat berjualan, sehingga terjadilah kebisingan, gaduh, hiruk-pikuk orang, teriakan para pedagang, kegaduhan
tawar-menawar dan suara bermacam-macam hewan, suara gemerincing uang logam, telah
membuat tempat itu tidak bisa lagi dipakai untuk berdoa.
Dengan semua ini, semakin sulit dan seolah tertutup jalan dan kemungkinan bagi orang non-Yahudi untuk datang mencari dan
menyembah Allah di rumah-Nya.
Peristiwa-peristiwa transaksi di atas, menunjukkan bentuk korupsi rohani dan sosial, di mana sistem ibadah
dijadikan alat bisnis, dan kuasa keagamaan dimanfaatkan demi keuntungan
ekonomi.
Yesus tidak hanya
marah karena ada pasar di sana—tapi karena Bait Allah dicemari oleh sistem
yang menindas orang kecil atas nama Tuhan.
Perenungan lebih mendalam lagi dari
kisah ini dalam makna teologis dan alkitabiah, kita menemukan hal berikut.
1 Korintus 3:16 Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah
bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
Dengan demikian, Yesus memberikan gambaran
bahwa Dia mengasihi kita sebagai Bait Allah. Dia membersihkan kita agar tidak
bercacat di hadapan-Nya.
Lalu, apa kaitannya dengan kisah perkawinan di
Kana?
Kecemburuan apa yang Allah tunjukkan kepada
gereja sebagai milik-Nya?
Tema "gereja
sebagai mempelai Kristus" adalah gambaran indah dalam Alkitab yang
menunjukkan kasih, kesetiaan, dan persatuan antara Kristus dan
gereja-Nya.
Beberapa ayat berikut memberi kesan itu.
1. Efesus 5:25–27
"Hai suami,
kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya
dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia
menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang, tanpa cacat atau kerut
atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat itu kudus dan tidak bercela."
🔹 Ayat ini jelas menggambarkan bahwa Kristus
mengasihi gereja seperti seorang mempelai laki-laki mengasihi mempelainya.
2. 2 Korintus 11:2
"Sebab aku
cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu
kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada
Kristus."
🔹 Paulus menggambarkan jemaat sebagai perawan
suci yang dipertunangkan kepada Kristus, menggambarkan kesetiaan dan
kemurnian.
3. Wahyu 19:7–8
"Marilah kita
bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari pernikahan Anak
Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. Dan kepadanya
dikaruniakan supaya memakai lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih
bersih!"
🔹 Ini adalah gambaran pernikahan surgawi: Kristus
(Anak Domba) dan gereja sebagai mempelai-Nya.
4. Wahyu 21:2
"Dan aku
melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah,
yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya."
🔹 Yerusalem baru sebagai lambang gereja,
digambarkan sebagai mempelai perempuan bagi Kristus.
Sebagai mempelai
Kristus, jika Yesus melihat hal-hal yang tidak benar dan tidak beres dalam hidup
kita maka Dia akan membersihkannya agar kita tetap melekat kepada Dia dan
berbuah bagi kemuliaan-Nya.
Seperti dalam Yohanes
15:1-5 berikut.
15:1 "Akulah
pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. 15:2 Setiap ranting
pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya,
supaya ia lebih banyak berbuah. 15:3 Kamu memang sudah bersih karena firman
yang telah Kukatakan kepadamu. 15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam
kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia
tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu
tidak tinggal di dalam Aku. 15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah
ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia
berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
Allah akan cemburu jika melihat mempelai-Nya yang adalah milik-Nya tidak berdandan sebagai mana seharusnya.
Dalam kalender
Ibrani, 14 Nisan adalah hari ketika umat Yahudi menyembelih anak
domba Paskah (lihat Keluaran 12:6). Malam setelahnya (15 Nisan)
mereka memakan domba itu dan meninggalkan Mesir — ini adalah awal dari Hari
Raya Roti Tidak Beragi (Unleavened Bread).
Peristiwa-peristiwa
yang dikaitkan dengan 14 Nisan:
Paskah Pertama di Mesir
Bangsa Israel menyembelih domba pada 14
Nisan dan darahnya dipoleskan di tiang pintu (Kel. 12).
Malam itu (15 Nisan), malaikat Tuhan
melewati Mesir dan membunuh anak sulung Mesir, tapi melewati rumah-rumah
orang Israel.
Ini adalah awal dari pembebasan dari
perbudakan.
Yesus Disalibkan:
Yesus disalibkan pada saat Paskah,
sekitar 14 Nisan, sesuai Injil Yohanes (Yoh. 18–19), yang
menunjukkan bahwa penyaliban terjadi pada saat domba Paskah disembelih
(yaitu 14 Nisan, siang hari).
Dalam Injil Sinoptik (Matius, Markus,
Lukas), Yesus makan Paskah malam sebelumnya (yang bisa menunjukkan bahwa
Dia disalib pada 15 Nisan pagi), tapi secara umum diterima banyak ahli
bahwa 14 Nisan adalah hari penyaliban.
Puasa Ester:
Di kitab Ester, puasa selama 3 hari
dilakukan oleh orang Yahudi sebelum Ester menghadap Raja Ahasyweros (Est.
4:16).
Puasa ini tidak disebut tanggal
pastinya, dan tidak dikaitkan dengan 14 Nisan.
Peristiwa Ester terjadi di kerajaan
Persia, jauh setelah zaman Musa.
Ada dugaan bahwa puasa ini terjadi
menjelang Paskah, tapi itu bukan informasi eksplisit dalam
kitab Ester.
Kesimpulan:
14 Nisan di Mesir (Paskah pertama) dan 14 Nisan ketika
Yesus diserahkan/disalibkan memang bertepatan secara simbolis dan
historis, karena dua-duanya adalah hari Paskah — yang satu bayangan,
dan yang lain penggenapannya dalam Kristus (lih. 1 Kor. 5:7
"Kristus adalah domba Paskah kita").
Puasa Estertidak terjadi tepat pada 14 Nisan
dan tidak dijelaskan waktunya secara spesifik dalam Alkitab. Jadi
tidak bisa dipastikan bahwa itu terjadi bersamaan.
·14 Nisan adalah titik penting karena merupakan hari
penyembelihan domba Paskah.
·Yesus
disalibkan pada saat domba Paskah disembelih — ini menunjukkan bahwa Dia adalah “Anak Domba Allah” yang menghapus dosa
dunia (Yoh. 1:29).
1.Apakah AI
Akan Menggantikan Dokter dan Guru Dalam 10 Tahun?
2.Apa yang
Bisa Diambil Alih oleh AI?
Artificial intelligence (AI) mungkin saja bisa menggantikan beberapa
fungsi teknis dari dokter dan guru, misalnya:
Dalam Dunia Medis:
Menganalisis
hasil X-ray, MRI, dan tes laboratorium lebih cepat dan akurat (contoh: AI
radiologi).
Memberi
rekomendasi pengobatan berdasarkan data (clinical decision support).
Chatbot
medis (misalnya untuk keluhan ringan atau edukasi kesehatan).
Dalam Dunia Pendidikan:
Memberi
penilaian otomatis (grading).
Menyusun
materi pembelajaran adaptif sesuai level murid.
Menyediakan
bimbingan belajar berbasis AI (seperti tutor virtual).
Apa yang Tidak Bisa (atau Sulit) Digantikan oleh AI?
Aspek manusiawi, empati, intuisi, dan kepemimpinan.
Karena itu,
Dokter tetap dibutuhkan untuk:
Konsultasi
langsung, merespon emosi pasien.
Pengambilan
keputusan kompleks dengan pertimbangan moral/etika.
Tindakan
medis langsung (bedah, pemeriksaan fisik).
Guru tetap dibutuhkan untuk:
Membimbing
karakter, moral, dan spiritual murid.
Memberi
motivasi, inspirasi, dan membangun relasi.
Menyesuaikan
pendekatan dengan kondisi sosial dan psikologis anak.
Jadi AI itu Menggantikan atau Membantu? Bisa jadi setiap orang akan
mengartikannya berbeda-beda.
Tetapi, bisa dikatakan bahwa AI dapat menjadi asisten yang sangat
pintar, bukan pengganti total.
Yang bisa dilakukan oleh AI:
Membantu
dokter/guru lebih efisien
Mengurangi
beban tugas administratif
Meningkatkan
kualitas layanan (lebih personal, data-driven)
Contoh: Masa Depan Profesi yang Kolaboratif
Profesi
Dulu
10 Tahun Lagi
Dokter
Diagnosa dan rawat pasien manual
Diagnosa dibantu AI, dokter fokus pada relasi & pengambilan
keputusan
Guru
Mengajar 1 arah
Dibantu AI untuk personalisasi, guru jadi fasilitator & mentor
karakter
Kesimpulan:
AI tidak akan menggantikan dokter atau guru sepenuhnya dalam 10 tahun,
tapi akan mengubah cara mereka bekerja. Yang akan hilang adalah cara lama, bukan profesinya. Yang
akan bertahan adalah mereka yang mau beradaptasi dan mengembangkan sisi
kemanusiaan mereka.
Icebreaking
(pertanyaan ringan atau permainan singkat)
Menyampaikan
tujuan pembahasan
2.
Bacaan Alkitab
Membaca
satu bagian dari Alkitab bersama-sama
Menyediakan
ringkasan singkat tentang isi bacaan
3.
Diskusi dan Pertanyaan
Beberapa
pertanyaan yang bisa digunakan:
Pemahaman
Dasar: Apa isi
utama dari bacaan ini?
Makna dan
Konteks: Mengapa
bagian ini penting dalam Alkitab?
Aplikasi
Pribadi: Bagaimana
firman ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?
Refleksi: Apa pelajaran yang paling berkesan bagi kamu?
4.
Kesimpulan dan Doa
Menyimpulkan
poin utama dari diskusi
Doa bersama
untuk menerapkan firman Tuhan dalam kehidupan
MATERI
1
KESELAMATAN
HANYA DI DALAM TUHAN YESUS
1.
Pendahuluan
Keselamatan
adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia.
Banyak orang
berpikir bahwa mereka bisa mendapatkan keselamatan dengan berbuat baik atau
melalui ajaran lain.
Seperti banyak ajaran lain bahkan semua ajaran lain bahwa
mereka dapat berusaha untuk mendekat dan berkenan kepada Allah.
Namun, Alkitab
dengan jelas mengajarkan bahwa keselamatan hanya ada di dalam Tuhan Yesus
Kristus.
Ilustrasi: Bayangkan seseorang yang terjebak di lautan yang
luas dan dalam tanpa perahu atau alat bantu dan tidak bisa berenang serta yang
pasti memiliki keterbatasan.
Satu-satunya cara untuk selamat adalah jika ada
seseorang yang datang dan menyelamatkannya. Begitulah keadaan manusia dalam
dosa—tanpa Yesus, kita tidak bisa menyelamatkan diri sendiri.
2.
Mengapa Kita Membutuhkan Keselamatan?
Roma
3:23 – "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah."
Roma
6:23 – "Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang
kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."
Setiap
manusia berdosa, dan dosa memisahkan kita dari Allah. Tanpa Yesus, manusia akan
mengalami hukuman kekal.
3.
Yesus adalah Satu-satunya Jalan Keselamatan
Kisah
Para Rasul 4:12 – "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga
selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang
diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."
Yohanes
14:6 – "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."
Yesus
satu-satunya yang bisa menyelamatkan kita karena:
Dia adalah
Anak Allah (Matius 16:16)
Dia mati
untuk menebus dosa kita (1 Petrus 2:24)
Dia bangkit
mengalahkan maut (1 Korintus 15:3-4)
4.
Bagaimana Kita Menerima Keselamatan?
Roma
10:9 – "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan,
dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang
mati, maka kamu akan diselamatkan."
Langkah-langkah
menerima keselamatan:
Mengakui
bahwa kita adalah orang berdosa.
Bertobat
dan berbalik dari dosa.
Percaya
bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat.
Menerima
Yesus dalam hati dan hidup untuk-Nya.
5.
Hidup dalam Keselamatan
Efesus
2:8-9 – "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan
hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada
orang yang memegahkan diri."
Keselamatan
adalah anugerah, bukan hasil usaha kita. Namun, setelah menerima keselamatan,
kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan dan kasih kepada Tuhan.
6.
Diskusi dan Refleksi
Mengapa
manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri?
Bagaimana
kita bisa yakin bahwa kita benar-benar telah menerima keselamatan?
Apa
perubahan yang terjadi dalam hidup seseorang setelah menerima Yesus?
Bagaimana
kita bisa membagikan berita keselamatan ini kepada orang lain?
7.
Kesimpulan dan Doa
Keselamatan
hanya ada dalam Yesus Kristus. Tidak ada cara lain untuk sampai kepada Allah
selain melalui-Nya. Tuhan mengasihi kita dan telah menyediakan jalan
keselamatan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.
Doa: "Tuhan Yesus, aku mengakui bahwa aku adalah
orang berdosa. Aku percaya bahwa Engkau mati untuk dosaku dan bangkit kembali.
Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamatku. Bantu aku untuk hidup
dalam ketaatan kepada-Mu. Dalam nama-Mu aku berdoa. Amin."
Materi
lain:
1.
Identitas di dalam Kristus
Ayat
utama: 1 Petrus 2:9 – "Tetapi
kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat
kepunyaan Allah sendiri..."
Diskusi:
Apa artinya
menjadi anak Tuhan?
Bagaimana
kita bisa hidup sesuai identitas kita sebagai orang percaya?
Apa
tantangan terbesar dalam menjalankan identitas ini di sekolah atau
pergaulan?
Kesimpulan:
Kita adalah anak-anak Allah yang berharga dan dipanggil untuk hidup kudus.
2.
Menghadapi Tekanan dari Teman Sebaya
Ayat
utama: Roma 12:2 – "Janganlah
kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu..."
Diskusi:
Apa contoh
tekanan dari teman sebaya yang sering dihadapi remaja?
Bagaimana
cara kita bisa tetap kuat dalam iman?
Bagaimana
kita bisa menjadi pengaruh baik bagi teman-teman kita?
Kesimpulan:
Tetap teguh dalam iman dan berani berkata "tidak" untuk hal-hal yang
bertentangan dengan kehendak Tuhan.