Lukas 24:13-35, cerita penampakan Yesus di jalan menuju Emaus, memiliki kaitan yang mendalam dengan tema rumah dan pernikahan, meskipun tidak langsung menyebutkan hal tersebut.
Ada beberapa cara untuk melihat hubungan ini, terutama dari sisi simbolis dan
teologis:
1. Rumah Sebagai
Tempat Penyambutan
Ketika Yesus berjalan bersama Kleopas dan temannya, mereka tidak mengenali-Nya hingga Dia masuk ke rumah mereka dan duduk bersama mereka (Lukas 24:29-30).
Dalam konteks ini,
rumah menjadi tempat pertemuan yang sangat penting, tempat di mana Yesus
memilih untuk menyatakan diri-Nya. Ini menggambarkan bahwa rumah bukan hanya
sebagai tempat fisik, tetapi juga sebagai tempat di mana perjumpaan dengan
Tuhan bisa terjadi.
"Ketika Ia
duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap syukur,
memecah-mecahkannya, dan memberikannya kepada mereka." (Lukas 24:30)
Rumah di sini bisa
dilihat sebagai simbol bagi kehidupan yang terbuka dan siap menerima hadirat
Tuhan.
2. Pernikahan
sebagai Lambang Persekutuan dengan Kristus
Pernikahan dalam Kekristenan sering dipahami sebagai gambaran hubungan antara Kristus dan jemaat-Nya, sebagaimana yang dikatakan dalam Efesus 5:25-32.
Dalam perikop
Lukas 24, pertemuan Yesus dengan murid-murid di Emaus dapat dilihat sebagai
sebuah gambaran persekutuan yang mendalam. Mereka berjalan bersama Yesus tanpa
mengenali-Nya, namun pada akhirnya, mereka mengenal-Nya saat Ia membagikan
roti.
Ini mengingatkan kita pada pernikahan sebagai perjalanan bersama, di mana kedua pasangan saling berbagi hidup dan bertumbuh bersama dalam Tuhan.
Dalam pernikahan, kedekatan
yang sejati terjadi bukan hanya dalam berbicara, tetapi juga dalam berbagi
makan bersama, dalam kesederhanaan dan persekutuan hidup yang saling
menguatkan.
3. Pernikahan dan
Rumah sebagai Tempat Persembahan
Penampakan Yesus di Emaus juga mengingatkan kita bahwa Yesus datang untuk menyempurnakan segala sesuatu, termasuk hubungan yang paling mendalam, yaitu hubungan pernikahan.
Dalam kehidupan rumah tangga, seperti halnya dalam kisah ini, kita dipanggil untuk membuka hati dan rumah kita untuk Yesus, agar Dia hadir dalam segala aspek kehidupan kita.
Dalam konteks pernikahan, ini berarti membangun fondasi
hubungan yang kokoh di atas iman kepada Kristus, yang menjadi sumber kekuatan
dan kasih.
4. Kebersamaan dan
Komunitas dalam Rumah
Kehadiran Yesus yang mengenalkan diri-Nya dalam perjamuan di rumah, mengingatkan kita bahwa rumah dan pernikahan bukan hanya tentang hubungan fisik atau sosial, tetapi juga tentang komunitas rohani.
Yesus memanggil kita untuk tidak hanya berfokus pada diri sendiri, tetapi untuk berbagi kasih-Nya dengan orang lain.
Dalam pernikahan, pasangan suami istri juga dipanggil untuk saling memberi dan menerima, serta menjalani kehidupan yang penuh dengan kehadiran Tuhan.
0 comments:
Post a Comment