Dalam buku berjudul Dipanggil untuk Memimpin, Kenneth O. Gangel, sang editor memuat tulisan dari Ellen Lowrie Black dan Robert M. Miller. Dalam tulisan itu Gangel mengisahkan sebuah pertandingan yang sangat seru. Waktu itu pertandingan sementara berlangsung penuh ketegangan.
Sudah tiba babak (inning) kesembilan. Serasa semua orang sedang merasakan tekanan di saat pemukul bola sedang melangkah ke tempatnya. Skor sedang imbang saat satu pemain sedang out dan seorang pelari berada di hong ketiga. Kini, pemukul memukul bola dengan tajamnya.
Bola menyusuri tanah dan menuju ke hong kedua. Namun, seperti keajaiban terjadi, bola dapat ditangkap oleh pemain lawan. Dengan upaya agar lawan tidak mendapat nilai maka bola tersebut dilempar ke hong terakhir.
Sesuatu peristiwa yang dramatis terjadi di mana pelari hong ketiga dan bola yang dilempar itu tiba secara bersamaan di hong terakhir dalam kepulan debu. Pada saat itu, seolah-olah seluruh pertandingan berhenti selama satu detik. Semua mata di stadion itu tertuju ke arah wasit sambil menunggu keputusannya. Apakah kejadian tiba bersamaan di hong terakhir itu adalah akhir dari pertandingan itu ataukah masih dilanjutkan dengan babak tambahan?
Mungkin Anda sudah pernah mendengar bahwa guru adalah kurikulum hidup. Itu benar, dan memang demikian adanya. Kualitas pendidikan pertama-tama terletak pada kualitas guru. Bukan fasilitas, bukan jenis bangunan sekolah, atau yang lainnya.
Mengapa?
Oleh karena guru mengajari apa yang diyakininya. Kekuatan sebuah keyakinan dalam diri memberi dampak hidup dan mati.
Guru mengajari tentang kehidupannya. Pengajarannya terikat kuat kepada kehidupannya. Dengan demikian maka guru bukan hanya berada di sekolah formal.
Tetapi, guru juga adalah orangtua, teman, media massa, pendeta,
pedagang pasar, sopir angkot, dan lain-lain. Guru adalah pribadi yang berbagi
pengetahuan dan kehidupan. Yang daripadanya Anda dan saya belajar.
Pendidikan yang Anda dan saya kenal saat ini memiliki sejarah yang panjang. Sejarah ini terlihat jelas dari proses pendidikan mulai dari pendidikan prasejarah, tradisional, modern, dan postmodern.
Negara-negara yang kuat dengan pengajaran dan filsafat kehidupannya seperti India, Cina, Mesir, dan Israel didukung oleh guru-guru mereka yang hebat.
Dari sejarah bagsa-bangsa itu, Anda temukan bahwa para guru mereka telah menemani dan mewarnai sejarah bangsanya dengan pengajaran dan filsafat yang terbukti dan teruji hingga kini.
Terlahir dan terbentuk orang-orang pintar, cerdas, bijak yang tidak saja mempengaruhi negara mereka tetapi juga benua lainnya.
fungsi guru
Referensi
Edlin, R.J., 2014. Hakekat Pendidikan Kristen. PT BPK Gunung Mulia.
Jakarta
Gangel, O. K., 2009. Dipanggil Untuk Memimpin. ACSI Indonesia Surabaya
setuju mas bro
ReplyDeleteterima kasih pak junkies
DeleteUraian yang sangat terencana, terarah dan konsisten. Para guru mesti membaca utk menambah wawasan dalam memberi spirit dan keteladanan. Benar sekali, sejak dulu guru selalu menjadi panutan dalam berbagai aspek hidup mulai dari bangun tidur di pagi hari sampai kembali berbaring di malam hari.
ReplyDeleteSelamat berkarya p Ged. Terus maju. Terus berkarya. Tuhan Yesus Memberkati.
siap terima kasih pak onet. Menjadi guru = menjadi pendidik selama 24 jam. Seluruh kehidupan guru adalah keteladanan. Tanpa keteladanan = tidak ada pendidikan
DeleteSetuju poool. .mampir cakininblogspot.com
ReplyDeleteterima kasih pak. Sudah mampir dan beri komentar
Delete