Sunday, July 20, 2025

Refleksi Pendidikan (1)

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Siapa orang yang bertahan hidup setelah sekolah? 

Ada banyak siswa yang juara di sekolah tapi gagal dalam hidup setelah masa sekolah.


Pendidikan di Indonesia memiliki banyak sisi yang patut diapresiasi, disamping sejumlah tantangan besar yang perlu dikritisi secara konstrukstif.  


Apresiasi terhadap Pendidikan Indonesia:

  1. Peningkatan Akses Pendidikan
    • Program Wajib Belajar 12 Tahun telah membuka peluang bagi lebih banyak anak untuk mengenyam pendidikan dasar hingga menengah.
    • KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan beasiswa lainnya membantu siswa dari keluarga tidak mampu tetap sekolah.
  2. Penguatan Peran Guru
    • Pemerintah mulai fokus pada pelatihan guru melalui Program Guru Penggerak, Sekolah Penggerak, dan platform digital seperti Merdeka Mengajar.
    • Guru diberi ruang untuk lebih inovatif, tidak hanya sekadar mengikuti kurikulum baku.
  3. Digitalisasi Pendidikan
    • Pandemi mendorong akselerasi pembelajaran daring. Banyak sekolah kini lebih terbiasa dengan platform digital.
    • Kemunculan berbagai platform pembelajaran daring lokal (Ruang Guru, Zenius, dll) menunjukkan kreativitas anak bangsa.
  4. Sekolah Inklusi & Kurikulum Merdeka
    • Kurikulum Merdeka memberi kebebasan sekolah menyesuaikan pembelajaran dengan konteks lokal dan kebutuhan murid.
    • Ada peningkatan kesadaran terhadap inklusivitas bagi siswa berkebutuhan khusus.

 

Kritik terhadap Pendidikan Indonesia:

  1. Ketimpangan Kualitas Pendidikan
    • Ketimpangan antar daerah masih besar: Sekolah di kota besar vs. daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
    • Sarana prasarana di daerah pelosok sangat terbatas, termasuk akses listrik dan internet.
  2. Terlalu Fokus pada Angka (bukan Nilai) dan Tes
    • Sistem pendidikan masih berorientasi pada ujian, bukan pada proses berpikir kritis, kreativitas, atau karakter.
    • Sekolah dan siswa dinilai dari angka, bukan perkembangan pribadi, soft skill, etika, dan sosialnya (nilai).
  3. Beban Kurikulum
    • Meskipun ada Kurikulum Merdeka, di banyak tempat kurikulum masih terasa berat dan menekan.
    • Murid belajar banyak hal tapi tidak mendalam, kurang aplikatif dalam kehidupan nyata.
  4. Kesejahteraan Guru dan Pemerataan SDM
    • Banyak guru honorer masih hidup dalam ketidakpastian, dengan gaji minim.
    • Distribusi guru belum merata, banyak sekolah di daerah terpencil kekurangan guru berkualitas.
  5. Minimnya Pendidikan Karakter dan Keterampilan Hidup
    • Pembelajaran belum menyentuh cukup aspek seperti etika, empati, kepemimpinan, keterampilan komunikasi, dan pengelolaan diri.
    • Banyak lulusan belum siap menghadapi dunia kerja dan masyarakat secara nyata.

 

Kesimpulan & Harapan:

Pendidikan Indonesia sedang bergerak maju, namun perlu keseriusan kolektif untuk memperbaiki ketimpangan dan mengarahkan pendidikan ke arah yang lebih bermakna dan membebaskan.

Seperti kata Ki Hadjar Dewantara:
Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya, pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.”

(Ki Hadjar Dewantara, 1962: 14)

“Pendidikan” dalam kumpulan karya: "Ki Hadjar Dewantara: Bagian Pertama: Pendidikan"
(Yogyakarta: Majelis Luhur Tamansiswa, 1962, cetakan ulang).



0 comments:

Post a Comment