Siapa orang yang bertahan hidup setelah sekolah?
Ada banyak siswa yang juara di sekolah tapi gagal dalam hidup setelah masa sekolah.
Pendidikan di Indonesia memiliki banyak sisi yang patut diapresiasi, disamping sejumlah tantangan besar yang perlu dikritisi secara konstrukstif.
Apresiasi terhadap
Pendidikan Indonesia:
- Peningkatan Akses Pendidikan
- Program Wajib Belajar 12 Tahun telah
membuka peluang bagi lebih banyak anak untuk mengenyam pendidikan dasar
hingga menengah.
- KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan beasiswa lainnya membantu siswa dari keluarga tidak mampu tetap sekolah.
- Penguatan Peran Guru
- Pemerintah mulai fokus pada pelatihan
guru melalui Program Guru Penggerak, Sekolah Penggerak, dan platform
digital seperti Merdeka Mengajar.
- Guru diberi ruang untuk lebih inovatif,
tidak hanya sekadar mengikuti kurikulum baku.
- Digitalisasi Pendidikan
- Pandemi mendorong akselerasi pembelajaran
daring. Banyak sekolah kini lebih terbiasa dengan platform digital.
- Kemunculan berbagai platform pembelajaran
daring lokal (Ruang Guru, Zenius, dll) menunjukkan kreativitas anak
bangsa.
- Sekolah Inklusi & Kurikulum Merdeka
- Kurikulum Merdeka memberi kebebasan
sekolah menyesuaikan pembelajaran dengan konteks lokal dan kebutuhan
murid.
- Ada peningkatan kesadaran terhadap
inklusivitas bagi siswa berkebutuhan khusus.
Kritik terhadap
Pendidikan Indonesia:
- Ketimpangan Kualitas Pendidikan
- Ketimpangan antar daerah masih besar: Sekolah di kota besar vs.
daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
- Sarana prasarana di daerah pelosok sangat
terbatas, termasuk akses listrik dan internet.
- Terlalu Fokus pada Angka (bukan Nilai) dan
Tes
- Sistem pendidikan masih berorientasi
pada ujian, bukan pada proses berpikir kritis, kreativitas, atau
karakter.
- Sekolah dan siswa dinilai dari angka, bukan perkembangan pribadi, soft skill,
etika, dan sosialnya (nilai).
- Beban Kurikulum
- Meskipun ada Kurikulum Merdeka, di banyak
tempat kurikulum masih terasa berat dan menekan.
- Murid belajar banyak hal tapi tidak
mendalam, kurang aplikatif dalam kehidupan nyata.
- Kesejahteraan Guru dan Pemerataan SDM
- Banyak guru honorer masih hidup dalam
ketidakpastian, dengan gaji minim.
- Distribusi guru belum merata, banyak sekolah di daerah terpencil
kekurangan guru berkualitas.
- Minimnya Pendidikan Karakter dan
Keterampilan Hidup
- Pembelajaran belum menyentuh cukup aspek
seperti etika, empati, kepemimpinan, keterampilan komunikasi, dan
pengelolaan diri.
- Banyak lulusan belum siap menghadapi
dunia kerja dan masyarakat secara nyata.
Kesimpulan &
Harapan:
Pendidikan Indonesia
sedang bergerak maju, namun perlu keseriusan kolektif untuk memperbaiki
ketimpangan dan mengarahkan pendidikan ke arah yang lebih bermakna dan
membebaskan.
Seperti kata Ki Hadjar
Dewantara:
“Pendidikan adalah tuntunan di dalam
hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya, pendidikan itu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.”
(Ki Hadjar Dewantara, 1962: 14)
“Pendidikan” dalam kumpulan karya: "Ki
Hadjar Dewantara: Bagian Pertama: Pendidikan"
(Yogyakarta: Majelis Luhur Tamansiswa, 1962, cetakan ulang).
0 comments:
Post a Comment