Saturday, June 14, 2025

Panggilan Hidupku Apa?

 

ged pollo

oleh: grefer pollo

Panggilan Hidupku Apa?
Menemukan Tujuan dari Tuhan

Tujuan PA:

Membantu remaja mengenali bahwa hidup mereka memiliki tujuan ilahi, serta merenungkan karunia dan panggilan mereka dalam dunia dan pelayanan menurut firman Tuhan.

 

Pembukaan: Icebreaker (5-10 menit)

Ice Breaker: "Pekerjaan Masa Depan"

Tujuan:

Membuat remaja mulai berpikir tentang karunia, minat, dan masa depan mereka dengan cara menyenangkan.

Cara Bermain:

  1. Siapkan kertas kecil dan alat tulis.
  2. Setiap peserta menuliskan 3 pekerjaan/cita-cita yang pernah mereka impikan (boleh masa kecil sampai sekarang).
  3. Kumpulkan dan kocok kertas-kertas itu.
  4. Pimpin game tebak-tebakan: bacakan secara acak, dan minta peserta menebak siapa penulisnya.
  5. Setelah ditebak, tanyakan:
    • “Kenapa kamu dulu ingin jadi itu?”
    • “Apakah sekarang masih terpikirkan ke arah itu?”
    • “Kalau Tuhan beri jalan ke sana, kamu siap?”

Refleksi Singkat:

“Terkadang cita-cita kita berubah-ubah, tapi Tuhan punya satu tujuan khusus yang tidak berubah: supaya hidup kita berdampak dan memuliakan-Nya. Hari ini kita mau belajar mengenali itu bersama-sama.”

 

Pembacaan Alkitab:

  • Yeremia 29:11 – “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan… masa depan yang penuh harapan.”
  • Efesus 2:10 – “Karena kita ini buatan Allah… untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya.”

 

Perenungan & Diskusi:

1. Hidupku Bukan Kebetulan

  • Apa yang dikatakan Yeremia 29:11 tentang masa depanmu?
  • Bagaimana ayat ini memberi harapan dalam ketidakpastian remaja?

2. Aku Diciptakan untuk Tujuan

  • Dalam Efesus 2:10, kita disebut “buatan Allah” (kreasi khusus). Apa artinya bahwa Tuhan “mempersiapkan pekerjaan baik” untukmu?
  • Pekerjaan baik seperti apa yang mungkin Tuhan sedang siapkan untuk kamu lakukan?

3. Mengenali Karunia dan Hasrat

  • Apa yang kamu sukai? Apa yang kamu lakukan dengan mudah dan sukacita?
  • Pernahkah kamu merasa Tuhan memakai kamu untuk memberkati orang lain?

4. Dunia dan Pelayanan

  • Bagaimana kamu bisa menjadi berkat di sekolah, keluarga, dan komunitas?
  • Menurutmu, apakah panggilan itu hanya untuk “pelayan gereja”? Jelaskan.

 

Refleksi Pribadi: (5-7 menit)

Tuliskan 3 hal berikut:

  1. Satu karunia atau kekuatan yang kamu miliki.
  2. Satu hal yang kamu percaya Tuhan ingin kamu lakukan tahun ini.
  3. Satu tindakan nyata minggu ini untuk menanggapi panggilan-Nya.

 

Penutup: Doa Bersama

“Ya Tuhan, tolong aku untuk mengerti bahwa Engkau telah merancang hidupku dengan tujuan. Bukalah mataku untuk melihat panggilan-Mu dan tuntun aku melangkah di jalan-Mu.”

 

Tambahan: Ayat Pegangan Mingguan

Yeremia 29:11 – “Aku mengetahui rancangan-rancangan yang ada pada-Ku mengenai kamu…”


Continue reading Panggilan Hidupku Apa?

Monday, June 9, 2025

Prinsip Maker-Checker: Kolaborasi untuk Integritas

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Prinsip Maker-Checker:

Kolaborasi untuk Integritas

 

Dalam dunia pelayanan, khususnya di Pusat Pengembangan Anak (PPA), keuangan bukanlah sekadar urusan angka. Ia adalah cerminan dari ketulusan hati, tanggung jawab ilahi, dan komitmen terhadap integritas. Salah satu prinsip yang sangat berguna dalam menjaga integritas keuangan adalah maker-checker. Yaitu pemisahan peran antara pembuat dan pemeriksa dalam setiap transaksi keuangan.

 

Maker adalah pihak yang menyusun laporan, membuat pengajuan, atau memulai proses transaksi. Checker adalah pihak yang memverifikasi, memeriksa, dan menyetujui proses tersebut.

 

Prinsip ini tampak sederhana, namun memiliki kekuatan besar sebagai tindakan antifraud, mencegah penyimpangan, menjaga kepercayaan, dan membangun budaya transparansi.

 

Penerapan maker-checker bukan berarti kita saling curiga, melainkan saling menjaga. Di tengah pelayanan yang padat, terkadang godaan untuk "mempermudah proses" muncul.

 

Namun, kejujuran sejati justru diuji di momen-momen semacam ini. Prinsip ini menolong kita untuk tidak bekerja sendiri, tetapi dalam tim yang saling menguatkan dan mengawasi.

 

Di dunia pelayanan, keuangan adalah urusan yang sangat sensitif. Tak hanya menyangkut transparansi, tetapi juga mencerminkan kepercayaan yang telah diberikan kepada kita, baik oleh Tuhan, mitra pelayanan, maupun jemaat.

 

Dalam konteks ini, prinsip maker-checker muncul bukan sebagai beban administrasi tambahan, tetapi sebagai langkah bijaksana untuk membangun pelayanan yang berakar pada integritas.

 

Mengapa Perlu Prinsip Maker-Checker?

Dalam setiap sistem keuangan yang sehat, pemisahan fungsi antara pihak yang membuat dan pihak yang memeriksa menjadi kunci utama dalam mencegah penyimpangan.

 

Kita manusia, betapapun berniat baiknya, tetap rentan terhadap kelalaian, bisa pribadi, bahkan godaan kompromi. Prinsip maker-checker adalah pagar batas yang bukan hanya mengatur, tapi juga menjaga.

 

Tanpa prinsip ini, ada risiko besar terjadinya:

  • Kesalahan pencatatan yang tidak terdeteksi.
  • Manipulasi data keuangan untuk keuntungan pribadi.
  • Transaksi fiktif atau penggunaan dana tanpa bukti jelas.
  • Penurunan kredibilitas pelayanan di mata mitra, gereja, dan komunitas.

 

Seringkali penyimpangan tidak terjadi karena niat jahat, tetapi karena peluang yang terbuka akibat tidak adanya pemeriksaan silang. Di situlah maker-checker menjadi langkah antifraud yang efektif.

 

Dampak jika Maker-Checker Tidak Diterapkan

  1. Kehilangan Kepercayaan: Mitra, donatur, dan lembaga lain dapat menarik dukungannya jika laporan tidak akurat atau diragukan.
  2. Ketegangan Tim: Kesalahan yang tidak diketahui dapat memicu konflik internal saat akhirnya terungkap.
  3. Masalah Hukum atau Audit: Jika dana atau bantuan digunakan tidak sesuai prosedur, bisa terjadi masalah hukum atau audit yang merugikan pelayanan.
  4. Rusaknya Kesaksian Pelayanan: Integritas yang tercoreng bisa mencoreng nama baik lembaga pelayanan secara luas, bahkan menjadi batu sandungan bagi orang yang ingin percaya pada pelayanan Kristen.

 

Manfaat Jika Maker-Checker Diterapkan

Sebaliknya, penerapan prinsip ini membawa manfaat jangka panjang, antara lain:

  • Keamanan dan kejelasan proses: Semua transaksi terlacak dan terdokumentasi dengan rapi.
  • Meningkatkan kepercayaan internal dan eksternal: Tim pelayanan merasa aman bekerja dalam sistem yang adil, dan mitra pun melihat profesionalisme dan tanggung jawab yang tinggi.
  • Mencegah beban moral: Pemisahan peran membuat setiap orang bekerja sesuai porsi, tanpa tekanan untuk menanggung semua keputusan sendiri.
  • Membangun budaya evaluatif dan terbuka: Koreksi bukan dianggap sebagai serangan, melainkan sebagai bentuk saling menjaga.

 

Siapa yang Wajib Melakukan Maker-Checker?

Penerapan maker-checker bukan tanggung jawab satu orang, tetapi kerja sama dari berbagai peran yang saling melengkapi:

  • Bendahara/Pencatat Keuangan (Maker) bertugas menyiapkan laporan keuangan, mencatat transaksi, dan menyusun pengajuan dana. Ia menyajikan data secara jujur dan terbuka untuk diperiksa.
  • Koordinator, Komisi Keuangan, dan Penanggung Jawab Kemitraan (Checker) memiliki otoritas untuk menilai apakah penggunaan dana sesuai kebutuhan, menyetujui atau menolak laporan berdasarkan bukti yang ada.
  • Tim Audit Internal (Checker Lanjutan) bertugas meninjau ulang laporan yang telah disetujui, melakukan pemeriksaan berkala, dan memberikan catatan koreksi jika ditemukan kejanggalan.

 

Kepada siapa maker-checker dilakukan?

  • Kepada Tuhan Yesus terlebih dahulu, sebagai bentuk ketaatan dan penghormatan pada panggilan pelayanan yang bersih.
  • Kepada sesama anggota tim, untuk menjaga keharmonisan dan kejelasan tanggung jawab.
  • Kepada jemaat atau komunitas, agar pelayanan tetap menjadi teladan.
  • Kepada mitra atau sponsor, sebagai bentuk tanggung jawab dan pertanggungjawaban moral serta administratif.

 

Kesimpulan Reflektif: Bukan Curiga, Tapi Saling Menjaga

Prinsip maker-checker bukanlah tembok pembatas, tetapi jaring pengaman pelayanan. Ia mengingatkan kita bahwa dalam membangun pelayanan, kejujuran bukan cukup diucapkan. Ia harus dijaga, dipraktikkan, dan diperiksa bersama.

 

“Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.”

— Roma 14:19

Dengan kolaborasi yang sehat dan prinsip yang benar, kita tidak hanya menjaga angka tetap seimbang, tetapi juga menjaga hati tetap tulus.

Mari bersama-sama membangun pelayanan yang kudus, profesional, dan dapat dipercaya bukan karena kita takut diketahui salah, tetapi karena kita ingin melayani dengan benar, dari dalam hati yang takut akan Tuhan.

 

Firman Tuhan sebagai Dasar Integritas

“Setia dalam perkara kecil…”

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”

— Lukas 16:10

 

Ayat ini menjadi cermin bagi setiap pelayan Tuhan dalam bidang keuangan. Ketika kita setia mencatat dengan jujur, menyusun laporan dengan teliti, dan menyetujui transaksi dengan pertimbangan penuh, kita sedang melayani Tuhan, bukan hanya organisasi.

 

Refleksi Peran: Menjadi Penjaga Integritas

  • Bendahara, engkau bukan sekadar penyimpan dana. Engkau adalah penjaga kepercayaan. Saat engkau menyiapkan laporan, pastikan tidak ada angka yang tersembunyi, dan bahwa semuanya dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
  • Koordinator, engkau adalah pemimpin pelayanan. Dalam setiap penggunaan dana, pastikan bahwa prinsip maker-checker berjalan. Jangan pernah menyetujui laporan yang belum diperiksa dengan benar.
  • Komisi Keuangan, engkau adalah telinga dan mata bagi seluruh tim. Teguran dan koreksi darimu bukanlah tuduhan, melainkan perlindungan. Jaga suasana kerja agar tetap terbuka dan dewasa menerima umpan balik.
  • Penanggung Jawab Kemitraan, engkau berinteraksi dengan mitra. Integritas laporan yang engkau tunjukkan adalah wajah pelayanan gereja. Biarlah transparansi menjadi kekuatan dalam membangun kepercayaan jangka panjang.

 

Penutup: Pelayanan yang Tak Hanya Bergema, Tapi Juga Terbukti

Kita mungkin piawai berkhotbah tentang kejujuran. Tapi dalam hal laporan keuangan, itulah ujian nyata: apakah kata-kata kita bergema dalam tindakan. Biarlah maker-checker bukan hanya prosedur administratif, tapi wujud nyata dari kasih, integritas, dan hormat kita kepada Tuhan dan sesama.

 

"Segala sesuatu yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."

— Kolose 3:23

 

Mari kita layani dengan hati yang jujur, tangan yang bersih, dan sistem yang sehat. Karena pelayanan yang kokoh dibangun bukan hanya oleh doa, tetapi juga oleh kepercayaan yang dijaga dalam setiap angka dan proses.

 

 


Continue reading Prinsip Maker-Checker: Kolaborasi untuk Integritas

Saturday, June 7, 2025

Fenomena Meme Anomali Brainrot dan Kekhawatirannya Terhadap Kemunduran Mental Anak

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Di tengah arus deras digitalisasi dan budaya internet yang terus berkembang, muncul sebuah fenomena yang mencuri perhatian, baik karena keunikannya maupun dampak psikososial yang ditimbulkannya: Anomali Brainrot. 

Istilah ini merujuk pada jenis konten meme yang sengaja menampilkan absurditas, kekacauan visual, serta ironi ekstrem yang tak jarang mengaburkan batas antara humor dan gangguan nalar.

Meme Brainrot atau "pembusukan otak" tidak sekadar lelucon digital biasa. Ia hadir dalam rupa video pendek dengan editan berlebihan, suara distorsi, potongan budaya populer yang diacak, dan sering kali sarat nihilisme. 

Anak-anak dan remaja menjadi konsumen utama dari konten ini, yang tersebar luas di platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube Shorts. 

Dalam waktu singkat, meme jenis ini mampu menyedot atensi secara instan dan membentuk semacam cultural addiction terhadap pola pikir yang dangkal namun menghibur.


Pertanyaannya: 

apakah ini sekadar bentuk ekspresi kreativitas Gen Z dan Alpha? Ataukah ini tanda dari kemunduran mental yang perlahan, tapi pasti?


Kekhawatiran terbesar bukan hanya pada kontennya yang membingungkan atau nyaris tak bermakna. Yang lebih mengkhawatirkan adalah saat otak-otak muda mulai terprogram untuk hanya merespons hal-hal instan, dangkal, dan tidak sistematis. 


Kemampuan berpikir kritis, mengolah emosi, serta membangun narasi logis pelan-pelan tergeser oleh budaya scroll and forget, laugh and move on


Anak-anak yang dulunya menikmati membaca cerita, membangun dunia imajinasi, atau berdiskusi, kini lebih sering larut dalam video 7 detik dengan suara aneh dan teks berantakan.

Fenomena ini, jika tak dikawal, dapat mengikis daya tahan mental anak dalam menghadapi realitas. Mereka menjadi cepat bosan terhadap hal-hal yang memerlukan pemrosesan mendalam. 

Mereka kesulitan memahami konteks, apalagi merumuskan makna di balik suatu peristiwa. Lebih jauh lagi, budaya brainrot ini bisa menumbuhkan sikap sinis terhadap hidup dan menurunkan kepekaan terhadap nilai-nilai luhur seperti empati, tanggung jawab, dan kesadaran moral.

Namun, bukan berarti kita harus langsung memusuhi internet atau kreativitas daring. Yang dibutuhkan adalah literasi digital yang kuat, pengawasan yang bijak, dan pendampingan yang penuh kasih. 

Anak-anak perlu dikenalkan kembali pada keindahan berpikir, merasakan, dan mencipta secara utuh. Meme boleh saja lucu, tapi hidup bukan sekadar lelucon viral. 


Kita perlu membimbing generasi ini agar tidak hanya menjadi consumers dari kekacauan budaya digital, tapi juga creators dari masa depan yang sehat secara mental dan bernalar kuat.

Continue reading Fenomena Meme Anomali Brainrot dan Kekhawatirannya Terhadap Kemunduran Mental Anak

"If It Does Not Challenge You, It Does Not Change You"

 

ged pollo

Perubahan sering dimulai bukan dari kenyamanan, tetapi dari ketersinggungan. Saat hati kita terguncang oleh kebenaran, kritik, kegagalan, atau bahkan nasihat yang tidak enak didengar. 

Di titik itu, kita dihadapkan pada dua pilihan: mengeras dalam pembelaan diri, atau bertumbuh melalui kerendahan hati.

Sikap yang terbuka terhadap tantangan adalah bagian dari developmental mindset. Kesadaran bahwa proses menjadi lebih baik selalu melibatkan gesekan, perjuangan, dan keberanian untuk tidak defensif. 

Tanpa tantangan, kita akan tetap tinggal di tempat yang sama, membenarkan kelemahan, dan menolak dibentuk.

Tuhan pun membentuk umat-Nya melalui tantangan. Seperti tanah liat di tangan penjunan, kita perlu dilenturkan, diputar, bahkan dipanaskan agar menjadi bejana yang berguna. 

Firman Tuhan berkata:

"Janganlah kamu menjadi seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang perlu dikendalikan dengan tali dan kekang agar ia patuh."
— Mazmur 32:9

Tantangan yang menyentuh ego seringkali adalah undangan Tuhan untuk bertumbuh. 


Jika itu tidak menantangmu, itu tidak akan mengubahmu.


Refleksi Pribadi:
Apakah aku membiarkan hatiku dibentuk ketika merasa tersinggung, ataukah aku menutup diri dari proses Tuhan?

Doa:
Tuhan, ajar aku melihat tantangan sebagai alat-Mu untuk mengubahku. Lunakkan hatiku, bentuk aku seturut kehendak-Mu. Demi Kristus. Amin.

Continue reading "If It Does Not Challenge You, It Does Not Change You"

"Siapa Aku di Mata Tuhan?" – Identitas Diri dalam Kristus

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


"Siapa Aku di Mata Tuhan?" – Identitas Diri dalam Kristus

 

Tujuan PA:

Membantu remaja memahami identitas diri mereka bukan berdasarkan media sosial atau opini orang lain, tetapi berdasarkan kebenaran Firman Tuhan.

 

Pembuka (Ice Breaker - 10 menit)

Aktivitas:
Berikan kertas kecil pada setiap peserta. Minta mereka menuliskan satu kata yang menggambarkan diri mereka, lalu dikumpulkan dan dibacakan secara acak.

Tanya:

  • Apakah kata itu menggambarkan bagaimana kamu melihat dirimu, atau bagaimana orang lain melihatmu?
  • Menurutmu, apakah media sosial membentuk persepsi kita tentang diri sendiri?

Transisi:
Kadang kita terlalu mudah percaya label yang dunia beri. Tapi hari ini, kita mau belajar: siapa sebenarnya kita di mata Tuhan?

 

Bagian Inti (30 menit)

1. Bacaan Alkitab:

  • Efesus 2:10
    “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.”
  • 1 Petrus 2:9
    “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia...”

 

2. Penjelasan Ayat (Pemahaman)

Efesus 2:10 – "Aku adalah ciptaan Tuhan yang berharga"

  • Kita adalah buatan Allah: dalam bahasa Yunani "poiema", artinya karya seni – masterpiece.
  • Kita diciptakan dalam Kristus: identitas baru kita ada dalam hubungan dengan Yesus.
  • Kita diciptakan untuk tujuan mulia: bukan asal hidup, tapi ada tujuan kekal.

1 Petrus 2:9 – "Aku adalah umat pilihan Allah"

  • Bangsa terpilih: kamu tidak kebetulan lahir – Tuhan memilihmu.
  • Imamat rajani: kamu punya akses langsung ke Allah dan punya tanggung jawab rohani.
  • Umat kepunyaan Allah: kamu milik Tuhan, bukan milik dunia.
  • Tujuan hidupmu: memberitakan kebaikan Tuhan, bukan hanya cari pengakuan manusia.

3. Diskusi Kelompok (15 menit)

Pertanyaan Diskusi:

  1. Apa label yang paling sering kamu dengar tentang dirimu?
  2. Apakah label itu membangun atau menjatuhkan?
  3. Bagaimana kamu bisa mulai melihat dirimu seperti Tuhan melihatmu?
  4. Apakah yang berubah jika kamu benar-benar percaya kamu adalah “masterpiece” Tuhan?

4. Aplikasi Pribadi

Tantangan Minggu Ini:
Tuliskan 3 hal tentang dirimu berdasarkan Firman Tuhan hari ini. Tempel di cermin atau tempat yang kamu lihat setiap hari.

Contoh:

  • Aku ciptaan Tuhan yang berharga (Efesus 2:10)
  • Aku dipilih Tuhan dan punya tujuan hidup (1 Petrus 2:9)
  • Aku milik Allah, bukan milik opini orang

 

Penutup (Doa – 5 menit)

Doa Bersama:
Tuhan, ajar kami melihat diri kami seperti Engkau melihat kami. Ampuni jika kami lebih percaya suara dunia daripada suara-Mu. Penuhi hati kami dengan kebenaran bahwa kami berharga, dipilih, dan dikasihi oleh-Mu. Dalam Nama Tuhan Yesus. Amin.


Bahan Tambahan (Opsional untuk pendalaman lebih lanjut):

  • Mazmur 139:13-16 (Tentang penciptaan pribadi)
  • Galatia 2:20 (Identitas baru dalam Kristus)
  • Roma 12:2 (Pembaharuan pikiran)

 

grefer pollo

Games ringan dan relevan dengan tema "Siapa Aku di Mata Tuhan?" – Identitas Diri dalam Kristus, cocok untuk remaja:

1. “Labelku atau Label Tuhan?”

Tujuan: Membantu peserta mengenali label negatif dari dunia vs identitas yang benar dari Tuhan.
Durasi: 10–15 menit
Alat: Kertas label, spidol

Cara bermain:

  • Siapkan dua warna kertas label:
    • Warna A: tulis label negatif yang sering didengar remaja (misalnya: “gagal”, “tidak cukup baik”, “bodoh”, “overthinking”)
    • Warna B: tulis identitas menurut Firman Tuhan (misalnya: “dipilih Tuhan”, “karya agung-Nya”, “dikasihi”, “bernilai”)
  • Tempelkan label-label itu di papan atau dinding.
  • Minta peserta satu per satu mengambil satu label dan menebak: apakah ini label dunia atau label Tuhan.
  • Setelah ditebak, bacakan ayat yang sesuai untuk mengkonfirmasi.

Refleksi singkat:
“Label dunia bisa berubah-ubah, tapi label dari Tuhan kekal dan membawa hidup.”

2. “Cermin Ajaib”

Tujuan: Membantu peserta melihat diri sendiri melalui ‘cermin firman Tuhan’.
Durasi: 10 menit
Alat: Kaca kecil/cermin mainan, kartu ayat

Cara bermain:

  • Minta peserta membentuk lingkaran.
  • Satu per satu, peserta mengambil cermin dan berkata, “Di dalam Kristus, aku adalah…” lalu membaca ayat/kata yang ada di kartu (yang sudah disiapkan, misalnya: “dikasihi”, “kuat”, “bertujuan”).
  • Peserta berikutnya melanjutkan.

Refleksi singkat:
“Kita mau mulai membiasakan diri melihat diri sendiri seperti Tuhan melihat kita.”

3. “Siapa Aku?” Tebak-Tebakan Tokoh Alkitab

Tujuan: Melatih pengenalan identitas melalui kisah nyata tokoh Alkitab.
Durasi: 10–15 menit
Alat: Kartu nama tokoh Alkitab

Cara bermain:

  • Tempelkan kartu tokoh Alkitab di dahi peserta (tanpa ia tahu siapa dirinya).
  • Peserta lain memberi petunjuk tentang identitas tokoh itu tanpa menyebutkan nama.
  • Setelah ditebak, fasilitator menjelaskan bagaimana tokoh itu mengalami penemuan jati diri dalam Tuhan (misalnya: Gideon, Musa, Maria, Petrus).

Refleksi singkat:
“Setiap tokoh punya kisah. Tuhan juga menulis kisah hidupmu dengan tangan-Nya sendiri.”

 


Continue reading "Siapa Aku di Mata Tuhan?" – Identitas Diri dalam Kristus