Apakah Anda setuju bahwa dengan semakin majunya pendidikan melalui perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi maka kemiskinan akan terhapuskan? Ataukah, justru semua itu akan semakin memperluas jarak antara kaya dan miskin? Akan semakin mereproduksi kemiskinan?
Apakah Anda menyadari bahwa banyak sekolah termasuk sekolah yang berbasis pendidikan karakter dan keagamaan sekalipun telah mereproduksi kesenjangan sosial? Banyak orang telah mengeksploitasi kemiskinan bagi keuntungan pribadi.
Tetapi, pernahkah Anda membayangkan apa yang akan terjadi jika suatu saat semua orang menjadi kaya dan tidak ada yang miskin? Apa maksud dan makna dari adanya kemiskinan di antara Anda dan saya?
Apakah Anda pernah berpikir bahwa selamanya sampai dunia ini
berakhir kemiskinan dan orang miskin akan selalu ada di sekitar Anda dan saya.
Dengan demikian maka, pengetahun, kepintaran, dan apa yang Anda dapatkan
dalam pendidikan di sekolah, keluarga, gereja, dan sebagainya justru akan
menjadi bermakna pada saat Anda membagikan semua itu kepada mereka yang
miskin.
Sampai di sini, saya ingin mengajukan sebuah pertanyaan kepada Anda.
Apakah kemiskinan itu?
Apakah orang yang kaya secara materi tidak mengalami kemiskinan? Apakah pendapat Anda tentang situasi berikut ini.
Seorang anak memiliki
orangtua yang kaya secara materi. Punya mobil lebih dari 3 buah. Tinggal di
apartemen mewah. Punya rumah pribadi yang mewah. Punya tiga perusahaan besar.
Tapi, hampir tiap hari, oleh alasan kesibukan, orangtua itu tidak pernah
bertemu dengan anaknya. Apakah ada kemiskinan dalam kisah ini? Jika ada,
siapakah yang miskin? Miskin dalam hal apa?
Menurut Anda, apakah pendidikan hadir karena adanya kemiskinan? Apakah pendidikan akan tetap ada jika tak ada lagi kemiskinan dan orang miskin di dunia ini? Apakah Anda setuju bahwa dengan semakin maju kualitas pendidikan (fasilitas sekolah, penguasaan materi oleh guru, gaji guru yang semakin tinggi, dan sebagainya) maka kualitas kehidupan akan semakin baik?
Faktanya, pendidikan semakin sulit dijangkau oleh banyak orang. Terutama mereka yang miskin secara materi. Biaya pendidikan semakin tinggi. Anak-anak dari keluarga kurang mampu semakin sulit mendapat akses pendidikan formal apalagi sekolah yang dikatakan favorit.
Hal ini
memberikan kesan bahwa sekolah telah menjadi salah satu alat penghasil kesenjangan
sosial.
Terus jadi berkat pak.
ReplyDeleteGbu
terima kasih. Jbu
DeleteMantap pak Ge. Terus jadi berkat. Sepertinya tulisan ini wajib dibaca oleh para pendidik.
ReplyDeleteterima kasih pak fredrik. Semoga demikian
DeleteTerima kasih p Ged
ReplyDeleteTerima kasih kembali @gurubelajarmenyenangkan
DeleteSetuju dengan beberapa statement dari Bapak🙏👍
ReplyDeleteTerima kasih ibu Nia Agata
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerimakasih pak tulisannya sangat memberkati. Kiranya kita semakin aware dengan kemiskinan yang ada di sekitar kita, bahkan Kemiskinan yang ada pada diri kita dan tanpa kita sadari juga .
ReplyDeleteterima kasih bu indry. Semoga menjadi berkat bagi pemerhati pendidikan dan semua yg membutuhkan
DeleteTerimakasih Pak Grefer atas tulisan ini bahwa memang pendidikan karakter dan semangat gotong royong perlu dilaksanakan lagi.
ReplyDeleteTerima kasih Pak Jansen. Kiranya ini dapat memberi dampak
DeleteSaya pernah menulis tentang kapitalisasi sekolah. Antara sekolah favorit dengan non favorit bisa dilihat kelas/kasta manusia yang bersekolah di sana.
ReplyDeleteSiap pak roni. Bagusnya juga kalau dibuat tulisan antologi tentang kapitalisasi sekolah
DeleteLuar biasa pak tulisannya. Tulisan bapak membuat saya sebagai pendidik yang pemula merefleksikan setiap pertanyaan dan fakta yang ada. Tetap semangat menulis pak. Semakin menjadi berkat utk guru" yg lain melalui tulisan bapak. Gbu
ReplyDeleteterima kasih ibu Febby. Kiranya tulisan ini memberi dampak yang seharusnya. Gbu
DeleteLanjutkan pak guru hebat
ReplyDeleteterima kasih bu clania
Delete