Saturday, November 29, 2025

Cinta akan menyiapkan bekal bagimu di perjalanan dan tidak akan membunuhmu di tengah jalan (versi #1)

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Suatu saat di lima belas Oktober dua ribu dua puluh lima, saya mendapatkan sebuah quote sederhana penuh makna: “Cinta akan menyiapkan bekal bagimu di perjalanan dan tidak akan membunuhmu di tengah jalan”.

Tergerak dari itu, saya ingin menuliskannya dalam sebuah narasi inspiratif berikut.

Namanya Malai. Bukan malaikat, meski mamanya sering bilang, “Kamu itu malaikat yang lupa cara terbang.” Entah pujian atau sindiran, Malai menerimanya dengan senyum dan sepiring jagung bose.

Suatu hari, Malai memutuskan untuk pergi merantau. Bukan karena ia bosan, tapi karena dia merasa panggilan hidupnya ada di luar kampung halaman. Dia ingin belajar, bekerja, dan—kalau Tuhan berkenan—menemukan jodoh yang tidak hanya elok parasnya tapi juga bisa masak jagung bose dan buat ikan lawar.

Sebelum berangkat, mamanya menyiapkan bekal. Bukan cuma makanan, tapi juga nasihat yang dibungkus dengan kasih seorang mama dan sedikit ancaman.

“Jangan lupa berdoa. Jangan lupa makan. Jangan lupa pulang.”

Malai tertawa. “Mama, saya bukan pergi perang.”

Mamanya menatap dia. “Malai, hidup itu berat, keras, rumit, dan kadang lebih rumit dari perang. Tapi, ingat ini: Cinta akan menyiapkan bekal bagimu di perjalanan, dan tidak akan membunuhmu di tengah jalan.”

Malai terdiam. Kalimat itu terdengar seperti kutipan dari kitab suci, atau minimal dari status Facebook yang viral.

Di perjalanan, Malai menghadapi banyak hal: kesepian, tantangan kerja, godaan untuk menyerah. Tapi setiap kali dia merasa lelah, dia teringat bekal cinta yang mamanya berikan. Bukan hanya makanan, tapi juga doa, pelukan, dan kata-kata yang menguatkan: Cinta akan menyiapkan bekal bagimu di perjalanan, dan tidak akan membunuhmu di tengah jalan.”.

Dia teringat kisah Abraham yang berjalan tanpa tahu ke mana, tapi percaya pada janji Tuhan. Dia teringat Yesus yang berjalan menuju salib, bukan karena Ia tidak bisa menghindar, tapi karena cinta-Nya lebih besar dari rasa sakit.

Malai belajar bahwa cinta sejati tidak menuntut kenyamanan, tapi menuntun dalam kesetiaan. Cinta tidak membunuh di tengah jalan, tapi menyiapkan bekal di perjalanan, dan menopang sampai tujuan.

Suatu malam, saat hujan turun dan Malai duduk sendirian di kamar kos, dia membuka kotak kecil yang mamanya selipkan di tas. Di dalamnya ada surat tangan, sepotong roti kering, dan satu ayat yang ditulis dengan spidol biru:

“Aku menyertai engkau ke mana pun engkau pergi.” — Yosua 1:9

Malai tersenyum. Dia tahu, dia tidak sendiri. Bekal cinta itu nyata. Dan dia akan terus berjalan, karena cinta sudah menyiapkan jalannya.



2 comments:

  1. Replies
    1. Terima kasih sudah singgah baca. Semoga bisa diteruskan ke yang lainnya.

      Delete