Saturday, November 29, 2025

,

Masa Adventus dan Natal

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Konsep Masa Adventus dan Natal

 

1. Minggu Advent 1 (Liturgi Model 1): Markus 13: 24 - 37)

Tema: Menanti Dalam Pengharapan dan Penyerahan Diri

Tokoh: Abraham

Narasi Puitis – Menanti Dalam Pengharapan dan Penyerahan Diri

(Visual: langit malam bertabur bintang, siluet Abraham menatap ke atas. Musik lembut penuh harapan.)

Narator: “Abraham… seorang bapa iman. Ia menanti janji Allah tentang keturunan, meski usia menua dan harapan manusia seakan sirna. Namun ia tetap percaya, sebab ia tahu janji Tuhan tidak pernah gagal.

Di bawah langit yang penuh bintang, Abraham menyerahkan diri. Ia tidak berpegang pada kekuatannya sendiri, melainkan pada firman yang hidup. Dan bintang-bintang itu menjadi tanda pengharapan… bahwa dari keturunannya akan lahir sebuah bangsa, dan dari bangsa itu akan datang Sang Mesias, Juruselamat dunia.

Menanti bukanlah sekadar menunggu. Menanti adalah berjalan dalam iman, meski langkah terasa berat. Menanti adalah menyerahkan diri, meski jawaban belum terlihat. Abraham menanti dengan pengharapan, dan janji Allah digenapi.

Demikian pula kita hari ini. Markus 13 mengingatkan: langit dan bumi akan berlalu, tetapi firman Tuhan tidak akan berlalu. Kita dipanggil untuk berjaga, menanti kedatangan Kristus yang kedua kali.

Seperti Abraham, mari kita menanti dengan iman. Seperti Abraham, mari kita menyerahkan diri sepenuhnya. Karena pengharapan kita bukan pada dunia yang fana, melainkan pada Yesus, Sang Mesias, yang telah datang… dan akan datang kembali.”

(Visual akhir: cahaya terang muncul, siluet orang-orang berdoa bersama, teks di layar: “Menanti Dalam Pengharapan dan Penyerahan Diri.” Musik bergema penuh sukacita.)

 

Lagu Pembuka: ...

 

2. Minggu Advent 2 (Liturgi Model II): Maleakhi 3 : 1 - 5

Tema: Memberi Diri Untuk Dimurnikan Allah

Daud Seorang raja yang besar, namun juga manusia yang jatuh dalam dosa. Ia tidak menolak teguran, melainkan membuka hati dan berkata: “Ciptakanlah hati yang tahir dalam diriku, ya Allah” (Mazmur 51:12). Daud adalah contoh nyata seseorang yang rela dimurnikan oleh Allah.

Narasi Puitis – Memberi Diri Untuk Dimurnikan Allah

(Visual: Daud berlutut dengan harpa di sampingnya, cahaya redup, musik lembut penuh penyesalan.)

Narator: “Daud… seorang raja yang besar, seorang pahlawan yang dikasihi Allah. Namun ia juga manusia yang jatuh dalam dosa. Ketika teguran datang, ia tidak menutup hati. Dengan air mata, ia berseru: ‘Ciptakanlah hati yang tahir dalam diriku, ya Allah.’

Seperti emas yang dimurnikan dalam api, demikianlah Daud menyerahkan dirinya. Ia rela dibakar oleh teguran, dikikis oleh kasih, agar hatinya kembali murni di hadapan Tuhan.

Maleakhi berkata: Tuhan datang sebagai api tukang emas, Ia menyucikan umat-Nya agar layak bagi-Nya. Demikianlah Daud menjadi teladan bahwa memberi diri untuk dimurnikan bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda penyerahan.

Dimurnikan berarti membiarkan Allah menghapus noda, membakar kesombongan, dan menyingkapkan hati yang hancur. Dan dari hati yang hancur, lahirlah pujian yang murni.

Hari ini, kita pun dipanggil seperti Daud. Untuk tidak lari dari teguran, tetapi menyerahkan diri. Untuk tidak takut pada api pemurnian, karena di balik api ada kemuliaan.

Dan puncak dari segala pemurnian itu adalah Kristus sendiri. Ia datang bukan hanya sebagai penguji hati, tetapi sebagai Juruselamat yang menebus dosa kita. Di kayu salib, Ia menanggung api penghakiman agar kita dimurnikan oleh kasih.

Mari memberi diri… agar Allah memurnikan kita. Karena hanya hati yang dimurnikan di dalam Kristus dapat memantulkan cahaya kasih-Nya bagi dunia.”

(Visual akhir: cahaya terang memancar, salib bersinar di latar, siluet orang berdoa. Teks di layar: “Dimurnikan Dalam Kristus.” Musik berakhir dengan nada penuh sukacita.)

 

Lagu pembuka: ...

 

3. Minggu Advent 3 (Liturgi Model III): Lukas 1: 26 - 38

Tema: Menyambut Yesus dengan Iman dan Ketaatan

Maria, ibu Yesus Ia menerima kabar dari malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dan melahirkan Sang Mesias. Meski penuh ketidakpastian, Maria menjawab dengan iman dan ketaatan: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Lukas 1:38). Maria adalah teladan iman yang sederhana namun teguh, dan ketaatan yang penuh penyerahan diri.

Narasi Puitis untuk Video

(Visual: cahaya lembut turun, Maria berlutut dengan wajah penuh ketenangan. Musik lembut, penuh harapan.)

Narator: “Di sebuah kota kecil bernama Nazaret, seorang perawan sederhana menerima kabar yang mengubah dunia. Malaikat datang membawa pesan: ia akan mengandung dan melahirkan Sang Juruselamat.

Maria terdiam… hatinya berguncang. Bagaimana mungkin hal ini terjadi? Namun di tengah pertanyaan, ia memilih percaya. Di tengah ketidakpastian, ia memilih taat. Dengan suara lembut, ia berkata: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.’

Iman bukanlah sekadar mengerti, melainkan berani menyerahkan diri. Ketaatan bukanlah sekadar patuh, melainkan percaya bahwa janji Allah selalu indah pada waktunya. Maria menyambut Yesus dengan iman dan ketaatan, dan melalui dirinya, dunia menerima Sang Mesias.

Hari ini, kita pun dipanggil untuk menyambut Yesus. Bukan dengan keraguan, melainkan dengan iman. Bukan dengan penolakan, melainkan dengan ketaatan.

Karena pada akhirnya, pusat pengharapan kita bukanlah Maria, bukanlah malaikat, melainkan Kristus sendiri. Yesus yang datang ke dunia, mati bagi kita, dan bangkit untuk memberi hidup yang kekal.

Mari menyambut Yesus dengan iman dan ketaatan… sebab hanya di dalam Dia, janji Allah digenapi, dan keselamatan nyata bagi dunia.”

(Visual akhir: cahaya terang memancar dari salib, orang-orang berdoa bersama. Teks di layar: “Menyambut Yesus dengan Iman dan Ketaatan.” Musik berakhir dengan nada penuh sukacita.)

 : ...

Lagu pembuka

 

4. Minggu Advent 4 (Liturgi Model 4): Yesaya 2 : 1 - 5

Tema: Berjalan dalam Terang Damai Tuhan

Tokoh: Yesaya sebagai nabi yang melihat penglihatan tentang bangsa-bangsa berjalan menuju gunung Tuhan, mencari terang dan damai.

Narasi Puitis untuk Video

(Visual: gunung yang disinari matahari pagi, orang-orang berjalan bersama menuju puncak. Musik lembut penuh harapan.)

Narator: “Yesaya melihat sebuah penglihatan… bangsa-bangsa datang berbondong-bondong menuju gunung Tuhan. Mereka meninggalkan jalan gelap, dan berjalan dalam terang damai-Nya.

Di sana, pedang ditempa menjadi mata bajak, tombak menjadi pisau pemangkas. Tidak ada lagi peperangan, tidak ada lagi kebencian. Hanya damai yang mengalir dari hadirat Allah.

Berjalan dalam terang damai Tuhan berarti memilih jalan-Nya, bukan jalan kita sendiri. Berarti menyerahkan langkah, hati, dan pikiran untuk dipimpin oleh firman-Nya.

Seperti Yesaya, kita dipanggil untuk mengajak dunia: ‘Mari, hai kaum keturunan Yakub, berjalanlah dalam terang Tuhan.’

Namun terang itu mencapai puncaknya dalam Kristus. Dialah Terang sejati yang datang ke dunia, yang menghapus kegelapan, dan membawa damai yang melampaui segala akal. Di kayu salib, Ia meruntuhkan tembok permusuhan, dan dalam kebangkitan-Nya, Ia memberi damai yang kekal.

Mari berjalan dalam terang damai Tuhan… sebab hanya di dalam Yesus Kristus, nubuat itu digenapi, dan damai sejati menjadi nyata bagi dunia.”

(Visual akhir: cahaya terang memancar dari salib, orang-orang berdoa bersama. Teks di layar: “Berjalan dalam Terang Damai Tuhan.” Musik berakhir dengan nada penuh sukacita.)

 

Lagu pembuka :

 



0 comments:

Post a Comment