Konsep Masa Adventus dan Natal
1. Minggu Advent 1 (Liturgi Model 1): Markus
13: 24 - 37)
Tema: Menanti Dalam Pengharapan dan
Penyerahan Diri
Tokoh: Abraham
Narasi Puitis – Menanti
Dalam Pengharapan dan Penyerahan Diri
(Visual: langit
malam bertabur bintang, siluet Abraham menatap ke atas. Musik lembut penuh
harapan.)
Narator: “Abraham… seorang bapa iman. Ia menanti janji
Allah tentang keturunan, meski usia menua dan harapan manusia seakan sirna.
Namun ia tetap percaya, sebab ia tahu janji Tuhan tidak pernah gagal.
Di bawah langit yang
penuh bintang, Abraham menyerahkan diri. Ia tidak berpegang pada kekuatannya
sendiri, melainkan pada firman yang hidup. Dan bintang-bintang itu menjadi
tanda pengharapan… bahwa dari keturunannya akan lahir sebuah bangsa, dan dari
bangsa itu akan datang Sang Mesias, Juruselamat dunia.
Menanti bukanlah
sekadar menunggu. Menanti adalah berjalan dalam iman, meski langkah terasa
berat. Menanti adalah menyerahkan diri, meski jawaban belum terlihat. Abraham
menanti dengan pengharapan, dan janji Allah digenapi.
Demikian pula kita
hari ini. Markus 13 mengingatkan: langit dan bumi akan berlalu, tetapi firman
Tuhan tidak akan berlalu. Kita dipanggil untuk berjaga, menanti kedatangan
Kristus yang kedua kali.
Seperti Abraham, mari
kita menanti dengan iman. Seperti Abraham, mari kita menyerahkan diri
sepenuhnya. Karena pengharapan kita bukan pada dunia yang fana, melainkan pada
Yesus, Sang Mesias, yang telah datang… dan akan datang kembali.”
(Visual akhir:
cahaya terang muncul, siluet orang-orang berdoa bersama, teks di layar:
“Menanti Dalam Pengharapan dan Penyerahan Diri.” Musik bergema penuh sukacita.)
Lagu Pembuka: ...
2. Minggu Advent 2 (Liturgi Model II): Maleakhi
3 : 1 - 5
Tema: Memberi Diri Untuk Dimurnikan Allah
Daud Seorang raja
yang besar, namun juga manusia yang jatuh dalam dosa. Ia tidak menolak teguran,
melainkan membuka hati dan berkata: “Ciptakanlah hati yang tahir dalam
diriku, ya Allah” (Mazmur 51:12). Daud adalah contoh nyata seseorang yang
rela dimurnikan oleh Allah.
Narasi Puitis – Memberi
Diri Untuk Dimurnikan Allah
(Visual: Daud
berlutut dengan harpa di sampingnya, cahaya redup, musik lembut penuh
penyesalan.)
Narator: “Daud… seorang raja yang besar, seorang
pahlawan yang dikasihi Allah. Namun ia juga manusia yang jatuh dalam dosa.
Ketika teguran datang, ia tidak menutup hati. Dengan air mata, ia berseru: ‘Ciptakanlah
hati yang tahir dalam diriku, ya Allah.’
Seperti emas yang
dimurnikan dalam api, demikianlah Daud menyerahkan dirinya. Ia rela dibakar
oleh teguran, dikikis oleh kasih, agar hatinya kembali murni di hadapan Tuhan.
Maleakhi berkata:
Tuhan datang sebagai api tukang emas, Ia menyucikan umat-Nya agar layak
bagi-Nya. Demikianlah Daud menjadi teladan bahwa memberi diri untuk dimurnikan
bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda penyerahan.
Dimurnikan berarti
membiarkan Allah menghapus noda, membakar kesombongan, dan menyingkapkan hati
yang hancur. Dan dari hati yang hancur, lahirlah pujian yang murni.
Hari ini, kita pun
dipanggil seperti Daud. Untuk tidak lari dari teguran, tetapi menyerahkan diri.
Untuk tidak takut pada api pemurnian, karena di balik api ada kemuliaan.
Dan puncak dari segala
pemurnian itu adalah Kristus sendiri. Ia datang bukan hanya sebagai penguji
hati, tetapi sebagai Juruselamat yang menebus dosa kita. Di kayu salib, Ia
menanggung api penghakiman agar kita dimurnikan oleh kasih.
Mari memberi diri…
agar Allah memurnikan kita. Karena hanya hati yang dimurnikan di dalam Kristus
dapat memantulkan cahaya kasih-Nya bagi dunia.”
(Visual akhir:
cahaya terang memancar, salib bersinar di latar, siluet orang berdoa. Teks di
layar: “Dimurnikan Dalam Kristus.” Musik berakhir dengan nada penuh sukacita.)
Lagu pembuka: ...
3. Minggu Advent 3 (Liturgi Model III): Lukas
1: 26 - 38
Tema: Menyambut Yesus dengan Iman dan
Ketaatan
Maria, ibu Yesus
Ia menerima kabar dari malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dan melahirkan
Sang Mesias. Meski penuh ketidakpastian, Maria menjawab dengan iman dan
ketaatan: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanmu itu.” (Lukas 1:38). Maria adalah teladan iman yang sederhana
namun teguh, dan ketaatan yang penuh penyerahan diri.
Narasi Puitis untuk
Video
(Visual: cahaya
lembut turun, Maria berlutut dengan wajah penuh ketenangan. Musik lembut, penuh
harapan.)
Narator: “Di sebuah kota kecil bernama Nazaret, seorang
perawan sederhana menerima kabar yang mengubah dunia. Malaikat datang membawa
pesan: ia akan mengandung dan melahirkan Sang Juruselamat.
Maria terdiam… hatinya
berguncang. Bagaimana mungkin hal ini terjadi? Namun di tengah pertanyaan, ia
memilih percaya. Di tengah ketidakpastian, ia memilih taat. Dengan suara
lembut, ia berkata: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku
menurut perkataanmu itu.’
Iman bukanlah sekadar
mengerti, melainkan berani menyerahkan diri. Ketaatan bukanlah sekadar patuh,
melainkan percaya bahwa janji Allah selalu indah pada waktunya. Maria menyambut
Yesus dengan iman dan ketaatan, dan melalui dirinya, dunia menerima Sang Mesias.
Hari ini, kita pun
dipanggil untuk menyambut Yesus. Bukan dengan keraguan, melainkan dengan iman.
Bukan dengan penolakan, melainkan dengan ketaatan.
Karena pada akhirnya,
pusat pengharapan kita bukanlah Maria, bukanlah malaikat, melainkan Kristus
sendiri. Yesus yang datang ke dunia, mati bagi kita, dan bangkit untuk memberi
hidup yang kekal.
Mari menyambut Yesus
dengan iman dan ketaatan… sebab hanya di dalam Dia, janji Allah digenapi, dan
keselamatan nyata bagi dunia.”
(Visual akhir:
cahaya terang memancar dari salib, orang-orang berdoa bersama. Teks di layar:
“Menyambut Yesus dengan Iman dan Ketaatan.” Musik berakhir dengan nada penuh
sukacita.)
Lagu pembuka
4. Minggu Advent 4 (Liturgi Model 4): Yesaya
2 : 1 - 5
Tema: Berjalan dalam Terang Damai Tuhan
Tokoh: Yesaya
sebagai nabi yang melihat penglihatan tentang bangsa-bangsa berjalan menuju
gunung Tuhan, mencari terang dan damai.
Narasi Puitis untuk
Video
(Visual: gunung
yang disinari matahari pagi, orang-orang berjalan bersama menuju puncak. Musik
lembut penuh harapan.)
Narator: “Yesaya melihat sebuah penglihatan…
bangsa-bangsa datang berbondong-bondong menuju gunung Tuhan. Mereka
meninggalkan jalan gelap, dan berjalan dalam terang damai-Nya.
Di sana, pedang
ditempa menjadi mata bajak, tombak menjadi pisau pemangkas. Tidak ada lagi
peperangan, tidak ada lagi kebencian. Hanya damai yang mengalir dari hadirat
Allah.
Berjalan dalam terang
damai Tuhan berarti memilih jalan-Nya, bukan jalan kita sendiri. Berarti
menyerahkan langkah, hati, dan pikiran untuk dipimpin oleh firman-Nya.
Seperti Yesaya, kita
dipanggil untuk mengajak dunia: ‘Mari, hai kaum keturunan Yakub, berjalanlah
dalam terang Tuhan.’
Namun terang itu
mencapai puncaknya dalam Kristus. Dialah Terang sejati yang datang ke dunia,
yang menghapus kegelapan, dan membawa damai yang melampaui segala akal. Di kayu
salib, Ia meruntuhkan tembok permusuhan, dan dalam kebangkitan-Nya, Ia memberi
damai yang kekal.
Mari berjalan dalam
terang damai Tuhan… sebab hanya di dalam Yesus Kristus, nubuat itu digenapi,
dan damai sejati menjadi nyata bagi dunia.”
(Visual akhir:
cahaya terang memancar dari salib, orang-orang berdoa bersama. Teks di layar:
“Berjalan dalam Terang Damai Tuhan.” Musik berakhir dengan nada penuh
sukacita.)
Lagu pembuka :
0 comments:
Post a Comment