Friday, June 10, 2022

,

Catatan Kecil Bagi Orang Tua, Guru, Konselor, Pendeta, Guru Sekolah Minggu, Pengajar Katekisasi, dan Penggiat Anak dan Remaja

 



grefer pollo

oleh: Grefer Pollo


Catatan Kecil Bagi Orang Tua, Guru, Konselor, Pendeta, Guru Sekolah Minggu, Pengajar Katekisasi, dan Penggiat Anak dan Remaja


Penting bagi orang tua, guru, konselor, pendeta, guru sekolah minggu, pengajar katekisasi, dan penggiat anak dan remaja yang sedang bergumul menghadapi anak usia 14 – 16 tahun.


Dasar Alkitabiah

 

1. Lukas 15:4-7 (perumpamaan tentang domba yang hilang

2. Markus 16:15 ("Pergilah ke ujung bumi dan beritakanlah injil"

3. Matius 25:36 ("Ketika Aku sakit engkau merawat Aku, Aku dipenjara dan engkau menjengukku").

 

Sebagai orang tua, guru, konselor, dan penggiat anak dan remaja Kristen, kita seharusnya bersikap terbuka dan mau menerima anak-anak Tuhan baik yang bertingkah laku baik atau pun tidak. 



Apa konstribusi saya?

Cerita anak yang hilang merupakan perumpamaan yang Tuhan Yesus berikan setelah perumpamaan domba yang hilang. Dalam cerita ini, sang bapa "melepaskan" anak bungsunya untuk melakukan apa yang sang anak mau lakukan di dunia luar.

Sesudah peristiwa itu, sang bapa berkenan untuk menerima sang anak kembali saat sang anak memerlukan perlindungan dan kasihnya. 

Sebagai orang tua, guru, konselor, dan penggiat anak dan remaja Kristen, adalah bijak jika melakukan hal ini sesudah kita mencoba banyak hal atau “semua” cara untuk memperhatikan dan menolong anak dan remaja kita. 

Saat mereka datang kembali kepada kita untuk meminta pertolongan, kepedulian, kasih, empati, kita perlu menyiapkan diri menerima mereka dengan tangan terbuka dan hati yang penuh pengampunan.


Hal-hal atau alat-alat yang perlu digunakan dalam mendampingi anak dan remaja yang demikian:

1. Kehidupan doa yang dalam (ketekunan dan kesungguhan hati berdoa)

Dalam mendampingi anak dan remaja yang demikain (yang sulit), kita dapat merasakan kepahitan, keraguan, kelelahan emosi, dsb. 

Hanya di dalam doa yang tekun dan sepenuh hati, kita dapat menyambut buah Roh (kasih, sukacita, damai sejahtera, kelemahlembutan, kebaikan, dan pengendalian diri) dalam mendampingi mereka.

Dalam 1 Tesalonika 5:14 kita diminta untuk menolong yang lemah dan sabar terhadap satu sama lain. 

Memiliki anak dan remaja yang sulit adalah saat di mana Tuhan mengajari kita kesabaran dan anugerah. 

Saat kita berdoa bagi mereka, kita juga seharusnya berdoa bagi diri kita agar Tuhan juga bekerja di hati kita agar dapat mengasihi mereka dengan tulus.

2.   Menggunakan pendekatan PRAISE (Proactive: proaktif, Reinforcements: penguatan, Assess: menilai, Intent: maksud, Sincerity: kejujuran/ketulusan, Empower the Holy Spirit: pertolongan Roh Kudus)

Proactive (Proaktif): mengkondisikan situasi, kelas (bagi guru), fasilitas, lingkungan, dan sebagainya sedemikian rupa sehingga akan meminimalisir masalah.

Anak dan remaja diajarkan perilaku yang benar. Bagi mereka yang belum berperilaku benar, kita merencanakan hal-hal yang dapat memperbaiki perilaku tersebut.

Reinforcement (penguatan): Pendisiplinan dan memberikan pujian kepada anak dan remaja.

Prinsip menabung (setor uang) lebih dulu baru melakukan penarikan uang. 

Jauh lebih baik anak dan remaja tahu dan memastikan bahwa kita sudah mengasihi mereka lebih dulu baru mereka ditegur dan diberi Tindakan disiplin. 

Ini akan membuat mereka tidak mudah kecewa dan kepahitan kepada kita setelah mereka ditegur dan didisiplinkan karena berbuat kesalahan.

Asess (menilai): Analisa apa, mengapa, siapa yang terlibat dalam perilaku yang kurang menyenangkan yang ditunjukkan oleh anak dan remaja. 

Seseorang pernah berkata setidaknya ada 5 penyebab seorang anak dan remaja melakukan sesuatu (termasuk perbuatan yang salah): (1) untuk mendapatkan perhatian,(2) kekuasaan, (3) balas dendam, (4) karena memang pada anak dan remaja itu ada kebutuhan khusus, (5) anak dan remaja sedang menguji batas yang diberikan oleh kita. 

Beda penyebab akan menetukan beda respon dan penanganan.

Sincerity (ketulusan): kita seharusnya selalu dengan tulus memikirkan dan melakukan apa yang baik untuk mereka. 

Respon kita seharusnya bukanlah karena kemarahan atau kekesalan, tetapi karena rasa kasih kita kepada mereka dan kerinduan untuk mereka bertobat. 

Bukan untuk memuaskan kemarahan kita.

Empower the Holy Spirit (pertolongan Roh Kudus): anak dan remaja diajar bahwa mereka tidak dapat berubah oleh usaha sendiri tetapi hanya oleh dukungan dan pertolongan Roh Kudus. 

Karena itu, mereka diajarkan untuk mengharapkan anugerah Kristus dan membangun relasi dengan Roh Kudus setiap hari. 

Misalnya melalui doa dan perenungan firman Tuhan.


2 comments:

  1. Terima kasih pak Grefer, sangat memberkati.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih. Puji Tuhan. Jika berkenan silakan dibagikan ke yang lain agar semakin memberkati yang lain

      Delete