Mazmur 51: 5-6 Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.
Banyak
pengajaran di gereja telah membuat
jemaat stres, kecewa pada diri sendiri, tidak tahu harus buat apa untuk berubah (bertobat).
Hal seperti ini menjadi celah dan
kesempatan bagi Iblis
untuk menghancurkan hidup dan kehidupan jemaat.
Mengapa?
Mereka (jemaat) dipaksa untuk segera bertobat secara sempurna.
Sekali mendengar pengajaran harus langsung bertobat sempurna dan tidak ulangi lagi selamanya.
Coba bayangkan dan ingat, sebuah kesalahan kecil atau sepele yang sering Saudara lakukan.
Saudara membutuhkan waktu berapa lama untuk tidak mengulanginya lagi?
Apakah semua orang membutuhkan waktu yang sama untuk berubah dan tidak mengulanginya sama sekali?
Setiap kita membutuhkan seorang accountability partner.
Apa dan siapa itu accountability partner?
Seorang accountability partner (mitra akuntabilitas) adalah seseorang yang Saudara percayai untuk membantu Saudara mengerjakan komitmen atau tujuan yang Saudara sudah buat.
Mereka akan menolong, mengingatkan, meminta Saudara bertanggung jawab atas tindakan dan perilaku yang dapat memengaruhi kemajuan Saudara dalam mencapai suatu tujuan.
Mereka sering kali adalah keluarga atau pasangan hidup atau teman atau kenalan tepercaya yang secara teratur bertanya kepada Saudara tentang kemajuan Saudara atau menerima pengakuan atas kesalahan yang Saudara buat.
Dalam kekristenan, accountability partner sering menjadi alat atau bagian yang menolong jemaat untuk terlepas dan menang atas berbagai godaan, cobaan, dosa-dosa “kesayangan” yang sulit dilepaskan.
Ataupun, untuk pertumbuhan kehidupan spiritual jemaat.
Di luar kekristenan, accountability partner telah digunakan dalam berbagai konteks bagi seseorang yang ingin menjaga komitmen, meningkatkan produktivitas, atau mempertahankan rutinitas pengembangan diri.
Misalnya, dalam hal kesehatan dan kesejahteraan, bisnis, dan akademisi.
Berdasarkan beberapa pemikiran di atas, di situlah kita menemukan
alasan mengapa gereja perlu menyiiapkan bagi setiap pelayanan seorang accountability partner seperti
mentor atau konselor bagi tiap
pelayan.
Dari konteks bacaan Mazmur 51 (bandingkan dengan 2 Samuel 11:1-27), kita menemukan alasan kejatuhan Raja Daud.
Meski dia seorang yang dekat kepada Tuhan namun, saat kelalaiannya dia jatuh dalam dosa seksual dengan istri Uria yaitu prajurit setia dan terbaiknya sendiri, pembunuhan berencana terhadap Uria untuk mendapatkan istrinya (Batsheba).
Dalam anugerah Allah, Daud memiliki seorang accountability partner yakni Nabi Natan yang datang menegornya.
Sebagai seorang raja yang berkuasa, sukses, terkenal, dan sebagainya, sangat mungkin bagi Daud untuk membunuh Nabi Natan seperti dia membunuh Uria.
Tetapi, hal itu tidak dia lakukan.
Raja Daud lalu berdoa dan bertobat.
Dosa adalah
melanggar hukum Allah, melanggar
batasan yang
Allah sudah buat
Dosa melawan
Allah.
Akibat dosa
dirasakan oleh pelaku dosa itu sendiri
dan juga orang dekatnya.
Dalam kisah Raja daud, konseluensi dosanya dialami
oleh dia dan keluarganya.
Pertobatan
melalui pengakuan dosa adalah mengaku kesalahan sendiri. Tidak menyalahkan orang lain atau
keadaan.
Pertobatan
adalah cara Allah untuk memulihkan
kita dan relasi kita dengan Allah.
Pertobatan yang benar akan membawa pada terobosan hidup.
Pertobatan dilakukan dan terjadi setiap
hari.
Pengudusan terjadi setiap hari.
Demikian juga dengan pengharapan dialami setiap hari.
Jemaat dan gereja tidak mampu berjalan sendiri.
Mereka membutuhkan anugerah Allah.
Selama masih dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa, jemaat Tuhan akan
jatuh dan jatuh.
Berdosa dan berdosa tiap hari.
Hal itu bukan menjadi sebuah alasan untuk berdosa dan
jatuh tetapi menjadi alasan untuk membutuh anugerah Allah dan
bergantung sepenuhnya kepada anugerah Allah untuk hidup berkenan kepada-Nya dan
berjalan bersama-Nya setiap hari.
Ciri
pertobatan yg bawa kepada terobosan
dalam hidup adalah menyadari akan konsekuensi
dosa dan menerimanya dengan
berharap akan anugerah
Allah.
Dalam Injil Lukas 24:47 dan lagi: dalam nama-Nya berita
tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa,
mulai dari Yerusalem., Yesus menyampaikan pesan
ini sebelum Ia terangkat ke sorga
Jadi gereja yang tidak sepenuh hati dan berjuang dalam memberitakan
secara tegas dan benar tentang
pertobatan perlu ditanyakan.
0 comments:
Post a Comment