oleh: grefer pollo
Prinsip Maker-Checker:
Kolaborasi untuk Integritas
Dalam dunia pelayanan, khususnya di Pusat Pengembangan
Anak (PPA), keuangan bukanlah sekadar urusan angka. Ia adalah cerminan dari
ketulusan hati, tanggung jawab ilahi, dan komitmen terhadap integritas. Salah
satu prinsip yang sangat berguna dalam menjaga integritas keuangan adalah maker-checker. Yaitu pemisahan peran antara
pembuat dan pemeriksa dalam setiap transaksi keuangan.
Maker
adalah pihak yang menyusun laporan, membuat pengajuan, atau memulai proses
transaksi. Checker adalah pihak yang memverifikasi, memeriksa, dan
menyetujui proses tersebut.
Prinsip ini
tampak sederhana, namun memiliki kekuatan besar sebagai tindakan antifraud, mencegah
penyimpangan, menjaga kepercayaan, dan membangun budaya transparansi.
Penerapan maker-checker bukan berarti kita
saling curiga, melainkan saling menjaga. Di tengah pelayanan yang padat,
terkadang godaan untuk "mempermudah proses" muncul.
Namun,
kejujuran sejati justru diuji di momen-momen semacam ini. Prinsip ini menolong
kita untuk tidak bekerja sendiri, tetapi dalam tim yang saling menguatkan dan
mengawasi.
Di dunia pelayanan, keuangan adalah urusan yang sangat
sensitif. Tak hanya menyangkut transparansi, tetapi juga mencerminkan
kepercayaan yang telah diberikan kepada kita, baik oleh Tuhan, mitra pelayanan,
maupun jemaat.
Dalam konteks ini, prinsip maker-checker muncul
bukan sebagai beban administrasi tambahan, tetapi sebagai langkah bijaksana
untuk membangun pelayanan yang berakar pada integritas.
Mengapa Perlu
Prinsip Maker-Checker?
Dalam setiap sistem keuangan yang sehat, pemisahan
fungsi antara pihak yang membuat dan pihak yang memeriksa menjadi kunci utama
dalam mencegah penyimpangan.
Kita manusia, betapapun berniat baiknya, tetap rentan
terhadap kelalaian, bisa pribadi, bahkan godaan kompromi. Prinsip maker-checker
adalah pagar batas yang bukan hanya mengatur, tapi juga menjaga.
Tanpa prinsip ini, ada risiko besar terjadinya:
- Kesalahan pencatatan yang tidak terdeteksi.
- Manipulasi data keuangan untuk keuntungan
pribadi.
- Transaksi fiktif atau penggunaan dana tanpa bukti
jelas.
- Penurunan kredibilitas pelayanan di mata mitra,
gereja, dan komunitas.
Seringkali
penyimpangan tidak terjadi karena niat jahat, tetapi karena peluang yang
terbuka akibat tidak adanya pemeriksaan silang. Di situlah maker-checker menjadi
langkah antifraud yang efektif.
Dampak jika Maker-Checker Tidak Diterapkan
- Kehilangan Kepercayaan: Mitra, donatur, dan
lembaga lain dapat menarik dukungannya jika laporan tidak akurat atau
diragukan.
- Ketegangan Tim: Kesalahan yang tidak diketahui
dapat memicu konflik internal saat akhirnya terungkap.
- Masalah Hukum atau Audit: Jika dana atau bantuan
digunakan tidak sesuai prosedur, bisa terjadi masalah hukum atau audit
yang merugikan pelayanan.
- Rusaknya Kesaksian Pelayanan: Integritas yang
tercoreng bisa mencoreng nama baik lembaga pelayanan secara luas, bahkan
menjadi batu sandungan bagi orang yang ingin percaya pada pelayanan
Kristen.
Manfaat Jika Maker-Checker Diterapkan
Sebaliknya, penerapan prinsip ini membawa manfaat
jangka panjang, antara lain:
- Keamanan dan kejelasan proses: Semua transaksi
terlacak dan terdokumentasi dengan rapi.
- Meningkatkan kepercayaan internal dan eksternal:
Tim pelayanan merasa aman bekerja dalam sistem yang adil, dan mitra pun
melihat profesionalisme dan tanggung jawab yang tinggi.
- Mencegah beban moral: Pemisahan peran membuat
setiap orang bekerja sesuai porsi, tanpa tekanan untuk menanggung semua
keputusan sendiri.
- Membangun budaya evaluatif dan terbuka: Koreksi
bukan dianggap sebagai serangan, melainkan sebagai bentuk saling menjaga.
Siapa yang Wajib Melakukan Maker-Checker?
Penerapan maker-checker bukan tanggung jawab
satu orang, tetapi kerja sama dari berbagai peran yang saling melengkapi:
- Bendahara/Pencatat Keuangan (Maker) bertugas
menyiapkan laporan keuangan, mencatat transaksi, dan menyusun pengajuan
dana. Ia menyajikan data secara jujur dan terbuka untuk diperiksa.
- Koordinator, Komisi Keuangan, dan Penanggung
Jawab Kemitraan (Checker) memiliki otoritas untuk menilai apakah
penggunaan dana sesuai kebutuhan, menyetujui atau menolak laporan
berdasarkan bukti yang ada.
- Tim Audit Internal (Checker Lanjutan) bertugas
meninjau ulang laporan yang telah disetujui, melakukan pemeriksaan
berkala, dan memberikan catatan koreksi jika ditemukan kejanggalan.
Kepada siapa maker-checker dilakukan?
- Kepada Tuhan Yesus terlebih dahulu, sebagai
bentuk ketaatan dan penghormatan pada panggilan pelayanan yang bersih.
- Kepada sesama anggota tim, untuk menjaga
keharmonisan dan kejelasan tanggung jawab.
- Kepada jemaat atau komunitas, agar pelayanan
tetap menjadi teladan.
- Kepada mitra atau sponsor, sebagai bentuk
tanggung jawab dan pertanggungjawaban moral serta administratif.
Kesimpulan Reflektif: Bukan Curiga, Tapi Saling
Menjaga
Prinsip maker-checker bukanlah tembok pembatas,
tetapi jaring pengaman pelayanan. Ia mengingatkan kita bahwa dalam membangun
pelayanan, kejujuran bukan cukup diucapkan. Ia harus dijaga, dipraktikkan, dan
diperiksa bersama.
“Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan
damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.”
— Roma 14:19
Dengan
kolaborasi yang sehat dan prinsip yang benar, kita tidak hanya menjaga angka
tetap seimbang, tetapi juga menjaga hati tetap tulus.
Mari
bersama-sama membangun pelayanan yang kudus, profesional, dan dapat dipercaya bukan
karena kita takut diketahui salah, tetapi karena kita ingin melayani dengan
benar, dari dalam hati yang takut akan Tuhan.
Firman Tuhan sebagai Dasar Integritas
“Setia dalam perkara kecil…”
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia
setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam
perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”
— Lukas 16:10
Ayat ini menjadi cermin bagi setiap pelayan Tuhan
dalam bidang keuangan. Ketika kita setia mencatat dengan jujur, menyusun
laporan dengan teliti, dan menyetujui transaksi dengan pertimbangan penuh, kita
sedang melayani Tuhan, bukan hanya organisasi.
Refleksi Peran: Menjadi Penjaga Integritas
- Bendahara, engkau bukan sekadar penyimpan dana. Engkau adalah penjaga
kepercayaan. Saat engkau menyiapkan laporan, pastikan tidak ada angka yang
tersembunyi, dan bahwa semuanya dapat dipertanggungjawabkan di hadapan
Tuhan.
- Koordinator, engkau adalah pemimpin pelayanan. Dalam setiap penggunaan dana,
pastikan bahwa prinsip maker-checker berjalan. Jangan pernah
menyetujui laporan yang belum diperiksa dengan benar.
- Komisi Keuangan, engkau adalah telinga dan mata bagi seluruh tim. Teguran dan
koreksi darimu bukanlah tuduhan, melainkan perlindungan. Jaga suasana
kerja agar tetap terbuka dan dewasa menerima umpan balik.
- Penanggung Jawab Kemitraan, engkau berinteraksi dengan mitra. Integritas
laporan yang engkau tunjukkan adalah wajah pelayanan gereja. Biarlah
transparansi menjadi kekuatan dalam membangun kepercayaan jangka panjang.
Penutup: Pelayanan yang Tak Hanya Bergema, Tapi Juga
Terbukti
Kita
mungkin piawai berkhotbah tentang kejujuran. Tapi dalam hal laporan keuangan,
itulah ujian nyata: apakah kata-kata kita bergema dalam tindakan. Biarlah maker-checker
bukan hanya prosedur administratif, tapi wujud nyata dari kasih, integritas,
dan hormat kita kepada Tuhan dan sesama.
"Segala sesuatu yang kamu perbuat, perbuatlah
dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."
— Kolose 3:23
Mari kita
layani dengan hati yang jujur, tangan yang bersih, dan sistem yang sehat.
Karena pelayanan yang kokoh dibangun bukan hanya oleh doa, tetapi juga oleh
kepercayaan yang dijaga dalam setiap angka dan proses.