Hujan turun deras. Sebuah rumah tua berdiri dengan dinding retak dan atap bocor. Di dalamnya, seorang anak duduk termenung, menatap genangan air yang merembes dari langit-langit.
“Yah,” katanya lirih, “kenapa rumah ini selalu rusak? Rasanya… bukan
rumah.”
Sang ayah tersenyum lembut. “Nak, rumah bukan sekadar dinding dan atap.
Rumah adalah tempat hati pulang.”
Tiba-tiba seorang tetangga masuk membawa kabar mengejutkan. “Hei, kalian
dengar? Rumah ini akan dirobohkan! Katanya tidak layak huni.”
Anak itu terperangah. “Jadi… kita akan kehilangan rumah?”
Ayah berdiri, menatap ke atas seakan menembus langit. “Nak, dengar
baik-baik. Rumah ini memang bisa roboh. Tapi ada rumah lain. Rumah yang tidak
bisa retak, tidak bisa bocor, tidak bisa dirobohkan.”
“Rumah lain? Di mana?” tanya sang anak dengan mata penuh penasaran.
Ayah mengucapkan janji Yesus: “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat
tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi
ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ
dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu
ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.”
(Yohanes 14:2-3)
Kisah
ini bukanlah kehilangan rumah, melainkan menemukan rumah sejati. Rumah di bumi
bisa rusak, tapi rumah di sorga adalah janji yang kekal.”
Anak itu menatap ayahnya, perlahan tersenyum. “Jadi… meski rumah ini
roboh, kita tidak kehilangan rumah?”
Ayah mengangguk. “Benar. Kita hanya sedang dalam perjalanan pulang.
Rumah sejati menanti kita di sorga.”
Di Sorga Ada "R"
“Sorga
tidak mungkin tanpa ‘R’. Dan ‘R’ itu adalah rumah. Rumah yang disiapkan
Kristus, tempat kita tidak lagi menjadi tamu, melainkan anak-anak yang pulang.
Rumah di sorga adalah kepastian kasih. Dan di sanalah, bersama Kristus, kita
akan benar-benar pulang.”
Sorga tidak mungkin tanpa "R". Dan "R" itu adalah rumah.
Rumah bukan sekadar bangunan dengan dinding dan atap. Rumah adalah
tempat hati berlabuh, tempat jiwa menemukan damai, tempat kasih bertumbuh tanpa
batas.
Di bumi, kita sering merindukan rumah, tempat kembali setelah lelah,
tempat aman setelah perjalanan panjang.
Tetapi Yesus mengingatkan kita bahwa kerinduan itu bukan hanya tentang
rumah di dunia. Ada rumah yang lebih indah, lebih kekal, lebih penuh kasih: rumah di sorga.
Janji Yesus di atas, terlihat
sederhana namun dalam: sorga adalah rumah, bukan sekadar kerajaan jauh yang
asing. Sorga adalah tempat di mana kita tidak lagi menjadi tamu, melainkan
anak-anak yang pulang. Rumah yang disiapkan bukanlah sekadar ruang, melainkan
kehangatan kehadiran Kristus sendiri.
Bayangkan: setiap langkah hidup kita di dunia adalah perjalanan menuju
rumah itu. Kadang jalan terasa panjang, kadang penuh batu, kadang kita
tersesat. Tetapi di ujungnya, ada pintu yang terbuka, ada pelukan yang menanti,
ada suara lembut yang berkata, “Selamat datang di rumah.”
Sorga tidak mungkin tanpa "R". Karena tanpa rumah, sorga
hanyalah ruang kosong. Tetapi dengan rumah, sorga menjadi janji yang hidup. Janji
bahwa kita tidak akan pernah lagi merasa asing, tidak akan pernah lagi
kehilangan arah.
Rumah di sorga adalah kepastian kasih. Dan di sanalah, bersama Kristus,
kita akan benar-benar pulang.