Sunday, August 3, 2025

"Yesus, Sahabatku" – Hubungan Pribadi yang Nyata

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


"Yesus, Sahabatku" – Hubungan Pribadi yang Nyata
Mengajarkan bahwa iman bukan ritual, tapi relasi pribadi yang intim dengan Kristus

 

Tema Utama:

Yesus bukan hanya Juruselamat, tapi juga Sahabat Pribadi yang mengenal dan mengasihi kita sepenuhnya. Iman bukan tentang ritual semata, tapi relasi yang hidup dan nyata.

 

Ayat Kunci/hafalan:

Yohanes 15:15 (TB):
"Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku."

Mazmur 139:1-4 (TB):
"TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh; Engkau memerhatikan aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN."

 

Tujuan PA:

  • Gen Z memahami bahwa Yesus ingin memiliki relasi pribadi yang nyata, bukan sekadar agama atau kebiasaan ibadah.
  • Menyadari bahwa mereka dikasihi, dimengerti, dan tidak sendiri dalam perjalanan hidup.
  • Merespons ajakan Yesus untuk hidup dalam relasi yang jujur, terbuka, dan berkomunikasi dengan-Nya setiap hari.

 

Pembukaan (Ice Breaker - 10 menit):

"Sahabat Sejati?"
Peserta menjawab cepat:

  • Siapa sahabat terdekatmu saat ini?
  • Apa hal paling aneh atau dalam yang kamu pernah ceritakan ke sahabatmu?
  • Pernah merasa kesepian meski punya banyak teman?

Transisi:
"Ternyata manusia bisa dikelilingi orang tapi tetap merasa sendiri. Hari ini kita mau gali apa artinya saat Yesus bilang, 'Aku menyebut kamu sahabat.'"

 

Inti Firman (20–25 menit):

1. Yesus Menyebut Kita Sahabat – Yohanes 15:15

  • Sahabat bukan cuma tahu nama kita, tapi tahu isi hati kita.
  • Yesus tidak melihat kita sebagai "hamba" yang hanya taat aturan, tapi sebagai pribadi yang layak diajak berbagi isi hati.
  • Relasi dengan Yesus itu dua arah: kita bisa bicara, mendengar, berbagi, dan menerima kasih.

2. Allah yang Mengenal dan Mencintai – Mazmur 139

  • Tuhan tahu saat kamu duduk di kelas, saat gelisah di malam hari, bahkan saat kamu tidak tahu harus bicara apa waktu doa.
  • Dia bukan sosok jauh dan asing. Dia personal dan penuh perhatian.
  • Kamu tidak perlu berpura-pura di hadapan Tuhan. Dia tahu dan tetap mengasihi.

 

Diskusi Kelompok Kecil (15 menit):

Pertanyaan Pemantik:

  1. Apa kamu merasa Yesus benar-benar sahabatmu? Kalau iya, kenapa? Kalau belum, kenapa?
  2. Apa yang membuat relasi dengan Tuhan terasa "jauh" atau "asing"?
  3. Bagaimana kamu bisa mulai membangun komunikasi yang real dengan Yesus?
  4. Dari Mazmur 139, bagian mana yang paling kamu mengerti secara pribadi?

 

Aplikasi dan Refleksi (10–15 menit):

Praktikkan:

  • Coba tulis surat/jurnal untuk Yesus malam ini, seolah kamu sedang cerita ke sahabatmu.
  • Luangkan waktu setiap hari untuk “bergaul/habiskan waktu” bersama Yesus—bisa dalam bentuk doa, pujian, atau hanya duduk diam dan cerita.

Tantangan:

"Selama seminggu ke depan, anggap Yesus sebagai sahabat sejatimu. Ucapkan ‘halo’, curhat, bahkan cerita hal random ke Dia tiap hari. Rasakan apa yang berubah."

 

Penutup (Doa):

Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau menyebut kami sahabat. Ajari kami untuk mengenal-Mu lebih dalam, bukan hanya lewat ibadah, tapi dalam setiap momen hidup kami. Tolong kami untuk tidak hanya tahu tentang-Mu, tapi sungguh-sungguh mengenal dan dekat dengan-Mu. Demi nama-Mu kami berdoa. Amin.



Kunjungi akun Youtube:







Continue reading "Yesus, Sahabatku" – Hubungan Pribadi yang Nyata

Sunday, July 27, 2025

Tuhan di Tengah Kegelisahan: Menghadapi Kecemasan & Overthinking

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Tuhan di Tengah Kegelisahan: Menghadapi Kecemasan & Overthinking

Fokus Ayat:

  • Matius 6:25–34 – “Jangan khawatir tentang hidupmu…”
  • Filipi 4:6–7 – “Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apapun juga…”

 

Latar Belakang dan Relevansi untuk Gen Z:

Generasi Z dikenal sebagai generasi yang paling terhubung secara digital, namun juga paling sering merasa cemas, tertekan, dan overthinking. Ekspektasi tinggi, perbandingan sosial media, masa depan yang tidak pasti, serta tuntutan dari lingkungan membuat banyak anak muda mengalami kelelahan mental dan spiritual.

Pertanyaan Pemantik:
“Pernahkah kamu merasa cemas berlebihan atau terus memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi?”

 

Pembacaan Alkitab Bersama

1. Matius 6:25–34

Yesus berbicara kepada orang banyak tentang kekhawatiran hidup—makanan, pakaian, masa depan.
Poin penting:

  • Hidup lebih berharga dari makanan dan pakaian (ay.25).
  • Tuhan memelihara burung dan bunga, apalagi kamu (ay.26–30).
  • Kekhawatiran tidak menambah hidup, malah mencurinya (ay.27).
  • Fokus pada Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya (ay.33).
  • Cukupkan dirimu pada kesulitan hari ini (ay.34).

2. Filipi 4:6–7

Surat Paulus dari penjara, tapi justru memberi penguatan tentang damai sejahtera:

  • Jangan khawatir.
  • Bawa semua dalam doa dan ucapan syukur.
  • Damai Allah akan memelihara hati dan pikiranmu.

 

Diskusi Kelompok Kecil (Sharing & Refleksi):

Pertanyaan Reflektif:

  1. Hal apa yang paling sering membuat kamu cemas atau overthinking akhir-akhir ini?
  2. Bagaimana biasanya kamu merespons saat sedang cemas: lari dari masalah, berdoa, self-distract, atau lainnya?
  3. Apa makna “carilah dahulu Kerajaan Allah” bagimu saat ini?
  4. Pernahkah kamu mengalami damai sejahtera dari Tuhan saat hatimu gelisah? Ceritakan.

 

Aplikasi & Tindakan Praktis

Langkah Menghadapi Kecemasan dan Overthinking secara Iman:

  1. Kenali dan akui kekhawatiranmu. Jangan pura-pura kuat.
  2. Bawa dalam doa, bukan cuma dipikirkan. (Filipi 4:6)
  3. Fokus pada hari ini. Latih mindfulness bersama Tuhan (Mat. 6:34).
  4. Kembangkan rutinitas spiritual: journaling iman, waktu teduh, komunitas sehat.
  5. Ingat siapa kamu di mata Tuhan. Kamu dikasihi dan dijaga, bukan ditinggalkan.

 

Aktivitas Kreatif (opsional)

“Surat untuk Tuhan”
Tuliskan di kertas:

  • Hal yang paling membuatmu cemas saat ini.
  • Harapanmu kepada Tuhan.
  • Doa penyerahanmu.

Lalu secara pribadi berdoa, atau bisa dikumpulkan dan dibakar sebagai simbol penyerahan kepada Tuhan.

Penutup: Doa Bersama

Tuhan, Engkau tahu isi hati kami. Banyak hal yang membuat kami cemas, takut, dan lelah secara mental. Hari ini kami belajar bahwa Engkau hadir di tengah kegelisahan kami. Ajar kami untuk menyerahkan semua pada-Mu dan mencari-Mu lebih dulu daripada segalanya. Beri kami damai sejahtera-Mu, bukan yang dunia beri. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.




Continue reading Tuhan di Tengah Kegelisahan: Menghadapi Kecemasan & Overthinking

Sunday, July 20, 2025

Refleksi Pendidikan (1)

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Siapa orang yang bertahan hidup setelah sekolah? 

Ada banyak siswa yang juara di sekolah tapi gagal dalam hidup setelah masa sekolah.


Pendidikan di Indonesia memiliki banyak sisi yang patut diapresiasi, disamping sejumlah tantangan besar yang perlu dikritisi secara konstrukstif.  


Apresiasi terhadap Pendidikan Indonesia:

  1. Peningkatan Akses Pendidikan
    • Program Wajib Belajar 12 Tahun telah membuka peluang bagi lebih banyak anak untuk mengenyam pendidikan dasar hingga menengah.
    • KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan beasiswa lainnya membantu siswa dari keluarga tidak mampu tetap sekolah.
  2. Penguatan Peran Guru
    • Pemerintah mulai fokus pada pelatihan guru melalui Program Guru Penggerak, Sekolah Penggerak, dan platform digital seperti Merdeka Mengajar.
    • Guru diberi ruang untuk lebih inovatif, tidak hanya sekadar mengikuti kurikulum baku.
  3. Digitalisasi Pendidikan
    • Pandemi mendorong akselerasi pembelajaran daring. Banyak sekolah kini lebih terbiasa dengan platform digital.
    • Kemunculan berbagai platform pembelajaran daring lokal (Ruang Guru, Zenius, dll) menunjukkan kreativitas anak bangsa.
  4. Sekolah Inklusi & Kurikulum Merdeka
    • Kurikulum Merdeka memberi kebebasan sekolah menyesuaikan pembelajaran dengan konteks lokal dan kebutuhan murid.
    • Ada peningkatan kesadaran terhadap inklusivitas bagi siswa berkebutuhan khusus.

 

Kritik terhadap Pendidikan Indonesia:

  1. Ketimpangan Kualitas Pendidikan
    • Ketimpangan antar daerah masih besar: Sekolah di kota besar vs. daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
    • Sarana prasarana di daerah pelosok sangat terbatas, termasuk akses listrik dan internet.
  2. Terlalu Fokus pada Angka (bukan Nilai) dan Tes
    • Sistem pendidikan masih berorientasi pada ujian, bukan pada proses berpikir kritis, kreativitas, atau karakter.
    • Sekolah dan siswa dinilai dari angka, bukan perkembangan pribadi, soft skill, etika, dan sosialnya (nilai).
  3. Beban Kurikulum
    • Meskipun ada Kurikulum Merdeka, di banyak tempat kurikulum masih terasa berat dan menekan.
    • Murid belajar banyak hal tapi tidak mendalam, kurang aplikatif dalam kehidupan nyata.
  4. Kesejahteraan Guru dan Pemerataan SDM
    • Banyak guru honorer masih hidup dalam ketidakpastian, dengan gaji minim.
    • Distribusi guru belum merata, banyak sekolah di daerah terpencil kekurangan guru berkualitas.
  5. Minimnya Pendidikan Karakter dan Keterampilan Hidup
    • Pembelajaran belum menyentuh cukup aspek seperti etika, empati, kepemimpinan, keterampilan komunikasi, dan pengelolaan diri.
    • Banyak lulusan belum siap menghadapi dunia kerja dan masyarakat secara nyata.

 

Kesimpulan & Harapan:

Pendidikan Indonesia sedang bergerak maju, namun perlu keseriusan kolektif untuk memperbaiki ketimpangan dan mengarahkan pendidikan ke arah yang lebih bermakna dan membebaskan.

Seperti kata Ki Hadjar Dewantara:
Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya, pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.”

(Ki Hadjar Dewantara, 1962: 14)

“Pendidikan” dalam kumpulan karya: "Ki Hadjar Dewantara: Bagian Pertama: Pendidikan"
(Yogyakarta: Majelis Luhur Tamansiswa, 1962, cetakan ulang).



Continue reading Refleksi Pendidikan (1)

Saturday, July 12, 2025

Aku Dipakai Tuhan – Remaja Juga Bisa Berdampak

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Aku Dipakai Tuhan – Remaja Juga Bisa Berdampak

Fokus Ayat:
“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya…”1 Timotius 4:12
“…Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat…”Kisah Para Rasul 2:17

 

Tujuan:

1.    Menanamkan keyakinan bahwa usia muda bukan penghalang untuk dipakai Tuhan.

2.    Menumbuhkan rasa percaya diri dan kesiapan remaja untuk berdampak di lingkungannya.

3.    Memberikan contoh nyata dari Alkitab dan kehidupan sehari-hari.

 

Pembukaan (10 Menit)

Icebreaker:

"Kalau kamu punya kesempatan memimpin kota sehari saja, apa yang akan kamu lakukan?"
(Ajak peserta menulis atau menyebut ide mereka dalam 1 menit, lalu beberapa sharing.)

Transisi:

Banyak orang berpikir anak muda hanya bisa ‘ikut-ikut’ dan belum bisa memimpin atau berdampak besar. Tapi Alkitab membuktikan yang sebaliknya.

Pendalaman Firman (30 Menit)

Muda, Tapi Dipakai Tuhan – 1 Timotius 4:12

Penjelasan Konteks:

  • Timotius masih muda saat memimpin jemaat. Paulus menguatkan dia agar jangan takut karena usia.
  • Kata "teladan" di sini berarti menjadi standar – dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan kesucian.

 

Pertanyaan Diskusi:

  • Apa tantangan yang kamu rasakan sebagai orang muda dalam menunjukkan iman?
  • Bagian mana dari 5 aspek teladan yang paling sulit kamu lakukan?

 

Semua Dapat Dipenuhi Roh – Kisah Para Rasul 2:17

Penjelasan Konteks:

  • Nubuat Yoel yang digenapi saat Pentakosta – Roh Kudus dicurahkan ke semua manusia, termasuk anak muda.
  • "Bernubuat" = menyampaikan pesan Allah, bukan cuma meramal, tapi juga memberitakan kebenaran.

Pertanyaan Diskusi:

  • Apakah kamu percaya bahwa Roh Kudus bisa memakai kamu hari ini? Mengapa/kenapa belum?
  • Dalam bidang apa kamu merasa Tuhan sedang mendorong kamu untuk berdampak?

Ilustrasi & Kisah Inspiratif (10 Menit)

Contoh Tokoh Alkitab Muda:

  • Daud (1 Samuel 17): Masih remaja saat kalahkan Goliat.
  • Maria (Lukas 1): Dipilih Allah menjadi ibu Yesus saat masih remaja.
  • Yosia (2 Raja-raja 22): Jadi raja dan pembaharu Israel sejak usia 8 tahun.

 

Contoh Masa Kini:

  • Remaja yang aktif jadi pelayan pujian, penulis, aktivis sosial, atau penginjil media sosial.

 

Aplikasi Pribadi (10 Menit)

Refleksi Pribadi (bisa tulis di kertas atau renungkan):

1.    Apa yang Tuhan ingin aku lakukan untuk berdampak di usiaku sekarang?

2.    Apa ketakutan atau keraguan yang harus aku serahkan pada Tuhan?

 

Langkah Praktis:

  • Pilih satu bidang kecil yang bisa kamu tekuni minggu ini (misalnya: jadi pendengar yang baik, bantu teman, bagikan ayat lewat media sosial, bantu adik-adik di gereja, dll).

 

 

Doa Penutup

Poin Doa:

  • Minta keberanian dan hikmat untuk menjadi teladan.
  • Minta Tuhan memenuhi dengan Roh Kudus agar hidup kita berdampak meski masih muda.

 

Ayat Hafalan Minggu Ini

“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda.”1 Timotius 4:12a

 

Aktivitas penutup

“Surat untuk Diriku Sendiri”

Alat: Amplop kecil dan pulpen.

Cara Main:

·      Peserta menulis surat pendek untuk diri mereka sendiri yang berisi:

Ø Pengingat siapa mereka di mata Tuhan,

Ø Kekuatan yang mereka miliki

Ø Langkah pertama yang akan diambil untuk berdampak.

  • Kartu dikumpulkan, lalu fasilitator menyimpannya dan mengirimkannya kembali 1 bulan kemudian.

Tujuan: Membangun kesadaran dan komitmen pribadi yang bisa ditinjau ulang nanti.






Continue reading Aku Dipakai Tuhan – Remaja Juga Bisa Berdampak

Sunday, July 6, 2025

PENTING - PERLU DIBACA & DILAKUKAN

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Mazmur 23:1 TUHAN adalah gembalaku takkan kekurangan aku.

Ayat ini memberi makna bahwa kita tidak akan kekurangan apapun karena TUHAN yang menggembalakan kita atau melayani kita.

Mazmur 23:1 versi KJV: The LORD is my shepherd; I shall not want. Jika diartikan secara harfiah: Tuhan adalah gembalaku, aku tidak akan ingin. Artinya semua sudah tersedia dan tidak perlu apa-apa lagi.

 



Mari memaknai bagian ini dalam versi lain.

Kata Lutut – בֶּרֶךְ (berekh)

  • Tulisan Ibrani: בֶּרֶךְ
  • Pelafalan: berekh
  • Arti: lutut
Berkat – בְּרָכָה (berakhah)

  • Tulisan Ibrani: בְּרָכָה
  • Pelafalan: berakhah
  • Arti: berkat, pemberkatan, anugerah



Artinya, mereka yang memberkati akan menekukkan lututnya untuk melayani. Hal ini dibuktikan Tuhan Yesus saat Dia akan membasuh kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13).

 13:4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, 13:5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya  lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.




 
Allah yang melayani kita dan mencukupkan semua kebutuhan kita. Kita sudah seharusnya bersyukur kepada-Nya saja.

Jika Allah sudah menekukkan lutut-Nya dsan memberkati kita apa mungkin kita masih kuatir dengan hal-hal yang remeh temeh, hal-hal yang tidak perlu dan tidak penting dalam hidup ini?

 

Aplikasi lain

Orang yang sombong hampir pasti tidak mungkin melayani orang lain karena tidak bisa merendahkan hati dan diri untuk menekukkan lututnya dalam pelayanan sejati.

Untuk melayani perlu kerendahan hati.




Continue reading PENTING - PERLU DIBACA & DILAKUKAN

Tuesday, July 1, 2025

"Bergumul tapi Bertumbuh" – Saat Hidup Tak Sesuai Ekspektasi

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


"Bergumul tapi Bertumbuh" – Saat Hidup Tak Sesuai Ekspektasi

Fokus ayat: Roma 5:3–5, Yakobus 1:2–4
Tujuan: Remaja memahami bahwa pergumulan adalah bagian dari proses pertumbuhan iman dan karakter dalam Kristus.

 

1. Pembuka Diskusi (Icebreaker – 10 menit)

Pertanyaan ringan:

  • Pernah tidak kamu berharap sesuatu terjadi, tapi malah sebaliknya?
  • Apa perasaan kamu waktu itu?
  • Kalau hidup ini game, menurutmu level tersulit itu tentang apa?

Tujuannya: membangun relasi dan koneksi emosional dengan realita mereka.

 

2. Fakta Realita – Saat Hidup Tidak Sesuai Harapan

Remaja sering hidup dalam tekanan ekspektasi:

  • Harus sukses, glowing, punya banyak teman, atau dianggap keren.
  • Tapi kenyataannya: ditolak, gagal, kehilangan, dikhianati.

Pertanyaan pemantik:

  • Apa pergumulan terbesar yang kamu hadapi akhir-akhir ini?
  • Bagaimana kamu meresponinya?

 

3. Firman Tuhan: Roma 5:3–5 & Yakobus 1:2–4

Roma 5:3–5 (TB):

“...Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.”

Romans 5:3–5 (New International Version)

3 Not only so, but we also glory in our sufferings, because we know that suffering produces perseverance;
4 perseverance, character; and character, hope.
5 And hope does not put us to shame, because God’s love has been poured out into our hearts through the Holy Spirit, who has been given to us.

 

Yakobus 1:2–4 (TB):

“Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan...”

James 1:2–4 (New International Version):

2 Consider it pure joy, my brothers and sisters, whenever you face trials of many kinds,
3 because you know that the testing of your faith produces perseverance.
4 Let perseverance finish its work so that you may be mature and complete, not lacking anything.

 

Penjelasan:

  • Pergumulan = Latihan Iman.
    Seperti gym untuk otot, ujian hidup melatih iman kita supaya kuat.
  • Ketekunan → Karakter.
    Tuhan tidak buru-buru mengangkat masalah, karena Dia ingin membentuk hati kita.
  • Tahan uji → Pengharapan.
    Hasil akhirnya bukan hanya masalah selesai, tapi kita jadi lebih mengenal siapa Tuhan dalam badai.

 

4. Ilustrasi/Story: “Benih yang Retak”

Pernah dengar kisah benih yang harus pecah dulu baru bisa tumbuh?
Begitu juga kita—kadang Tuhan izinkan kita ‘retak’, supaya hidup baru bertumbuh dari dalam.

 

5. Diskusi Kelompok Kecil (15–20 menit):

Pertanyaan reflektif:

  • Hal apa yang sedang kamu gumuli saat ini?
  • Apakah kamu pernah merasa Tuhan diam saat kamu bergumul?
  • Apa yang bisa kamu pelajari dari pergumulan itu?

 

6. Aksi Nyata (Takeaway):

Tantangan minggu ini:

  • Tulis satu hal yang kamu gumuli.
  • Doakan hal itu setiap hari sambil berkata, “Tuhan, aku mau bertumbuh lewat ini.”
  • Ceritakan pada orang tua atau sahabat tentang perkembangan imanmu.

 

7. Penutup: Doa dan Deklarasi

Doa:
Tuhan, kami sering kecewa karena hidup tak sesuai harapan. Tapi hari ini kami belajar, bahwa lewat pergumulan pun kami bisa bertumbuh. Bentuk hati kami, latih iman kami, dan kuatkan pengharapan kami di dalam Engkau.

Deklarasi bersama:

“Aku boleh bergumul, tapi aku tetap bertumbuh.”

 

 


Continue reading "Bergumul tapi Bertumbuh" – Saat Hidup Tak Sesuai Ekspektasi