“Terlambat = Saat yang Paling Tepat”
Dalam kisah Lazarus (Yohanes 11), manusia melihat Yesus terlambat. Marta dan Maria berkata, “Tuhan, seandainya Engkau ada di sini, saudaraku tidak mati.”
Dari sudut pandang manusia, keterlambatan berarti kehilangan kesempatan.
Namun, dari sudut pandang Allah, keterlambatan justru membuka ruang bagi mujizat
yang lebih besar: bukan sekadar kesembuhan, melainkan kebangkitan.
Ini menyingkapkan sebuah prinsip tajam:
- Waktu
manusia terbatas oleh logika dan kronologi. Kita berpikir “sekarang atau tidak sama
sekali.”
- Waktu Allah diatur oleh tujuan dan kemuliaan. Ia menunda bukan karena lalai, tetapi karena ada rencana yang lebih dalam. Atau, sangat mungkin dalam pandangan manusia Allah menunda, Allah terlambat.
Bayangkan seseorang menunggu angkutan umum. Ia merasa kesal karena bus datang terlambat.
Namun, justru karena “keterlambatan” itu, ia terhindar dari
kecelakaan yang terjadi pada bus sebelumnya. Dari sudut pandang manusia, ia
rugi waktu. Dari sudut pandang Allah, ia diselamatkan.
Atau seorang anak yang kecewa karena tidak segera mendapat mainan yang diinginkan.
Bertahun-tahun kemudian, ia sadar bahwa orang tuanya menunda bukan
karena pelit, melainkan karena menunggu saat ia cukup dewasa untuk
menggunakannya dengan bijak.
Tegangan Antara Pandangan Manusia dan Jalan Allah
- Manusia: Terlambat = gagal, kehilangan, tidak
peduli.
- Allah: Terlambat = panggung yang lebih besar,
saat yang paling tepat untuk menyatakan kuasa.
Mungkin kamu sedang berpikir bahwa Allah terlambat. Sudah ebrumur sekian, keadaan sudah seperti ini tapi kamu belum bekerja, belum punya pacar, belum menikah, belum punya anak, belum punya rumah, belum ini itu dan sebagainya.
Tetapi bisa jadi, Allah sedang siapkan keadaan kamu, potensi kamu, sekitar kamu, dan sebagainya untuk mendukungmu menjadi lebih dari yang kamu atau orang sekitar bayangkan.
Agar kamu lebih powerful
dalam pekerjaan dan pandangan Allah. Demi kemuliaan-Nya bukan kemuliaanmu. Karena
kamu ada untuk Dia.
Yesus sengaja menunggu empat hari sebelum datang ke kubur Lazarus.
Mengapa? Karena menurut tradisi Yahudi, roh dianggap masih “berada di sekitar
tubuh” hingga hari ketiga. Dengan menunggu lebih lama, Yesus menghancurkan
segala keraguan: Lazarus benar-benar mati, dan kebangkitannya adalah karya
Allah semata.
Pesan Kehidupan
- Jangan
buru-buru menilai Allah “terlambat.”
- Keterlambatan
bisa jadi strategi ilahi untuk menyingkapkan sesuatu yang lebih
besar.
- Waktu Allah
bukan sekadar kronologi, melainkan kairos. Momen yang paling tepat
untuk bertindak.
Dalam hidup sehari-hari, kita sering merasa Tuhan terlambat: doa tak kunjung dijawab, pintu berkat belum terbuka, masalah tak segera selesai.
Namun,
seperti Lazarus, keterlambatan itu bisa jadi panggung bagi kebangkitan,
pemulihan, atau mujizat yang jauh melampaui ekspektasi kita.
Terlambat menurut manusia = Saat paling tepat menurut Allah. Karena itu, tetaplah nantikan Tuhan. Waktu-Nya
selalu tepat, meski sering berbeda dari kalkulasi kita.
0 comments:
Post a Comment