Wednesday, December 10, 2025

Ibadah Membentuk Misionaris; Misi Mewujudkan Buah Ibadah

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Ibadah Membentuk Misionaris; Misi Mewujudkan Buah Ibadah


Injil adalah Kabar Baik. Gereja dipanggil untuk hidup sebagai wujud nyata dari kabar itu di tengah kehidupan sehari‑hari, panggilan itu menuntun kita keluar dari sekadar ritual menjadi komunitas yang mengabarkan kabar baik. 

Dari sekadar menjalankan ritual yang terpisah dari dunia.

Panggilan ini mengajak kita keluar (ekklesia = keluar dari gelap menuju terang) dari bangku ibadah ke jalanan, dari kata‑kata menjadi tindakan. Supaya kabar baik benar‑benar “baik” dan sampai ke orang lain.

Injil adalah kabar baik yang memanggil kita kepada pertobatan, pengharapan, dan tindakan kasih. 

Kabar baik itu melekat pada misi bukan sebagai label semata, tetapi sebagai dorongan yang menggerakkan gereja untuk menjangkau, melayani, dan memperjuangkan keadilan bagi semua orang. 

Oleh karena itu, misi harus dipahami secara holistik: mengajar dan membaptis, ya, tetapi juga merawat yang sakit, membela yang tertindas, dan membangun komunitas yang mencerminkan Kerajaan Allah.

Identitas gereja dibangun dari beberapa hal yang saling melengkapi: ibadah yang membentuk batin, persekutuan yang menguatkan, pelayanan yang menyentuh, dan misi yang mengutus. 

Ibadah bukan tanda kegagalan misi; justru ia sumber tenaga dan sekolah bagi misi, tempat iman dipupuk dan hati dipersiapkan untuk melangkah.

Terlepas dari pengertian itu, Alkitab mengajarkan bahwa seluruh hidup dan aspek kehidupan kita adalah ibadah di hadapan Allah (Roma 12:1-2, Kolose 3:23).

Injil memanggil pada pertobatan, pengharapan, dan tindakan kasih. 

Misi bukan sekadar label atau slogan, melainkan dorongan yang membuat gereja menjangkau, merawat yang sakit, membela yang tertindas, dan membangun komunitas yang mencerminkan Kerajaan Allah. 

Jadi misi itu holistik: mengajar dan membaptis, sekaligus merawat, membela, dan membangun.

Injil mendorong misi. Pesan Yesus tentang pengutusan (misi) untuk menjadikan semua bangsa murid‑Nya memang pusat panggilan, tetapi panggilan itu selalu terikat pada nilai kasih, kerendahan hati, dan pelayanan. 

Gereja yang sehat memadukan ibadah yang mendalam dengan misi yang nyata. Ibadah membentuk, misi menampakkan buah.

Menjadi gereja berarti hidup dalam keseimbangan antara berdiam di hadirat Allah dan diutus ke dunia, sehingga Kabar Baik tidak hanya didengar, tetapi juga dilihat, disentuh, dan dialami oleh semua orang.



0 comments:

Post a Comment