Orang Benar di Tempat yang Salah
Ada kalanya hidup menempatkan kita di ruang yang terasa asing, bahkan salah.
Lingkungan penuh kompromi, kebohongan, atau keserakahan bisa membuat
hati orang benar terasa terhimpit. Namun justru di situlah terang paling
dibutuhkan.
Alkitab memberi contoh nyata melalui kisah Lot di Sodom. Ia disebut “orang benar” yang menderita melihat cara hidup orang-orang yang tidak mengenal hukum (2 Petrus 2:7).
Meski tinggal di kota yang terkenal dengan dosa, Tuhan tetap menyelamatkannya karena kesetiaannya dan juga Allah mengingat akan Abraham.
Kisah ini menegaskan bahwa kebenaran tidak ditentukan oleh tempat,
melainkan oleh sikap hati.
Seperti lilin yang paling bersinar justru ketika ruangan gelap, demikianlah hidup orang benar.
Amsal 12:15 mengingatkan bahwa orang bijak mendengarkan nasihat, bukan sekadar mengikuti arus. Roma 12:3 menasihati agar kita berpikir dengan rendah hati sesuai ukuran iman.
Dan, Mazmur
37:29 meneguhkan: “Orang benar akan mewarisi tanah dan tinggal di situ
untuk selama-lamanya.”
Lihatlah realitas kehidupan, banyak dari anak muda Kristen di dunia merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan norma sekuler di sekolah atau pekerjaan.
Tekanan
sosial ini nyata, sama seperti Lot yang harus hidup di tengah masyarakat yang
berbeda nilai.
Meski demikian, tidak selalu keberadaan kita di “tempat yang salah” berarti sebuah kesalahan pribadi.
Alkitab menunjukkan bahwa sering kali Tuhan
justru menempatkan orang benar di tengah situasi yang tampak keliru untuk
menggenapi rencana-Nya.
Yusuf di Mesir (Kejadian 50:20): Yusuf dijual ke tempat yang tampak “salah”, yaitu perbudakan di Mesir.
Namun ia berkata kepada saudara-saudaranya: “Memang kamu telah
mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakan untuk
kebaikan, supaya dilakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara
hidup suatu bangsa yang besar.”
Daniel di Babel (Daniel 1:8): Meski berada di negeri asing dengan budaya yang bertentangan, Daniel
tetap teguh. Justru di situ ia menjadi saksi kebenaran dan alat Tuhan untuk
mempengaruhi raja.
Dari sini kita paham bahwa adalah keliru jika kita terbiasa membenarkan
keadaan untuk membenarkan perbuatan kita yang salah. Ada orang yang sering
berkata: saya buat begini karena keadaan. Saya jadi begini karena keadaan
sekitar saya.
Berada di tempat yang salah bisa menjadi:
- Ujian iman: Apakah kita tetap teguh memegang
kebenaran meski lingkungan menekan?
- Kesempatan
bersaksi: Justru di
tengah kegelapan, terang lebih terlihat.
- Bagian dari
rencana Tuhan: Tuhan
sering memakai situasi yang tampak keliru untuk membuka jalan yang lebih
besar.
Kadang kita merasa “salah tempat”. Di pekerjaan yang penuh trik dan intrik, di komunitas yang tidak sejalan, atau bahkan di keluarga yang sulit.
Namun
jangan buru-buru menyimpulkan itu kesalahan. Bisa jadi Tuhan sedang menyiapkan
kita untuk sesuatu yang lebih besar.
Seperti jalan yang berliku, rencana Tuhan tidak selalu mudah dipahami.
Tetapi setiap langkah, bahkan yang tampak salah, bisa menjadi bagian dari
rancangan indah-Nya.
Berada di tempat yang salah tidak otomatis berarti kita salah. Jika hati tetap berpaut pada Tuhan, maka tempat itu bisa menjadi panggung bagi rencana-Nya.
Lot, Yusuf, dan Daniel membuktikan bahwa orang benar bisa
dipakai Tuhan di tengah situasi yang tampak keliru.
Jadi, jangan takut bila merasa berada di “jalan yang salah.” Bisa jadi
itu justru jalan Tuhan untuk membawa kita ke tujuan yang lebih besar.
Menjadi orang benar di tempat yang salah bukanlah kutukan, melainkan kesempatan. Kita tidak dipanggil untuk melarikan diri dari dunia, melainkan untuk menghadirkan aroma Kristus di tengah dunia yang sering salah arah.
Dengan
sikap rendah hati, teladan hidup, dan kasih yang nyata, orang benar bisa
mengubah suasana di sekitarnya.
Kesetiaan pada kebenaran adalah panggilan, bukan sekadar pilihan. Maka bila kita merasa berada di “tempat yang salah,” jangan putus asa.
Justru di
situlah Tuhan menempatkan kita untuk menjadi saksi, inspirasi, dan pengingat
bahwa kebenaran tetap berharga.
Dan, bisa jadi, Tuhan taruh kita di tempat demikian juga untuk melatih
otot-otot jiwa dan roh kita agar lebih siap di tempatkan Tuhan di tempat yang
lain dan berinteraksi serta berelasi dengan orang lain.
Sangat terberkati dengan renungan ini. God bless
ReplyDeleteAmin. Terima kasih. Tuhan Yesus berkati
DeleteAmin. Terima kasih. Tuhan Yesus berkati
DeleteTuhan Yesus mmberkati
ReplyDeleteAmin. Terima kasih. Tuhan Yesus berkati
DeleteTuhan Yesus berkati selalu pak ge
ReplyDeleteAmin. Terima kasih. Tuhan Yesus berkati
DeleteAmin. Terima kasih. Tuhan Yesus berkati
Delete❤️❤️❤️
ReplyDelete