Di sebuah kampung di Rote, ada seorang anak muda bernama Pau. Ia
terkenal cerewet. Bukan cerewet soal cerita lucu, tapi cerewet soal hidup.
Setiap kali melihat orang lain berhasil, ia selalu berkata, “Enak sekali dia.
Pasti ada jalan pintas. Kenapa saya tidak bisa begitu?”
Suatu hari, Pau duduk di bawah pohon tuak sambil menatap langit. Ia
protes dalam hati, “Tuhan, kenapa hidup saya begini-begini saja? Kenapa orang
lain bisa sukses, sementara saya masih begini?”
Renungan Rencana Allah Dalam Pribadi dan Hidup Kita
Seorang bapa desa lewat, membawa alat sadap tuak. Ia tersenyum melihat Pau
yang sedang murung. “Anak muda,” katanya, “kau tahu kenapa air tuak bisa manis?
Karena ada proses. Disadap pagi, ditampung siang, dijaga malam. Kalau kau hanya
duduk di bawah pohon sambil protes, sampai ayam berkokok tiga kali pun, air tuak
tidak akan turun sendiri ke mulutmu.”
Pau terdiam. Orang tua itu melanjutkan, “Alkitab bilang, ‘Apa yang
ditabur orang, itu juga yang akan dituainya’ (Galatia 6:7).
Kalau kau tidak menabur kerja keras dan kerja cerdas, jangan harap
menuai kesuksesan. Tuhan memberkati usaha, bukan keluhan. Tuhan menyertai dalam
proses bukan protes.”
Ada Cinta Buat Lu - ACBL
Hari-hari berikutnya, Pau mulai belajar. Ia mulai membantu mamanya menenun
tenun ikat. Awalnya benangnya kusut, motifnya miring, dan ia hampir saja protes
lagi. Tapi mamanya berkata, “Nak, tenun ikat Rote tidak jadi dalam sehari.
Benang demi benang, sabar demi sabar. Kalau kau mau hasil indah, jangan cepat
menyerah.”
Ia juga ikut to’o-nya ke laut. Saat jala dilempar, ikan tidak langsung
masuk. Kadang kosong, kadang hanya dapat rumput laut. Pau hampir putus asa.
Tapi to’o-nya tertawa, “Kalau nelayan hanya protes karena laut sepi, siapa yang
akan makan ikan? Proses itu bagian dari berkat.”
Perlahan, Pau mengerti. Kesuksesan bukanlah hadiah instan. Ia seperti
perjalanan Yakub yang harus bekerja bertahun-tahun demi Rahel. Ia seperti Yesus
yang memilih jalan salib, bukan jalan pintas. Tidak ada kemuliaan tanpa penderitaan.
Tiada hasil tanpa proses.
Beberapa tahun kemudian, Pau dikenal sebagai pemuda yang rajin. Ia
membuka usaha kecil, melatih anak-anak muda, dan menolong orang lain. Ketika
ditanya rahasia suksesnya, ia hanya tersenyum dan berkata,
“Dulu saya suka protes. Sekarang saya belajar proses. Dan ternyata,
proses itulah yang membuat saya bertumbuh, bukan hanya berhasil.”
Pesan untuk kita semua:
Kesuksesan itu seperti pohon tuak di Rote. Ia tidak tumbuh semalam, tapi
akarnya kuat, batangnya tegak, dan buahnya memberi kehidupan. Kalau kita mau
berhasil, jangan hanya pandai protes. Mari jalani proses dengan iman dalam
Kristus, kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan pengharapan.