Sunday, October 5, 2025

KESUKSESAN ADALAH HASIL DARI PROSES BUKAN PROTES

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Di sebuah kampung di Rote, ada seorang anak muda bernama Pau. Ia terkenal cerewet. Bukan cerewet soal cerita lucu, tapi cerewet soal hidup. Setiap kali melihat orang lain berhasil, ia selalu berkata, “Enak sekali dia. Pasti ada jalan pintas. Kenapa saya tidak bisa begitu?”

Suatu hari, Pau duduk di bawah pohon tuak sambil menatap langit. Ia protes dalam hati, “Tuhan, kenapa hidup saya begini-begini saja? Kenapa orang lain bisa sukses, sementara saya masih begini?”


Seorang bapa desa lewat, membawa alat sadap tuak. Ia tersenyum melihat Pau yang sedang murung. “Anak muda,” katanya, “kau tahu kenapa air tuak bisa manis? Karena ada proses. Disadap pagi, ditampung siang, dijaga malam. Kalau kau hanya duduk di bawah pohon sambil protes, sampai ayam berkokok tiga kali pun, air tuak tidak akan turun sendiri ke mulutmu.”

Pau terdiam. Orang tua itu melanjutkan, “Alkitab bilang, ‘Apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya’ (Galatia 6:7).

Kalau kau tidak menabur kerja keras dan kerja cerdas, jangan harap menuai kesuksesan. Tuhan memberkati usaha, bukan keluhan. Tuhan menyertai dalam proses bukan protes.”


Hari-hari berikutnya, Pau mulai belajar. Ia mulai membantu mamanya menenun tenun ikat. Awalnya benangnya kusut, motifnya miring, dan ia hampir saja protes lagi. Tapi mamanya berkata, “Nak, tenun ikat Rote tidak jadi dalam sehari. Benang demi benang, sabar demi sabar. Kalau kau mau hasil indah, jangan cepat menyerah.”

Ia juga ikut to’o-nya ke laut. Saat jala dilempar, ikan tidak langsung masuk. Kadang kosong, kadang hanya dapat rumput laut. Pau hampir putus asa. Tapi to’o-nya tertawa, “Kalau nelayan hanya protes karena laut sepi, siapa yang akan makan ikan? Proses itu bagian dari berkat.”

Perlahan, Pau mengerti. Kesuksesan bukanlah hadiah instan. Ia seperti perjalanan Yakub yang harus bekerja bertahun-tahun demi Rahel. Ia seperti Yesus yang memilih jalan salib, bukan jalan pintas. Tidak ada kemuliaan tanpa penderitaan. Tiada hasil tanpa proses.

Beberapa tahun kemudian, Pau dikenal sebagai pemuda yang rajin. Ia membuka usaha kecil, melatih anak-anak muda, dan menolong orang lain. Ketika ditanya rahasia suksesnya, ia hanya tersenyum dan berkata,

“Dulu saya suka protes. Sekarang saya belajar proses. Dan ternyata, proses itulah yang membuat saya bertumbuh, bukan hanya berhasil.”

Pesan untuk kita semua: Kesuksesan itu seperti pohon tuak di Rote. Ia tidak tumbuh semalam, tapi akarnya kuat, batangnya tegak, dan buahnya memberi kehidupan. Kalau kita mau berhasil, jangan hanya pandai protes. Mari jalani proses dengan iman dalam Kristus, kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan pengharapan.



Continue reading KESUKSESAN ADALAH HASIL DARI PROSES BUKAN PROTES

KERJA SAMA VS KERJA SALAH

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Premis cerita

Di sebuah desa kecil bernama Mari Kerja, dua tim diberi tugas membangun jembatan kayu menuju kebun bersama. Satu tim bekerja sama dengan doa, tawa, dan pembagian tugas yang jelas. 

Tim lain sibuk menunjukkan siapa yang paling terlihat bekerja, kumpul pujian, dan memotong sudut demi hasil instan. Kedua jembatan akhirnya selesai. Tapi jalan cerita belum tentu berakhir di atas air yang sama.

Tokoh singkat

  • Pak Andre: tukang kayu bijak yang sering omong Amsal sambil mengukur papan.
  • Bapak Ajak: pemimpin tim kerja sama, senyumannya membuat beban kerja terasa ringan.
  • Pose Berwarna: pemimpin tim kerja salah, suka berpose di depan kamera dan update status sambil menyuruh orang lain mengangkat kayu.
  • Tua Adat: pengamat jembatan, tahu kapan harus memberi tahu yang salah sekaligus berbagi kue dan nasihat.

KEJAR YANG KEKAL: Allah yang menjaga | kabar baik bagi yang tidak baik-baik

Narasi

Pagi itu sinar matahari menari di atas papan-papan kayu, seperti undangan untuk orang-orang yang suka kerja nyata. 

Tim Ajak berkumpul seperti orkestra kecil: ada yang mengukur kayu, yang lain menyiapkan paku, yang lain menahan papan sambil menyanyikan lagu kerja. Ketika satu paku bengkok, mereka tertawa bersama dan mengganti strategi. 

Doa singkat sebelum memukul paku membuat palu rasanya lebih bersahabat.

Di seberang lapangan, tim Pose tampil seperti panggung sandiwara. Pimpinannya memberi instruksi seperti sutradara drama: “Kamu angkat, kamu cat, kamu bilang terima kasih padaku nanti.” 

Orang-orang bekerja cepat, kubu Pose memotong sudut agar papan segera tampak rapi. Setiap kali Pose lewat, dia melambai dramatis seolah-olah sedang membuka pameran hasil karyanya sendiri.

Jembatan Ajak jadi dengan suara tepuk tangan saat papan terakhir disatukan. Mereka menguji dengan menyeberang bertiga-sekali, lalu saling menggandeng tangan sampai terlihat seperti barisan penari rakyat.

Jembatan Pose pun selesai; catnya mengkilap seperti panggung akhir musim. Tapi ketika angin menyelinap lewat, suara gemeretak kecil muncul. Paku yang dipasang terburu-buru mulai mengangguk-angguk, terlihat mulai terlepas.

Tua Adat datang menghitung paku seperti membaca doa harian. Ia berjalan ke jembatan Pose, mengetuk satu papan, dan berkata dengan tenang: “Bangun jembatan biar cepat itu hebat, tapi jangan lupa bangun hati biar kuat.” Pose tersipu, sementara Ajak mengundang tim Pose untuk kopi dan berbagi palu.

Kilasan teologis

Kerja sama mengingatkan tubuh Kristus: anggota-anggota berbeda karunia, satu tujuan, saling menopang. Kerja salah mengingatkan menara Babel: bangun tinggi tanpa mengangkat hati ke langit itu mudah roboh ketika yang penting hanya tampak di mata manusia. Menggarap sesuatu dengan hikmat jauh lebih elegan daripada sekadar memamerkan hasil sementara.

Pesan singkat

  • Kerja sama memberi hasil yang tahan lama karena dibangun atas kepercayaan, pembagian beban, dan kasih praktis.
  • Kerja salah bisa cepat dan mencolok, tetapi biasanya bernasib memalukan saat pengujian datang.
  • Jadilah seperti Ajak: bekerja dengan tangan cekatan, hati yang rendah, dan selera humor yang bisa menambal setiap papan bengkok.

Lewat jembatan-jembatan itu, orang-orang Mari Kerja belajar bahwa kerja yang diberkati adalah kerja yang mengangkat sesama, bukan hanya mengangkat diri sendiri.

 


Continue reading KERJA SAMA VS KERJA SALAH