Premis cerita
Di sebuah desa kecil bernama Mari Kerja, dua tim diberi tugas membangun jembatan kayu menuju kebun bersama. Satu tim bekerja sama dengan doa, tawa, dan pembagian tugas yang jelas.
Tim lain sibuk menunjukkan siapa yang paling terlihat
bekerja, kumpul pujian, dan memotong sudut demi hasil instan. Kedua jembatan
akhirnya selesai. Tapi jalan cerita belum tentu berakhir di atas air yang sama.
Tokoh singkat
- Pak Andre: tukang kayu bijak yang sering omong
Amsal sambil mengukur papan.
- Bapak Ajak: pemimpin tim kerja sama, senyumannya
membuat beban kerja terasa ringan.
- Pose
Berwarna: pemimpin tim
kerja salah, suka berpose di depan kamera dan update status sambil
menyuruh orang lain mengangkat kayu.
- Tua Adat: pengamat jembatan, tahu kapan harus
memberi tahu yang salah sekaligus berbagi kue dan nasihat.
KEJAR YANG KEKAL: Allah yang menjaga | kabar baik bagi yang tidak baik-baik
Narasi
Pagi itu sinar matahari menari di atas papan-papan kayu, seperti undangan untuk orang-orang yang suka kerja nyata.
Tim Ajak berkumpul seperti orkestra kecil: ada yang mengukur kayu, yang lain menyiapkan paku, yang lain menahan papan sambil menyanyikan lagu kerja. Ketika satu paku bengkok, mereka tertawa bersama dan mengganti strategi.
Doa singkat sebelum memukul paku membuat palu
rasanya lebih bersahabat.
Di seberang lapangan, tim Pose tampil seperti panggung sandiwara. Pimpinannya memberi instruksi seperti sutradara drama: “Kamu angkat, kamu cat, kamu bilang terima kasih padaku nanti.”
Orang-orang bekerja cepat, kubu Pose memotong sudut
agar papan segera tampak rapi. Setiap kali Pose lewat, dia melambai dramatis
seolah-olah sedang membuka pameran hasil karyanya sendiri.
Jembatan Ajak jadi dengan suara tepuk tangan saat papan terakhir
disatukan. Mereka menguji dengan menyeberang bertiga-sekali, lalu saling
menggandeng tangan sampai terlihat seperti barisan penari rakyat.
Jembatan Pose pun selesai; catnya mengkilap seperti panggung akhir
musim. Tapi ketika angin menyelinap lewat, suara gemeretak kecil muncul. Paku
yang dipasang terburu-buru mulai mengangguk-angguk, terlihat mulai terlepas.
Tua Adat datang menghitung paku seperti membaca doa harian. Ia berjalan
ke jembatan Pose, mengetuk satu papan, dan berkata dengan tenang: “Bangun
jembatan biar cepat itu hebat, tapi jangan lupa bangun hati biar kuat.” Pose
tersipu, sementara Ajak mengundang tim Pose untuk kopi dan berbagi palu.
SYUKURAN 25 TAHUN SEKOLAH TUNAS GLORIA KUPANG | BLESSING IN DISGUISE | Roma 8:18
Kilasan teologis
Kerja sama mengingatkan tubuh Kristus: anggota-anggota berbeda karunia,
satu tujuan, saling menopang. Kerja salah mengingatkan menara Babel: bangun
tinggi tanpa mengangkat hati ke langit itu mudah roboh ketika yang penting
hanya tampak di mata manusia. Menggarap sesuatu dengan hikmat jauh lebih elegan
daripada sekadar memamerkan hasil sementara.
Pesan singkat
- Kerja sama memberi hasil yang tahan lama karena
dibangun atas kepercayaan, pembagian beban, dan kasih praktis.
- Kerja salah bisa cepat dan mencolok, tetapi biasanya
bernasib memalukan saat pengujian datang.
- Jadilah seperti
Ajak: bekerja dengan tangan cekatan, hati yang rendah, dan selera humor
yang bisa menambal setiap papan bengkok.
Lewat jembatan-jembatan itu, orang-orang Mari Kerja belajar bahwa kerja
yang diberkati adalah kerja yang mengangkat sesama, bukan hanya mengangkat diri
sendiri.
0 comments:
Post a Comment