Kadang hidup itu mirip kisah Yunus: sudah lari dari panggilan, tapi malah “check-in” gratis di perut ikan. Terpuruk? Jelas. Bau amis? Sudah Pasti.
Tapi apakah itu akhir cerita? Tidak. Justru dari tempat paling gelap dan
sempit, doa Yunus naik ke hadapan Tuhan, dan ikan itu jadi “taksi laut” yang
mengantarnya kembali ke jalur panggilan.
Kucari Cinta-Mu | Kerinduan Itu Kembali | Hari Ini
Lain lagi dengan cerita Yusuf: dijual saudara, difitnah istri majikan, dipenjara tanpa salah. Kalau ada lomba “nasib paling terpuruk,” mungkin dia juara.
Mirip sudah jatuh ketiban tangga. Tapi Alkitab mencatat, justru dari
titik terendah itulah Tuhan mengangkatnya jadi penguasa Mesir, menyelamatkan
banyak bangsa.
Jadi, terpuruk bukan berarti terburuk. Itu hanya “bab suspense” dalam novel kehidupan yang Tuhan tulis.
Kalau hidupmu sekarang terasa seperti jatuh
di lumpur, ingat: lumpur bisa jadi bahan terbaik untuk membuat tembikar indah
di tangan Sang Penjunan (Yeremia 18:6).
Mungkin hari ini kamu merasa seperti Petrus yang tenggelam karena kurang iman.
Tapi jangan lupa, Yesus tetap mengulurkan tangan-Nya sambil berkata, “Hai
orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” (Matius 14:31).
Terpuruk bukan berarti tamat. Itu hanya momen latihan berenang rohani bersama
Sang Guru.
Kalau jatuh itu manusiawi, bangkit itu surgawi.
Jadi jangan buru-buru menilai “terpuruk = terburuk.”
Bisa jadi itu hanya “promo spesial” Tuhan: Buy one crisis, get one
miracle free.
0 comments:
Post a Comment