Tidak Semua Orang Dapat Kesempatan Berbuat Baik
Hidup ini penuh dengan kesempatan. Ada yang datang sekali, ada yang berulang, ada pula yang lewat begitu saja tanpa kita sadari.
Salah satu kesempatan terbesar yang bisa dimiliki manusia adalah kesempatan untuk berbuat baik.
Namun, tidak semua orang mendapatkannya,dan tidak semua orang yang
mendapat kesempatan itu mampu menangkapnya.
Untuk mendalami hal di atas, bertepatan dengan momentum peringatan kisah
Natal yang akan kita sambut, mari kita mengingat kisah sederhana di malam
kelahiran Yesus.
Maria dan Yusuf, pasangan muda yang sedang menantikan kelahiran anak sulung mereka, berjalan jauh dari Nazaret ke Betlehem.
Perjalanan panjang,
tubuh lelah, hati cemas. Mereka hanya butuh satu hal: tempat singgah.
Tapi pintu-pintu penginapan tertutup. Pemilik penginapan mungkin punya alasan logis, misalnya kamar penuh, tamu sudah banyak, atau mungkin mereka sekadar tidak mau repot.
Namun, mari kita jujur: siapa yang tahu bahwa di depan
pintu mereka berdiri seorang perempuan yang akan melahirkan Tuhan, Sang
Juruselamat dunia?
Di situlah letak ironi. Pemilik penginapan itu mungkin tidak jahat, hanya sibuk atau terlalu praktis. Tapi ia melewatkan kesempatan emas, kesempatan yang tidak akan pernah datang dua kali.
Ia bisa saja tercatat dalam sejarah
sebagai orang yang menolong Maria dan Yusuf, tetapi namanya hilang ditelan
waktu. Yang tersisa hanyalah catatan singkat: “tidak ada tempat bagi mereka di
rumah penginapan.”
Bukankah hidup kita sering serupa? Kita tidak selalu diberi kesempatan besar untuk menolong ribuan orang, tetapi setiap hari ada peluang kecil untuk berbuat baik: menyapa dengan ramah, mendengar dengan sabar, memberi sedikit dari yang kita punya.
Masalahnya, kita sering terlalu sibuk, terlalu lelah,
atau terlalu “penuh” dengan urusan sendiri. Akibatnya, kesempatan itu lewat
begitu saja.
Alkitab mengingatkan, “Selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang” (Galatia 6:10). Kata “selama masih ada kesempatan” itu penting. Artinya, kesempatan bisa habis.
Tidak semua orang akan
selalu punya waktu, tenaga, atau bahkan hidup panjang untuk menebar kebaikan.
Maka, jangan menunggu momen spektakuler. Jangan menunggu sampai kita kaya raya, terkenal, atau punya panggung besar.
Kesempatan berbuat baik sering
datang dalam bentuk sederhana, misalnya seorang tetangga yang butuh ditemani,
seorang anak yang butuh didengar, atau seorang sahabat yang butuh dikuatkan.
Dan siapa tahu, di balik kebaikan kecil yang kita lakukan, Tuhan sedang menulis sejarah besar.
Pemilik penginapan mungkin menyesal jika ia tahu siapa
yang ia tolak malam itu. Jangan sampai kita pun menyesal karena melewatkan
kesempatan yang Tuhan titipkan hari ini.
Jadi, kalau ada kesempatan berbuat baik, jangan ditunda. Jangan menunggu
besok. Karena tidak semua orang mendapat kesempatan itu, dan tidak semua
kesempatan datang dua kali.
Ibrani 13:2: Jangan kamu lupa memberi tumpangan
kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak
diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.
0 comments:
Post a Comment