Seorang Pemimpin Akan Melahirkan Pemimpin Baru
Di sebuah kampung kecil, listrik sering padam. Malam-malam jadi gelap gulita, hanya suara jangkrik yang setia menemani. Suatu hari, warga berkumpul di balai desa, bingung harus bagaimana.
Dari tengah kerumunan, seorang pemuda berdiri. Ia tidak membawa obor
besar, tidak juga punya senter canggih. Ia hanya menyalakan sebatang lilin
kecil. “Setidaknya kita bisa lihat wajah satu sama lain,” katanya sambil
tersenyum.
INGATLAH SEJAK KECIL KAMU SUDAH KENAL KITAB SUCI
Awalnya orang-orang menertawakan: “hahahahaaaa, hanya sebuah lilin
sekecil itu, apa gunanya?” Tapi perlahan, satu per satu warga ikut menyalakan
lilin mereka, menyalakan dari api kecil yang dibawa pemuda itu. Balai desa yang
tadinya gelap berubah jadi terang, penuh cahaya hangat.
Malam itu, orang-orang sadar: pemimpin bukanlah orang yang punya cahaya
paling besar, melainkan orang yang berani menyalakan api pertama. Dan yang
lebih penting, ia tidak menyimpan api itu untuk dirinya sendiri, tapi
membagikannya agar orang lain juga bisa menyala.
Sejak saat itu, kampung itu tidak lagi takut gelap. Karena mereka tahu,
selalu ada lilin-lilin baru yang bisa dinyalakan.
Ya, benar, ….
- Pemimpin hadir
bukan untuk jadi “senter satu-satunya,” tapi untuk melahirkan cahaya baru
di sekelilingnya.
Kadang, pemimpin itu tidak jatuh dari langit dengan jubah berkibar dan
musik heroik di belakangnya. Biasanya, ia lahir dari tengah-tengah komunitas
yang sedang… hhhmmmm, pusing tujuh keliling. Ada masalah, ada kebuntuan,
ada rasa “aduh, bagaimana ini?”. Ya, di situlah, dan di situlah seorang
pemimpin muncul.
Lukas 24:13-32|Spiritual Cataracts
Pemimpin hadir bukan untuk gaya-gayaan, apalagi sekadar foto di spanduk.
Ia hadir untuk menyelesaikan masalah. Kalau tidak ada masalah, mungkin ia hanya
jadi “ketua arisan” biasa. Tapi ketika badai datang, barulah terlihat siapa
yang bisa berdiri tegak: “here I stand”, siapa yang bisa menenangkan, siapa
yang bisa bilang: “Tenang, kita bisa atasi ini bersama.”
Ya, menariknya, pemimpin sejati tidak berhenti pada dirinya sendiri. Ia
justru melahirkan pemimpin-pemimpin baru dari orang-orang yang ia pimpin. Ada
dua faktor penting di sini:
- Panggilan
spiritual. Ada
orang-orang yang memang dipanggil untuk memimpin. Bukan karena mereka
paling keras suaranya, tapi karena ada sesuatu di dalam diri mereka yang
berkata, “Aku harus maju.”
- Teladan
hidup. Pemimpin yang baik
itu seperti Wi-Fi: tidak selalu kelihatan, tapi pengaruhnya terasa. Kalau
ia konsisten jadi role model, orang-orang di sekitarnya akan belajar,
meniru, dan akhirnya ikut tumbuh menjadi pemimpin juga. Ketika pemimpin
hidup sebagai contoh, orang lain pun berani menyalakan lilin mereka
sendiri.
Jadi, pemimpin itu bukan sekadar “bos” yang duduk di kursi empuk. Ia
lebih seperti lilin yang menyalakan lilin-lilin lain. Dan semakin banyak lilin
yang menyala, semakin teranglah ruangan, bahkan kalau listrik PLN tiba-tiba
padam.
0 comments:
Post a Comment