Kasih bukan sekadar gema perasaan yang bergetar di dalam dada. Kasih nyata terwujud dalam langkah-langkah kecil yang kita lakukan setiap hari.
Ketika
kita menolong tanpa pamrih, mengulurkan tangan sebelum diminta, atau memilih
berkata jujur meski kenyataannya pahit.
Menarik untuk dicermati bahwa kata kasih, seperti dalam 1Korintus 13:4-8: “tidak bersukacita karena ketidakadilan” (αδικια, adikia, harfiah: ketidakbenaran).
Menggenggam kasih berarti menolak merayakan ketidakadilan, menolak menggembirakan hati kala kebenaran diinjak, dan menolak diam saat keadilan terlanggar.
Dengan demikian banyak kesalahan dilakukan oleh kaum muda
yang mengartikan atau mengatas namakan kasih lalu berzinah, hidup dalam nafsu
dengan teman atau pacar, menyakiti orang lain, dan sebagainya, kemudian
membuang orang itu begitu saja.
Saat kita memilih berdiri membela teman yang difitnah, saat kita menahan diri untuk tidak ikut-ikutan gosip, atau ketika kita rela mengorbankan kenyamanan demi menuntun orang tersesat kembali ke jalan terang, di situlah kasih menari.
Kasih sejati menuntut integritas; ia selalu terikat dengan
kebenaran.
Dalam bingkai kasih, tindakan kita menjadi cermin nilai yang kita pegang.
Setiap keputusan jujur, setiap keberanian menegakkan keadilan, dan
setiap pengakuan kesalahan adalah butir-butir cinta yang meneguhkan hubungan,
bukan sekadar membuai perasaan.
Biarkan kasih kita berakar pada kebenaran. Karena hanya dengan kebenaran
sebagai pijakan, kasih akan tumbuh teguh, menolak diinjak ulah ketidakbenaran,
dan bersinar abadi dalam setiap jejak langkah kehidupan.
Kasih sejati adalah tindakan yang mengutamakan kebenaran dan keadilan.
Nafsu, di sisi lain, adalah dorongan biologis yang mengejar kepuasan pribadi
tanpa memperhatikan nilai-nilai yang lebih tinggi.
Apa Itu Kasih?
Kasih bukan sekadar perasaan hangat atau gairah sesaat. Kasih adalah
rangkaian perilaku yang membangun kepercayaan dan keutuhan pasangan.
Kasih:
- Berhubungan erat dengan kebenaran; ia
“tidak bersukacita karena ketidakbenaran”
- Mencari keadilan dan kebaikan bagi kedua
pihak
- Menuntun pada penyelesaian konflik secara
terbuka dan jujur
Apa Itu Nafsu?
Nafsu sering muncul sebagai hasrat fisik yang intens dan mendesak. Ia
bersifat sementara dan menitikberatkan pada keinginan diri sendiri.
Nafsu:
- Fokus pada kepuasan indrawi
- Cenderung mengabaikan komitmen jangka
panjang
- Bisa menimbulkan rasa bersalah atau
penyesalan jika bertentangan dengan nilai kebenaran
Ciri-Ciri Kasih
dalam Pacaran atau Pernikahan
- Mendengarkan
sebelum berbicara dengan pasangan. Sungguh-sungguh peduli dan meluangkan
waktu untuk benar-benar memahami kisah, kekhawatiran, atau impianmu.
- Komitmen pada
pertumbuhan bersama. Mencari kenikmatan bersama dan menciptakan tujuan
bersama. Misalnya menabung untuk rumah atau mempelajari bahasa baru. Menjadikan
hubungan lebih bermakna.
- Mengoreksi
dengan lembut bila salah paham muncul. Kasih mendorong penyelesaian yang
adil, bukan menyalahkan secara emosional.
Ciri-Ciri Nafsu
dalam Pacaran atau Pernikahan
- Mengejar keintiman fisik tanpa dialog
emosi. Terburu-buru melewati pembicaraan penting agar bisa segera
“kesampaian.”
- Menghindar dari tanggung jawab jangka
panjang. Janji berubah-ubah saat situasi mulai sulit. Misalnya menolak
diskusi finansial atau rencana anak.
- Rasa bersalah setelah bertindak nafsu yang
tidak dikawal sering diikuti penyesalan dan jarak emosional.
Contoh saat
berpacaran:
- Kamu rela meunggu-menunggu
chat dari pasangan yang galau tentang pekerjaan demi kebaikan pasanganmu,
itu kasih.
- Tetapi jika
hubungan hanya terasa hidup saat berduaan di ranjang, itu nafsu.
Contoh saat pernikahan:
- Suami istri
yang sering mengalami konflik memilih menenangkan hati, lalu berbicara
dengan sabar, dan berdoa bersama, itulah kasih dalam tindakan.
- Sebaliknya, pasangan yang lebih suka
menghindar dan mencari kenikmatan instan saat rumah penuh masalah,
menunjukkan nafsu yang menguasai.
Merawat Kasih
Sehari-Hari
- Jadwalkan waktu khusus untuk diskusi
terbuka tanpa gangguan gadget
- Latih empati: tanyakan “Bagaimana
perasaanmu hari ini?” dan dengarkan tanpa menghakimi
- Buat ritual kecil: berpelukan sebelum
tidur, tulis surat cinta sederhana, atau masak bersama
- Belajar berkata “maaf” dan “terima kasih”
dengan tulus di momen-momen kecil
Kasih yang dibangun di atas kebenaran akan mendorong hubungan yang tangguh dan bermakna.
Nafsu tetap hadir dalam setiap hubungan, tetapi kasihlah yang menuntun kita melewatinya untuk tumbuh bersama.
Percayalah, kasih yang
bertumpu pada kebenaran akan selalu lebih memuaskan daripada kesenangan sesaat.
0 comments:
Post a Comment