Ungkapan “Do your best and let God take the rest” populer sebagai motivasi: kita berusaha maksimal, lalu menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah.
Namun dari perspektif teologi
Kristen, kalimat ini memuat sejumlah implikasi problematis yang perlu dikritisi.
1. Pemisahan Antara
Usaha Manusia dan Peran Allah
Menurut pepatah ini, ada “porsi” usaha manusia dan “sisa” yang menjadi tanggung jawab Allah.
Padahal
dalam ajaran Alkitab, segala hal bermula dan berakhir pada tindakan Allah. Yesus katakan Akulah Alfa dan Omega. Yang Awal dan Yang Akhir (Wahyu 22:13).
- Allah sudah menyelenggarakan alam semesta
jauh sebelum manusia berusaha sedikit pun.
- Menyiratkan
Allah hanya mengerjakan “sisa” proyek kita justru membalik paradigma:
seolah Allah menunggu sampai kita selesai baru kemudian bertindak, padahal
Dia terus-menerus memelihara ciptaan-Nya.
2. Ketergantungan
Allah pada Kualitas Usaha Kita
Ungkapan tersebut
membuat Allah seakan bergantung pada seberapa baik dan banyak kita bekerja:
- “The rest” dinilai sebagai bagian yang
Allah lakukan setelah kita semaksimal mungkin.
- Konsekuensinya, jika usaha kita kurang,
porsi Allah pun “tersisa” sedikit. Padahal Alkitab menegaskan kasih
karunia dan kuasa Tuhan tidak terbatas oleh keterbatasan manusia.
3. Menyederhanakan
Kerja Allah yang Melampaui Manusia
Dengan menyatakan
Allah hanya menuntaskan “berserakan” dari pekerjaan kita, ungkapan ini
meremehkan kuasa dan kedaulatan-Nya. Sebaliknya, kita perlu mengingat bahwa:
- Allah lah yang memulai karya keselamatan
dan memelihara hidup setiap saat.
- Manusia berpartisipasi dalam karya Allah,
bukan sebaliknya.
Ungkapan
Alternatif
“Do
the rest, because God does all—and the best.”
Artinya:
- Allah sudah, sedang, dan akan selalu
mengerjakan yang terbaik menurut hikmat-Nya.
- Manusia hanya “mengambil sisa” partisipasi
yang memang Allah sudah sediakan bagi kita.
Implikasi
Praktis dalam Kehidupan Iman
Mengadopsi ungkapan
yang lebih teologis akurat membantu kita:
- Menguatkan sikap bergantung penuh pada
kasih karunia Tuhan.
- Menghilangkan kecenderungan mengukur
keberhasilan rohani hanya dari hasil usaha manusia.
- Menghayati bahwa partisipasi kita
sesungguhnya adalah respons atas inisiatif Allah yang tak pernah terputus.
0 comments:
Post a Comment