Tuesday, September 9, 2025

Dibentuk di Tengah Keadaan: Tuhan Ubah Kita, Bukan Sekitar Kita

 


oleh: grefer pollo

Sering kali, ketika hidup membawa kita pada persimpangan sulit, doa kita berbunyi sama: “Tuhan, ubahlah keadaan ini.” Kita ingin badai segera reda, jalan menjadi lapang, dan beban terasa ringan. 

Namun, dalam hikmat-Nya yang tak terbatas, Tuhan kerap memilih jalan yang berbeda. Ia tidak selalu mengubah keadaan di sekitar kita, tetapi Ia mengubah diri kita melalui keadaan itu.

Mengapa? Karena bagi Tuhan, pembentukan hati jauh lebih berharga daripada sekadar kenyamanan sesaat. 

Ia melihat potensi yang belum kita sadari, kekuatan yang belum terasah, dan kasih yang belum sepenuhnya kita hidupi. Seperti tukang periuk yang membentuk tanah liat, Ia membiarkan tekanan, putaran, dan sentuhan yang kadang menyakitkan, demi menghasilkan bejana yang indah dan berguna. 

Sang penjunan akan menggunakan keadaan sekitar, tekanan sekitar tanah liat untuk membentuk tanah liat itu menurut kehendak dia.


Rasul Paulus menulis,

“Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” (Roma 5:3–4)

Ayat ini mengajarkan bahwa (1) kesengsaraan yang ada  di sekitar kita justru mentransformasi hidup kita, (2) proses pembentukan tidak pernah sia-sia. 

Kesulitan yang kita hadapi adalah ruang latihan bagi iman, kesabaran, dan karakter kita. Kesengsaraan dan kesulitan tidak dijauhkan Tuhan dari kita. Justru digunakan untuk kebaikan diri kita.


Kisah yang Menggugah

Seorang petani di sebuah desa kecil pernah mengalami musim kemarau panjang. Ladangnya retak, panennya gagal, dan tabungannya menipis. 

Ia berdoa setiap hari agar hujan turun. Namun, hujan tak kunjung datang. Sebaliknya, Tuhan memberinya ide untuk menggali sumur di tanahnya sendiri. Sesuatu yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya.

Pekerjaan itu berat, memakan waktu, dan menguras tenaga. Tetapi ketika sumur itu akhirnya memancarkan air, bukan hanya ladangnya yang terselamatkan, melainkan juga ladang-ladang tetangganya. 

Ia berkata, “Saya berdoa Tuhan mengubah musim, tapi ternyata Tuhan mengubah saya: dari petani yang hanya menunggu hujan menjadi sumber air bagi banyak orang.”


Nilai Etika dan Estetika Hidup

Etika Kristiani mengajarkan bahwa kasih, pengampunan, dan kerendahan hati bukanlah hasil dari keadaan yang ideal, melainkan pilihan (sulit) yang kita ambil di tengah keadaan yang sulit. 

Estetika hidup yang sejati bukanlah hidup tanpa luka, tetapi hidup yang tetap memancarkan cahaya di tengah luka.

Tuhan tidak membentuk kita agar hidup bebas dari masalah, tetapi agar kita menjadi pribadi yang mampu menghadapi masalah dengan hati yang teguh dan penuh kasih. 

Ia mengajarkan kita untuk melihat setiap situasi—baik atau buruk—sebagai kesempatan untuk bertumbuh.

 

Penutup yang Menguatkan

“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku.” (Yesaya 55:8)

Ketika keadaan tidak berubah, jangan tergesa-gesa menganggap Tuhan diam. Mungkin Ia sedang bekerja di ruang yang lebih dalam yaitu di hati, pikiran, dan karakter kita. Sebab hati yang diubah oleh Tuhan akan mampu menghadapi dunia yang tidak berubah, dengan damai yang melampaui segala pengertian.




0 comments:

Post a Comment