oleh: grefer pollo
Sering kali, ketika hidup membawa kita pada persimpangan sulit, doa kita berbunyi sama: “Tuhan, ubahlah keadaan ini.” Kita ingin badai segera reda, jalan menjadi lapang, dan beban terasa ringan.
Namun, dalam hikmat-Nya
yang tak terbatas, Tuhan kerap memilih jalan yang berbeda. Ia tidak selalu
mengubah keadaan di sekitar kita, tetapi Ia mengubah diri kita melalui keadaan
itu.
Mengapa? Karena bagi Tuhan, pembentukan hati jauh lebih berharga daripada sekadar kenyamanan sesaat.
Ia melihat potensi yang belum kita sadari, kekuatan yang belum terasah, dan kasih yang belum sepenuhnya kita hidupi. Seperti tukang periuk yang membentuk tanah liat, Ia membiarkan tekanan, putaran, dan sentuhan yang kadang menyakitkan, demi menghasilkan bejana yang indah dan berguna.
Sang penjunan akan menggunakan keadaan sekitar, tekanan
sekitar tanah liat untuk membentuk tanah liat itu menurut kehendak dia.
I STAND BY YOU WHATEVER THE MATTER | Ester 4:10-17 |Kamu Tidak Sendirian
Rasul Paulus menulis,
“Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu,
bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan
uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” (Roma 5:3–4)
Ayat ini mengajarkan bahwa (1) kesengsaraan yang ada di sekitar kita justru mentransformasi hidup kita, (2) proses pembentukan tidak pernah sia-sia.
Kesulitan yang kita hadapi
adalah ruang latihan bagi iman, kesabaran, dan karakter kita. Kesengsaraan dan
kesulitan tidak dijauhkan Tuhan dari kita. Justru digunakan untuk kebaikan diri
kita.
TAMU TENGAH MALAM | Bertekun dalam Doa
Kisah yang Menggugah
Seorang petani di sebuah desa kecil pernah mengalami musim kemarau panjang. Ladangnya retak, panennya gagal, dan tabungannya menipis.
Ia berdoa
setiap hari agar hujan turun. Namun, hujan tak kunjung datang. Sebaliknya,
Tuhan memberinya ide untuk menggali sumur di tanahnya sendiri. Sesuatu yang tak
pernah ia pikirkan sebelumnya.
Pekerjaan itu berat, memakan waktu, dan menguras tenaga. Tetapi ketika sumur itu akhirnya memancarkan air, bukan hanya ladangnya yang terselamatkan, melainkan juga ladang-ladang tetangganya.
Ia berkata, “Saya berdoa Tuhan
mengubah musim, tapi ternyata Tuhan mengubah saya: dari petani yang hanya
menunggu hujan menjadi sumber air bagi banyak orang.”
Nilai Etika dan Estetika Hidup
Etika Kristiani mengajarkan bahwa kasih, pengampunan, dan kerendahan hati bukanlah hasil dari keadaan yang ideal, melainkan pilihan (sulit) yang kita ambil di tengah keadaan yang sulit.
Estetika hidup yang sejati bukanlah
hidup tanpa luka, tetapi hidup yang tetap memancarkan cahaya di tengah luka.
Tuhan tidak membentuk kita agar hidup bebas dari masalah, tetapi agar kita menjadi pribadi yang mampu menghadapi masalah dengan hati yang teguh dan penuh kasih.
Ia mengajarkan kita untuk melihat setiap situasi—baik atau
buruk—sebagai kesempatan untuk bertumbuh.
Penutup yang Menguatkan
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah
jalan-Ku.” (Yesaya 55:8)
Ketika keadaan tidak berubah, jangan tergesa-gesa menganggap Tuhan diam.
Mungkin Ia sedang bekerja di ruang yang lebih dalam yaitu di hati, pikiran, dan
karakter kita. Sebab hati yang diubah oleh Tuhan akan mampu menghadapi dunia
yang tidak berubah, dengan damai yang melampaui segala pengertian.
0 comments:
Post a Comment