Untuk mengasihi
Tuhan, orang harus pintar. Orang bodoh tidak bisa mengasihi Tuhan. Mengapa demikian? Siapakah
orang bodoh itu? Amsal 1:7 berkata bahwa orang bodoh tidak menghormati hikmat
dan didikan. Orang bodoh adalah orang yang tidak mau diajar, dididik,
dinasihati. Orang yang demikian tidak bisa mengasihi Tuhan. Sebab, mereka tidak akan menghiraukan
didikan. Mereka acuh tak acuh terhadap firman Tuhan dan pengajaran. Mereka akan
berlagak sok tahu dan mengabaikan teguran. Mereka harus
bertobat.
Pola pikir
seseorang harus berubah supaya dia dapat mengasihi Tuhan. Sehingga pertobatan
mesti menjadi sasaran utama pendidikan. Guru mesti bertobat lebih dulu baru
membimbing murid-muridnya kepada pertobatan dalam Kristus. Guru mesti
merepresentasikan kehadiran Kristus melalui hidupnya dan pembelajaran yang
dilakukannya sehingga melalui kehidupan guru murid
bertemu dengan Kristus dan mengenal Kristus serta menjadi saksi Kristus yang
membawa banyak orang datang kepada Kristus. Guru adalah kurikulum yang hidup.
Guru yang sudah bertobat akan menuntun
muridnya kepada keselamatan dalam Yesus Kristus yang didapat secara cuma-cuma. Lalu, murid tersebut akan mengenal
Kristus secara
pribadi dan oleh pengetahuan/pengenalan
akan Allah dianugerahkan (Efesus 2:8-10)
mereka akan bertumbuh dalam pertobatan setiap hari. Di dalam pertobatan
ini para murid akan
diperlengkapi untuk bekerja (baca: belajar). Menjadi murid artinya menjadi pribadi
yang belajar.
Guru
memiliki beberapa tugas penting di dalam kelas di antaranya mengajar, mendidik,
melatih, membimbing, menilai,
dan mengevaluasi. Mengajar berarti mengupayakan sesuatu supaya murid berubah
dari keadaan tidak tahu menjadi tahu. Mendidik berarti membentuk karakter
murid. Sayangnya, dalam banyak peristiwa dan karena beberapa alasan guru-guru
meninggalkan salah satu tugas pentingnya yakni mendidik.
Setiap anak
memiliki potensi untuk mencipta karena mereka adalah ciptaan. Oleh sebab itu,
metode pembelajaran yang diterapkan harus mengarah kepada penyelesaian masalah
serta mengembangkan kehidupan.
Mata pelajaran bukan tujuan. Artinya,
kepintaran/penguasaan materi bukan target dari pendidikan tetapi mengasihi
Tuhan. Hakekat terpenting dari pendidikan adalah membawa murid kepada tujuan
hidup mereka di dalam Tuhan. Para pendidik diberi kepercayaan penting oleh
Tuhan dan ditahbiskan Tuhan untuk mendidik anak-anak Tuhan (murid).
Murid harus diajar, dididik, dan
didorong untuk bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan Penciptanya. Mata
pelajaran hanyalah sarana/alat peraga bagi seorang guru untuk memperkenalkan
Yesus Tuhan Sang Pencipta alam semesta kepada muridnya. Target guru bukanlah
membuat muridnya pintar dan unggul tetapi mengajari dan mendidik mereka untuk
menemukan talenta mereka yang Tuhan percayakan sehinga mereka dapat berkembang
dan berbuah bagi Tuhan sesuai bidang mereka yakni talenta terbesar yang sudah
diberikan Tuhan kepada mereka (Matius 25, Amsal 22:6, Yohanes 15:1-8).
Guru
bukan mengejar materi yang harus diselesaikan. Tugas dan tanggung jawab guru
bukanlah memindahkan isi buku pelajaran ke dalam kehidupan muridnya. Ataupun,
mempersiapkan muridnya menjadi lulusan yang dapat berkompetisi dengan dunia
luar, atau terbang ke bulan. Jika hanya itu yang dilakukan guru, maka
sebenarnya guru itu sedang merendahkan panggilannya sebagai guru.
Guru yang bijak tidak akan bertanya
materi apa yang akan diajarkan di hari ini? Buku apa yang akan saya baca? Alat
peraga apa yang harus digunakan? Fasilitas apa yang memadai? Teori dan praktek
apa yang mendekatkan murid-murid saya kepada lapangan kerja yang mereka inginkan
atau, yang lagi trend? Tetapi, apa
yang Tuhan kehendaki untuk murid-murid saya pelajari di hari ini? Apa yang
murid-murid saya butuhkan di hari ini supaya mereka lebih dekat dan berada
dalam kebenaran dan keselamatan kekal? Mengapa saya harus menolong mereka
menemukan talenta dan panggilan Tuhan atas hidup mereka? Untuk apa hal itu saya
kerjakan? Mengapa saya menjadi guru? Mengapa saya yang harus mengajari mereka?
Apa yang seharusnya saya lakukan agar Allah dimuliakan dalam pembelajaran yang
akan saya lakukan? Apa yang akan Yesus lakukan jika Dia berdiri di depan kelas
dan mengajar murid-murid saya?
Sebagai seorang guru sangat perlu memahami bahwa
sekolah yang berkualitas perlu dimulai dari kurikulum yang benar dan berkualitas. Dan, kurikulum yang
sesungguhnya adalah kehidupan pribadi guru itu sendiri. Bahwa guru adalah
kurikulum yang hidup. Sangat
perlu dan penting bagi
guru tersebut untuk belajar dari Sang Guru Agung Yesus Kristus,
mencontohi kehidupan pribadiNya (Yohanes 13:13-15, 1 Timotius 4:12-16). Guru adalah pemberi teladan (1 Petrus 5:2-3).
Oleh sebab itu, semua pembelajaran, metode, fasilitas, atau apapun itu akan
menjadi sia-sia dan tidak berarti jika seorang
guru kehilangan keteladanan hidup. Guru mesti mengajar dari hatinya sendiri
sebab hati itu memancarkan kehidupan (Amsal 4:23).
oleh: ged pollo (dari buku Belajar, Bukan Supaya Pintar)
0 comments:
Post a Comment