oleh: Grefer Pollo, S.P., M.Pd
Kejadian 1:26-28 menceritakan kisah penciptaan manusia pertama. Penjelasan bagian ini dimuat dalam pasal 2:7 dari Kitab Kejadian. Allah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan diriNya.
Dalam
kejadian 1:26, kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai segambar adalah selem dan untuk kata serupa adalah d’mut. Kata selem dan d’mut memiliki
arti yang mirip yakni menunjukkan untuk menunjukkan/mebandingkan dua hal yang
memiliki kesamaan/keserupaan dan juga perwakilan dari sesuatu hal. Keserupaan
atau perwakilan yang dimaksud bukan dalam hal fisik tetapi mental/spiritual.
Dalam
hal keserupaan (selem/d’mut) inilah manusia berbeda dengan binatang.
Manusia memiliki gambar (selem) dan
rupa (d’mut) Allah yang sempurna
dalam dirinya. Mental/atribut ilahi melekat dalam diri manusia. Dalam hal apa
yang Allah kerjakan (dalam batas tertentu) manusia dapat lakukan. Misalnya,
manusia mengenal dan mengerjakan kasih, berkreasi, melakukan
keadilan/kebenaran, menguasai, dan lain-lain.
Melalui
kesegambaraan (selem) dan keserupaan
(d’mut) Allah ini, Tuhan Allah
memberkati dan memberikan otoritas kepada manusia untuk beranak cucu, bertambah
banyak, penuhi bumi, taklukan, dan berkuasa atasnya. Hal seperti ini tidak
Allah berikan kepada ciptaan lain (binatang dan tumbuhan) tetapi hanya kepada
manusia.
Akibat
dari dimilikinya selem dan d’mut Allah dalam dirinya, manusia menunjukkan
sikap bertambah banyak, memenuhi bumi, menaklukan, dan menguasai melalui cara
berpikir dan bertingkah lakunya. Perilaku seperti ini dapat kita lihat dalam
keseharian manusia seperti: belajar (bersekolah), manusia ingin menguasai ilmu
pengetahuan; manusia yang satu ingin menguasai yang lain; kawin dan mengawinkan
(bereproduksi melestarikan generasi manusia); menaklukan alam; dan sebagainya.
Pada
dasarnya hal seperti ini adalah baik dan merupakan respon positif dan wajar terhadap
selem dan d’mut Allah yang dimiliki manusia. Namun, oleh karena dosa yang
menggerogoti hidup manusia selem dan d’mut tersebut menjadi rusak total (total depravity) mengakibatkan manusia
melenceng dari jalan kesempurnaan yang telah Allah tetapkan baginya. Rentetean
akibat berikutnya adalah tujuan belajar (bersekolah) untuk mengenal dan
mengasihi Tuhan berubah menjadi sekedar pintar dan unggulan. Manusia lebih suka
mengenal ciptaan Allah daripada Allah (pencipta segala ciptaan) itu sendiri.
Manusia bekerja untuk selamat (ada makanan, minuman, pakai/kebutuhan
sehari-hari) bukan bekerja karena telah diselamatkan (Efesus 2:8-10), kegiatan
reproduksi (kawin/mengawinkan/cinta kasih) lebih didorong oleh nafsu
seksualitas (eros) semata dan bukan
karena kasih sejati (agape) yang
telah Allah karuniakan kepada manusia. Manusia menaklukan alam hanya sebagai
gengsi/prestasi/pujian yang sia-sia dan bukan karena mengagumi dan memuliakan
Allah yang telah menciptakan semuanya itu. Dosa telah merusakkan kehidupan dan
jalan manusia kepada Allah Sang Pencipta.
Untuk
mengembalikan manusia kepada selem (gambar)
dan d’mut (rupa) Allah yang sejati
dalam diri/hidup manusia dan karena cinta kasihNya yang sempurna itu Allah
dalam Kristus Yesus datang menyelematkan manusia melalui pengorbanan diri-Nya
sendiri supaya manusia dapat kembali mengerjakan perbuatan baik yang telah Ia
rencanakan sebelumnya bagi manusia (Kejadian 2:15, Efesus 2:10).
Tingkah laku manusia sehari-hari menunjukkan bahwa dia adalah gambar dan rupa dari siapa.
(ide tulisan ini pernah dipublikasikan dalam sebuah mading sekolah)
0 comments:
Post a Comment