Tuesday, December 24, 2019

,

In the perfect image of God


oleh: Grefer Pollo, S.P., M.Pd

Kejadian 1:26-28 menceritakan kisah penciptaan manusia pertama. Penjelasan bagian ini dimuat dalam pasal 2:7 dari Kitab Kejadian. Allah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan diriNya.

Dalam kejadian 1:26, kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai segambar adalah selem dan untuk kata serupa adalah d’mut. Kata selem dan d’mut memiliki arti yang mirip yakni menunjukkan untuk menunjukkan/mebandingkan dua hal yang memiliki kesamaan/keserupaan dan juga perwakilan dari sesuatu hal. Keserupaan atau perwakilan yang dimaksud bukan dalam hal fisik tetapi mental/spiritual.

Dalam hal keserupaan (selem/d’mut) inilah manusia berbeda dengan binatang. Manusia memiliki gambar (selem) dan rupa (d’mut) Allah yang sempurna dalam dirinya. Mental/atribut ilahi melekat dalam diri manusia. Dalam hal apa yang Allah kerjakan (dalam batas tertentu) manusia dapat lakukan. Misalnya, manusia mengenal dan mengerjakan kasih, berkreasi, melakukan keadilan/kebenaran, menguasai, dan lain-lain.

Melalui kesegambaraan (selem) dan keserupaan (d’mut) Allah ini, Tuhan Allah memberkati dan memberikan otoritas kepada manusia untuk beranak cucu, bertambah banyak, penuhi bumi, taklukan, dan berkuasa atasnya. Hal seperti ini tidak Allah berikan kepada ciptaan lain (binatang dan tumbuhan) tetapi hanya kepada manusia.

Akibat dari dimilikinya selem dan d’mut Allah dalam dirinya, manusia menunjukkan sikap bertambah banyak, memenuhi bumi, menaklukan, dan menguasai melalui cara berpikir dan bertingkah lakunya. Perilaku seperti ini dapat kita lihat dalam keseharian manusia seperti: belajar (bersekolah), manusia ingin menguasai ilmu pengetahuan; manusia yang satu ingin menguasai yang lain; kawin dan mengawinkan (bereproduksi melestarikan generasi manusia); menaklukan alam; dan sebagainya.

Pada dasarnya hal seperti ini adalah baik dan merupakan respon positif dan wajar terhadap selem dan d’mut Allah yang dimiliki manusia. Namun, oleh karena dosa yang menggerogoti hidup manusia selem dan d’mut tersebut menjadi rusak total (total depravity) mengakibatkan manusia melenceng dari jalan kesempurnaan yang telah Allah tetapkan baginya. Rentetean akibat berikutnya adalah tujuan belajar (bersekolah) untuk mengenal dan mengasihi Tuhan berubah menjadi sekedar pintar dan unggulan. Manusia lebih suka mengenal ciptaan Allah daripada Allah (pencipta segala ciptaan) itu sendiri. Manusia bekerja untuk selamat (ada makanan, minuman, pakai/kebutuhan sehari-hari) bukan bekerja karena telah diselamatkan (Efesus 2:8-10), kegiatan reproduksi (kawin/mengawinkan/cinta kasih) lebih didorong oleh nafsu seksualitas (eros) semata dan bukan karena kasih sejati (agape) yang telah Allah karuniakan kepada manusia. Manusia menaklukan alam hanya sebagai gengsi/prestasi/pujian yang sia-sia dan bukan karena mengagumi dan memuliakan Allah yang telah menciptakan semuanya itu. Dosa telah merusakkan kehidupan dan jalan manusia kepada Allah Sang Pencipta.

Untuk mengembalikan manusia kepada selem (gambar) dan d’mut (rupa) Allah yang sejati dalam diri/hidup manusia dan karena cinta kasihNya yang sempurna itu Allah dalam Kristus Yesus datang menyelematkan manusia melalui pengorbanan diri-Nya sendiri supaya manusia dapat kembali mengerjakan perbuatan baik yang telah Ia rencanakan sebelumnya bagi manusia (Kejadian 2:15, Efesus 2:10).

Tingkah laku manusia sehari-hari menunjukkan bahwa dia adalah gambar dan rupa dari siapa.


(ide tulisan ini pernah dipublikasikan dalam sebuah mading sekolah)

0 comments:

Post a Comment