Friday, September 1, 2023

Suami Kepala, Istri Tunduk (!?)

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Bisa jadi, telah banyak orang mengetahui atau pun mungkin menjalani frasa ini: "suami kepala dan istri tunduk kepada suami".

Frasa ini adalah ungkapan yang terkait dengan pandangan masyarakat umum dan berjalan sudah lama mengenai peran gender dalam hubungan pernikahan atau keluarga atau rumah tangga.

Pemahaman ini dapat ditemukan dalam berbagai budaya dan agama di seluruh dunia.

Meskipun penafsiran dan penerapannya dapat bervariasi secara signifikan ataupun masih sering diperdebatkan di tingkat komunitas tertentu.


baca juga: menjadi Kristen di tengah-tengah Kristen


Menurut pandangan ini suami dianggap sebagai kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab untuk memberikan panduan, perlindungan, dan penghidupan bagi istri dan keluarga.

Sedangkan, istri dipandang sebagai pihak yang tunduk kepada suami. Istri diharapkan untuk menghormati, mendukung, dan mengikuti arahan suami dalam keputusan keluarga.


Diskusi yang oanjang dan mengarah kepada ketidaksetujuan mengenai konsep ini muncul dalam lingkup atau konteks sosial dan budaya modern.

Beberapa orang melihatnya sebagai warisan tradisional yang perlu dilestarikan, sedangkan yang lain mengkritiknya karena dianggap melanggengkan ketidaksetaraan gender dan membatasi kebebasan individu dalam hubungan pernikahan.

Namun, dibanding beberapa dekade yang sudah lampau, pandangan tentang peran suami dan istri dalam pernikahan telah berubah.


baca juga: membangun dari reruntuhan


Banyak pasangan suami istri lebih memilih mengadopsi model kemitraan yang lebih setara, di mana keputusan-keputusan penting diambil bersama-sama dan tanggung jawab dibagi secara adil tanpa memandang gender.

Dalam konteks modern, dengan didukung oleh pandangan postmodern, tekanan hidup, dan sebagainya, cara-cara berinteraksi dan mendefinisikan peran dalam pernikahan dapat sangat beragam dan sangat tergantung pada nilai-nilai, keyakinan agama, budaya, dan pilihan pribadi pasangan yang terlibat.


baca juga: iman, hikmat, penderitaan


Di dalam cara berpikir kristiani (alkitabiah), relasi suami istri ini hanya mungkin berjalan di dalam konteks dan konsep Kristus Yesus dengan Jemaat-Nya, yaitu jika suami dan istri sudah hidup dalam Kristus.


Jika tidak, maka model suami adalah kepala dan istri tunduk pada suami akan menjadi bahaya yang sangat besar bagi rumah tangga itu dan komunitasnya.






0 comments:

Post a Comment