Bisa jadi, telah banyak orang mengetahui atau pun mungkin menjalani frasa ini: "suami kepala dan istri tunduk kepada suami".
Frasa ini adalah ungkapan yang terkait dengan pandangan masyarakat umum dan berjalan sudah lama mengenai peran gender dalam hubungan pernikahan atau keluarga atau rumah tangga.
Pemahaman ini dapat ditemukan dalam berbagai budaya dan agama
di seluruh dunia.
Meskipun
penafsiran dan penerapannya dapat bervariasi secara signifikan ataupun masih sering diperdebatkan di tingkat
komunitas tertentu.
baca juga: menjadi Kristen di tengah-tengah Kristen
Menurut pandangan ini suami dianggap sebagai kepala keluarga yang memiliki
tanggung jawab untuk memberikan panduan, perlindungan, dan penghidupan bagi
istri dan keluarga.
Sedangkan, istri dipandang sebagai pihak yang tunduk kepada suami. Istri diharapkan untuk menghormati, mendukung,
dan mengikuti arahan suami dalam keputusan keluarga.
Diskusi yang oanjang
dan mengarah kepada ketidaksetujuan mengenai konsep ini muncul dalam lingkup
atau konteks sosial dan budaya modern.
Beberapa orang melihatnya sebagai warisan
tradisional yang perlu dilestarikan, sedangkan yang lain mengkritiknya karena dianggap melanggengkan
ketidaksetaraan gender dan membatasi kebebasan individu dalam hubungan
pernikahan.
Namun, dibanding
beberapa dekade yang sudah lampau, pandangan tentang peran
suami dan istri dalam pernikahan telah berubah.
baca juga: membangun dari reruntuhan
Banyak
pasangan suami istri lebih memilih mengadopsi model kemitraan yang lebih setara, di mana
keputusan-keputusan penting diambil bersama-sama dan tanggung jawab dibagi
secara adil tanpa memandang gender.
Dalam konteks modern, dengan didukung oleh pandangan postmodern,
tekanan hidup, dan sebagainya, cara-cara berinteraksi dan
mendefinisikan peran dalam pernikahan dapat sangat beragam dan sangat
tergantung pada nilai-nilai, keyakinan agama, budaya, dan pilihan pribadi
pasangan yang terlibat.
baca juga: iman, hikmat, penderitaan
Di dalam cara berpikir
kristiani (alkitabiah), relasi suami istri ini hanya mungkin berjalan di dalam
konteks dan konsep Kristus Yesus dengan Jemaat-Nya, yaitu jika suami dan istri sudah
hidup dalam Kristus.
Jika tidak, maka model
suami adalah kepala dan istri tunduk pada suami akan menjadi bahaya yang sangat
besar bagi rumah tangga itu dan komunitasnya.
0 comments:
Post a Comment