Hari itu, 21 Februari 2025, saya diberi kesempatan menjadi pembicara di kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Kristen Sekolah Kasih Yobel Kupang: berbagi dengan adik-adik siswa SMP.
Awalnya
saya pikir ini akan jadi sesi biasa, datang, bicara, lalu pulang. Tapi
ternyata, pengalaman hari itu meninggalkan kesan yang jauh lebih dalam dari
yang saya kira.
Saat saya berdiri di depan mereka, saya tidak melihat anak-anak biasa. Saya melihat masa depan. Mereka mungkin masih duduk berseragam, bercanda satu sama lain, sibuk dengan dunia remaja yang kadang terlihat penuh drama dan tawa.
Tapi di balik itu
semua, saya sadar saya sedang berhadapan dengan calon-calon pemimpin.
Bisa jadi, di ruangan itu ada seorang calon presiden yang sekarang masih suka lupa bawa pulpen. Ada calon guru yang sekarang masih malu-malu bicara di depan kelas.
Mungkin ada
dosen masa depan yang sekarang lagi suka main game strategi. Siapa tahu,
manajer hebat yang akan memimpin perusahaan besar nanti adalah anak yang hari itu
duduk di diam-diam, mencatat diam-diam.
Masa Depan Itu Dimulai
dari Sekarang
Kita sering berpikir
bahwa kepemimpinan dimulai saat seseorang punya jabatan. Padahal, kepemimpinan
dimulai jauh sebelum itu. Dari bagaimana seseorang belajar bertanggung jawab
atas tugas sekolah, menghargai teman, berani meminta maaf, atau sekadar
mengakui kesalahan kecil, melakukan pekerjaan dan pelayanan di rumahnya sendiri.
"Masa depan bukan
sesuatu yang kita tunggu, tapi sesuatu yang kita bentuk setiap hari, dari
hal-hal kecil yang kita lakukan dengan sengaja." – Anonim
Saya sempat berkata pada mereka, “Saya tidak sedang bicara dengan siswa biasa. Saya sedang bicara dengan masa depan bangsa ini.” Kalimat itu bukan basa-basi.
Karena saya percaya, pendidikan bukan cuma soal angka dan ujian, tapi tentang siapa yang mereka sedang menjadi hari demi hari. Pendidikan tentang nilai.
Nilai merupakan representasi dari kualitas, prinsip, atau makna yang mendalam.
Nilai bukan sekadar hasil numerik (angka), tapi lebih mengarah pada apa yang
dianggap penting atau berharga.
Dalam konteks pendidikan atau karakter, nilai
berkaitan dengan etos, moral, dan prinsip hidup, sedangkan angka hanya
menunjukkan hasil evaluasi kuantitatif.
“Mendidik yang paling
efektif adalah mendidik seorang anak seperti apa dia akan jadi” - Ged Pollo
Buat Gen Z yang Luar
Biasa…
Buat kalian, adik-adik
yang hari itu sempat mendengarkan, saya ingin bilang satu hal: jangan pernah
anggap remeh dirimu sendiri. Dunia ini sedang berubah cepat. Dan kalian ada di
tengah-tengah perubahan itu.
Kalian punya akses ke
informasi lebih luas daripada generasi sebelumnya. Tapi kalian juga menghadapi
tantangan yang tidak ringan tentang identitas, tekanan sosial, kecemasan, dan
ekspektasi yang kadang membingungkan.
Tapi justru karena
itu, kalian dibutuhkan. Dunia butuh pemimpin yang bukan cuma pintar secara
akademik, tapi juga kuat secara karakter. Dunia butuh anak muda yang bisa
bilang “tidak” saat semua orang bilang “ya,” dan tetap berdiri untuk kebenaran
saat dunia mencoba menekan.
"Jadilah versi
terbaik dari dirimu sendiri di dalam Tuhan Yesus, bukan tiruan dari orang
lain." – Ged Pollo
Jadilah pemimpin yang
tahu arah, bukan yang ikut arus. Jadilah seseorang yang bisa dipercaya, bukan
hanya dikagumi. Dan ingat, kamu sedang tumbuh. Kamu tidak harus sempurna
sekarang. Tapi kamu harus terus bergerak ke arah itu, ke arah yang benar.
Untuk Para Orang Tua
dan Guru…
Tulisan ini juga saya tujukan untuk para orang tua dan guru. Terima kasih, karena telah menjadi bagian dari proses pembentukan karakter anak-anak muda kita.
Kita tahu,
mendidik itu bukan hal yang instan. Tapi setiap percakapan, teguran, pelukan,
dan doa yang kita berikan, semua itu tidak pernah sia-sia.
Mungkin anak-anak kita
tidak selalu langsung berubah. Mungkin mereka masih sering membuat kesalahan.
Tapi siapa di antara kita yang tidak pernah tersandung saat belajar berjalan?
"Tugas kita bukan
membentuk anak sesuai keinginan kita, tapi membantu mereka menemukan siapa diri
mereka di hadapan Tuhan Yesus dan dunia." – Anonim
“Didiklah orang
muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan
menyimpang dari pada jalan itu” – Amsal 22:6
Biarkan mereka tumbuh.
Temani prosesnya. Dukung pencariannya. Karena masa depan yang cerah bukan hasil
dari kontrol ketat, tapi dari pendampingan yang penuh kasih dan kepercayaan.
Menutup Hari dengan
Harapan
Hari itu saya pulang
dengan hati penuh harapan. Bukan karena saya merasa sudah memberi banyak, tapi
karena saya sadar: saya sempat menjadi bagian kecil dalam perjalanan besar
mereka.
Saya percaya, benih
yang ditanam hari itu meski kecil dan mungkin belum terlihat hasilnya, akan
tumbuh pada waktunya. Dan saat itu tiba, dunia akan melihat pemimpin-pemimpin
hebat yang pernah duduk di bangku SMP Sekolah Kasih Yobel Kupang dan mulai
membangun mimpi mereka dari sana.
Terima kasih untuk
kesempatan itu. Mari terus dukung generasi muda. Karena mereka bukan sekadar
harapan masa depan. Mereka adalah masa depan yang sedang dibentuk hari ini.
0 comments:
Post a Comment