1. Apakah Alkitab
Bicara tentang Gereja Ramah Anak?
Alkitab menegaskan nilai dan martabat anak-anak serta pentingnya mendampingi mereka bertumbuh dalam iman:
Yesus mengasihi dan memprioritaskan anak-anak:
“Biarkan anak-anak itu
datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti
itulah yang empunya Kerajaan Allah.”
— Markus 10:14
Ini menunjukkan bahwa anak-anak bukan sekadar "masa depan gereja",
tetapi bagian utuh dari tubuh Kristus hari ini.
Perintah mendidik anak dalam iman:
“Ajarkanlah itu
berulang-ulang kepada anak-anakmu...”
— Ulangan 6:6-7
Tuhan memerintahkan keluarga dan komunitas iman untuk aktif membentuk karakter
anak sejak dini.
Yesus mengangkat anak sebagai teladan iman yang murni:
“Barangsiapa tidak
menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke
dalamnya.”
— Lukas 18:17
Anak menjadi cermin kerendahan hati, kepercayaan, dan ketulusan yang dicari
Tuhan.
kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil..." (Matius 18:3)
Peringatan terhadap orang yang menyesatkan anak
"Lebih baik
baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya..." (Lukas 17:2)
2. Mengapa Isu
“Gereja Ramah Anak” Muncul?
Kekhawatiran/Dasar
Keprihatinannya:
- Banyak gereja belum menyediakan fasilitas,
lingkungan, dan budaya yang mendukung pertumbuhan iman anak-anak.
- Anak-anak kerap dianggap
"pengganggu" atau hanya dititipkan ke Sekolah Minggu tanpa
keterlibatan nyata dalam kehidupan gereja.
- Kasus-kasus kekerasan atau pelecehan
terhadap anak di lembaga keagamaan turut memicu keprihatinan global.
- Gereja kadang lebih fokus pada liturgi dan orang dewasa, kurang peka terhadap kebutuhan tumbuh kembang anak, baik secara fisik, emosi, maupun spiritual.
3. Tujuan Utama
Gerakan “Gereja Ramah Anak”
- Membangun karakter anak dalam suasana kasih, aman, dan penuh
teladan iman.
- Menyediakan fasilitas dan pendekatan yang mendukung kebutuhan anak sesuai
tahap perkembangannya.
- Melibatkan komunitas: keluarga, guru Sekolah Minggu, dan
seluruh jemaat dalam pemuridan anak.
- Membentuk budaya gereja yang mendengarkan, melindungi, dan menghargai suara serta potensi anak.
4. Bagaimana Gereja
Bisa Menjadi Ramah Anak?
- Menyediakan ruang ibadah anak yang
kreatif, aman, dan inklusif.
- Melatih pelayan anak yang kompeten dan
memiliki integritas.
- Melibatkan anak dalam pelayanan sesuai
usia (misalnya: doa, musik, kesaksian).
- Menjalin kerja sama dengan orang tua dan
komunitas untuk pendampingan karakter dan spiritualitas anak.
- Mempunyai kebijakan perlindungan anak
(Child Protection Policy).
Gereja Ramah Anak: Tempat Anak Bertumbuh dalam Kasih dan Iman
Narasi Inspiratif:
"Anak yang Tidak Terlihat"
Di sebuah gereja kecil di pinggiran kota, setiap hari Minggu suara pujian berkumandang nyaring. Namun di sudut ruangan, seorang anak bernama Jeni duduk terdiam.
Ia datang setiap
minggu, mengikuti ibadah anak, tapi tak pernah ditanya namanya. Ia pernah menggambar
Yesus sedang memeluk anak-anak, tapi gambarnya disisihkan karena "tidak
sesuai tema". Jeni merasa tak terlihat.
Sampai suatu hari, seorang guru Sekolah Minggu baru datang. Ia bertanya, “Siapa nama kamu?” dan tersenyum saat Jeni menyebutkan namanya.
Ia menyimak ketika Jeni bercerita
tentang mimpinya menjadi guru, dan membacakan cerita Alkitab dengan suara penuh
ekspresi.
Jeni mulai tertawa,
mulai bercerita, mulai bertanya. Ia merasa berarti.
Gereja menjadi rumah
yang ramah. Karena satu orang memutuskan melihatnya seperti Yesus melihat
anak-anak—berharga, istimewa, dan layak dicintai.
Gereja Ramah Anak: Ciri dan Praktik
1. Aman secara
fisik dan emosional
- Ada kebijakan perlindungan anak.
- Guru dan relawan melalui proses seleksi
dan pelatihan.
- Ruangan yang bersih, ramah, dan terpantau.
2. Diperlengkapi
dan relevan dengan dunia anak
- Metode mengajar sesuai usia: visual,
cerita, permainan.
- Alkitab dan materi disesuaikan (misalnya
versi anak).
- Ibadah anak yang hidup dan interaktif.
3. Melibatkan anak
dalam kehidupan bergereja
- Memberi ruang bagi anak menyumbangkan
suara, ide, dan bakat.
- Anak terlibat dalam pelayanan (membaca
ayat, doa, pujian).
- Menjadi bagian dari komunitas, bukan
sekadar penonton.
4. Komunitas yang
mendukung tumbuh kembang anak
- Orang tua dan gereja bekerja sama dalam
pemuridan anak.
- Diadakan pertemuan atau pelatihan
parenting kristiani.
- Pendampingan spiritual secara pribadi bila
memungkinkan.
Aplikasi:
Membangun Gerakan Gereja Ramah Anak
- Audit Gereja: Evaluasi sejauh mana gereja ramah
terhadap anak.
- Bentuk Tim Pelayanan Anak: Beri perhatian khusus dan pengembangan.
- Adakan Pelatihan: Guru, relawan, dan orang tua.
- Bangun Liturgi dan Kegiatan yang Inklusif
Anak
- Dengarkan Suara Anak: Dalam refleksi atau diskusi ringan,
tanyakan: “Apa yang kamu sukai dari gereja? Apa yang kamu ingin ubah?”
Yesus Tidak Melewatkan Anak-Anak
Gereja sering kali
terburu-buru melihat siapa yang bisa berkhotbah, bernyanyi, atau memberi
persembahan besar. Tapi Yesus menghentikan langkah-Nya untuk satu anak. Dia
memeluk, memberkati, dan mengangkat anak sebagai teladan.
Gereja ramah anak
adalah gereja yang memeluk masa kini dan menumbuhkan masa depan.
Refleksi Diri:
Apakah Aku Sudah Menjadi Bagian dari Gereja yang Ramah Anak?
Luangkan waktu
sejenak. Renungkan pertanyaan-pertanyaan ini secara pribadi:
✦ Hubungan Pribadi
- Apakah saya mengenal nama anak-anak di
gereja tempat saya berbakti dan melayani?
- Kapan terakhir kali saya menyapa atau
mendengar cerita mereka dengan penuh perhatian?
✦ Sikap dan Nilai
- Apakah saya memandang anak-anak sebagai
gangguan atau sebagai bagian penting dalam Tubuh Kristus?
- Apakah saya menjadi contoh iman, kasih,
dan kelembutan yang dapat diteladani anak?
✦ Tanggung Jawab Komunal
- Apa yang sudah dan belum gereja tempat saya
berbakti dan melayani lakukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan
mendidik bagi anak?
- Bagaimana saya dapat berkontribusi, secara
aktif atau mendukung, agar gereja tempat saya berbakti dan melayani menjadi
lebih ramah anak?
0 comments:
Post a Comment