Saturday, May 3, 2025

Materi Pendalaman Alkitab: Yesus Membarui Praktek Budaya Yang Tidak Adil

 

ged pollo

oleh: grefer pollo


Ibadah Presbiter Lingkungan 1 Jemaat Koinonia Kupang

 

Bacaan Alkitab: Yohanes 20:11-18

Tema: Yesus Membarui Praktek Budaya Yang Tidak Adil


Yesus membawa perubahan

Kita baru saja memperingati peristiwa Paskah. Di kesempatan ini, mari melihat kembali perubahan prosesi Paskah dan maknanya.

 

Lukas 22:8 Lalu Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes, kata-Nya: "Pergilah, persiapkanlah perjamuan Paskah bagi kita supaya kita makan." 22:9 Kata mereka kepada-Nya: "Di manakah Engkau kehendaki kami mempersiapkannya?"

 

Tabel Perbandingan: Paskah Pertama vs Perjamuan Malam Terakhir. Tabel ini menunjukkan bagaimana keduanya terhubung secara simbolis dan profetik, tetapi ada perbedaan di antaranya:

 

Elemen

Paskah Pertama di Mesir (Keluaran 12)

Perjamuan Malam Terakhir (Injil-injil Sinoptik & Yohanes)

Waktu

Malam sebelum pembebasan dari Mesir

Malam sebelum Yesus disalibkan (menjelang Paskah Yahudi)

Pemimpin Perjamuan

Kepala keluarga Israel

Yesus, Sang Mesias dan Guru

Korban utama

Anak domba jantan tak bercela

Yesus, “Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1:29)

Roti tidak beragi

Dimakan sebagai tanda kesiapan pergi

Yesus memecahkan roti: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagimu”

Darah anak domba

Dibalurkan di ambang pintu, tanda perlindungan

Darah Yesus dicurahkan “bagi banyak orang untuk pengampunan dosa”

Sayur pahit

Simbol kepahitan perbudakan

Tidak disebut eksplisit, tapi konteks pengkhianatan dan penderitaan ada

Arahan dari Tuhan

Harus dimakan dengan tergesa-gesa, siap untuk berangkat

Yesus bersabda bahwa Ia akan “tidak makan lagi sebelum tergenapi”

Makna spiritual

Pembebasan dari perbudakan fisik

Penebusan dari dosa dan kematian rohani

Perintah untuk mengenang

“Rayakan ini turun-temurun sebagai peringatan”

“Lakukan ini sebagai peringatan akan Aku” (Luk. 22:19)

Hasil/tujuan

Keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian

Jalan salib menuju kebangkitan dan Kerajaan Allah

 

 Yesus Membarui Praktik Budaya yang Tidak Adil

Setiap orang pasti dipengaruhi oleh budaya tertentu. Budaya adalah keseluruhan cara hidup, kebiasaan, nilai, norma, kepercayaan, seni, bahasa, dan pengetahuan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam suatu kelompok masyarakat. Budaya dipengaruhi oleh alam dan zaman.

Dengan kata lain, budaya mencerminkan siapa kita, bagaimana kita berpikir, merasa, dan bertindak sebagai bagian dari komunitas tertentu.

 

Etimologi kata “Budaya”

Asal kata "budaya" dalam Bahasa Indonesia berasal dari kata Sanskerta: buddayah (bentuk jamak dari buddhi) yang berarti: akal, budi, atau pikiran. Jadi, secara harfiah, budaya = hasil dari akal atau budi manusia.

Dalam bahasa Inggris: "Culture". Dari Latin cultura, yang berasal dari colere artinya "mengolah" atau "memelihara", terutama berkaitan dengan tanah → berkembang menjadi arti "mengolah kehidupan manusia".

 

Budaya = hasil olah budi dan pikiran manusia yang tercermin dalam cara hidup bersama. Meliputi hal-hal tampak (seperti pakaian, makanan, seni) dan tak tampak (seperti nilai, keyakinan, dan bahasa).

 

Ada banyak hal positif dari budaya. Namun tidak dapat disangkali pula bahwa di dalam budaya, terdapat praktik-praktik ketidakadilan. Misalnya, budaya belis yang pada awalnya merupakan penghargaan kepada perempuan, justru menjadi praktik yang merendahkan martabat perempuan menjadi setara dengan sejumlah ternak atau barang. Pada kesempatan ini kita belajar pada tindakan Yesus yang menyentuh langsung praktik budaya khususnya terhadap kaum perempuan pada masa kebangkitan-Nya dari kematian.

Bacaan Yohanes 20:11-18, berkisah tentang penampakkan Yesus untuk pertama kalinya setelah Dia bangkit. Mari kita lihat 3 hal penting dalam peristiwa ini yang mengubah praktik budaya saat itu.

Pertama, Yesus menampakkan diri untuk pertama kalinya bukan kepada kaum laki-laki, melainkan kepada seorang perempuan yang bernama Maria Magdalena. Hal ini bertolak belakang dengan budaya pada masa itu di mana kaum laki-laki selalu dinomorsatukan. Mengapa? Oleh sebab budaya patriakal yang berlaku saat itu.

Secara etimologi, kata patriarkal berasal dari bahasa Yunani:

"Patri-" dari kata patēr (πατήρ) → berarti "bapa" dan "-arkal" dari kata archē (ρχή) → berarti "awal", "asal", atau "otoritas/kepemimpinan"

Jadi, secara harfiah: Patriarkal = sistem yang berpusat pada kepemimpinan bapa atau laki-laki sebagai otoritas utama.

 

Dalam Konteks Sosial:

Patriarki adalah sistem sosial di mana laki-laki (terutama bapa) memegang otoritas utama dalam keluarga, masyarakat, atau pemerintahan. Biasanya ditandai dengan:

  • Hak waris melalui garis laki-laki
  • Pemimpin keluarga adalah ayah/suami
  • Laki-laki dominan dalam struktur kekuasaan sosial, agama, dan budaya

 

Dalam Alkitab:

Tokoh-tokoh seperti Abraham, Ishak, dan Yakub disebut sebagai para patriark (bapa leluhur iman), yang juga memberi dasar pada istilah “patriarkal” dalam konteks rohani dan sejarah.

 

Kedua, Yesus memulihkan martabat Maria Magdalena. Hal ini terlihat dari bagaimana Yesus menyapa Maria Magdalena dengan namanya sendiri. Yesus tidak mengaitkan Maria Magdalena dengan laki-laki mana pun sebagaimana lazimnya pada zaman itu. Yesus tidak bilang, “Maria bin/anak si A, atau Maria saudara si B”. Maria Magdalena disapa dengan namanya sendiri dengan cara yang tegas dan jelas. Hal inilah yang kemudian membuat Maria Magdalena mengenali Yesus dan membalas sapaan Yesus dengan bahasa ibunya sendiri yaitu bahasa Ibrani.

Jika dibandingkan dengan Yohanes 21:15-17, Yesus memanggil Petrus dengan nama Simon anak Yohanes. Padahal Yesus sendiri yang memberi nama Simon sebagai Petrus (Matius 16:18).

 

Ketiga, Maria Magdalena diutus menjadi saksi kebangkitan Yesus. Dalam budaya zaman Alkitab, kesaksian perempuan umumnya tidak dianggap sah atau kurang dipercaya, terutama dalam konteks hukum atau pengadilan. Ini adalah bagian dari sistem patriarkal di mana peran dan suara perempuan seringkali dipinggirkan.

Berikut adalah bukti budaya dan ayat Alkitab yang menunjukkan kenyataan ini:

 

Bukti Budaya Zaman Alkitab:

  1. Tradisi Yahudi Rabinik (Talmud). Talmud adalah kumpulan teks rabinik Yahudi yang terdiri dari dua bagian utama: Mishnah (kumpulan hukum lisan Yahudi yang dibukukan sekitar tahun 200 M) dan Gemara (komentar dan diskusi rabinik tentang Mishnah, disusun antara abad ke-3 hingga ke-6).

Talmud, Rosh Hashanah 1:8 (Rosh Hashanah adalah Tahun Baru Yahudi, salah satu hari raya paling suci dalam kalender Ibrani. Secara harfiah, "Rosh Hashanah" berarti "kepala tahun" atau "permulaan tahun") bagian ini membahas siapa saja yang sah untuk memberi kesaksian tentang penampakan bulan baru, karena kalender Yahudi bergantung pada itu.

 

Potongan penting (terjemahan ringkas): "Kesaksian tentang bulan baru tidak boleh diterima dari perempuan, budak, atau anak-anak..." Artinya: Dalam hukum Yahudi kuno, kesaksian hanya dianggap sah jika datang dari pria Yahudi dewasa yang merdeka. Ini menunjukkan bahwa perempuan tidak diakui sebagai saksi resmi, bahkan dalam hal sederhana seperti melihat bulan—sebuah nilai budaya patriarkal yang juga memengaruhi konteks sosial zaman Perjanjian Baru.

 

  1. Budaya Timur Dekat Kuno

Di banyak masyarakat Timur Dekat, termasuk Mesir dan Babilonia, laki-laki adalah pusat hukum dan warisan, dan perempuan dianggap sebagai pendamping, bukan pemberi keputusan atau keterangan hukum.

 

Ayat-ayat Alkitab yang Terkait:

  1. Lukas 24:10–11 – Kesaksian perempuan tentang kebangkitan Yesus tidak langsung dipercaya oleh para murid laki-laki:

“Perempuan-perempuan itu adalah Maria Magdalena dan Yohana dan Maria ibu Yakobus, dan perempuan-perempuan lain yang bersama-sama dengan mereka memberitahukan semuanya itu kepada rasul-rasul. Tetapi perkataan mereka itu bagi rasul-rasul terdengar seperti omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu.”

realitas budaya: kesaksian perempuan dipandang tidak kredibel, bahkan oleh orang percaya.

  1. Yohanes 4:27 – Reaksi murid-murid Yesus ketika Ia berbicara dengan perempuan Samaria:

“Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran bahwa Ia berbicara dengan seorang perempuan…”

berbicara dengan perempuan secara terbuka dianggap tidak biasa atau mengejutkan dalam budaya Yahudi saat itu.

  1. 1 Korintus 14:34 – Pernyataan keras dalam konteks ibadah:

“Perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan jemaat…”

norma sosial dan keagamaan saat itu yang membatasi peran perempuan dalam konteks publik, termasuk dalam penyampaian kesaksian atau pengajaran.

 

Yesus melawan norma itu dengan memberi tempat terhormat bagi perempuan, misalnya:

  • Ia menampakkan diri pertama kali kepada Maria Magdalena setelah kebangkitan-Nya.
  • Ia berdialog teologis dengan perempuan Samaria (Yohanes 4).
  • Ia membela perempuan yang dituduh berzina (Yohanes 8).

 

Sebuah catatan dalam Injil Thomas (: Tidak ditemukan dalam Injil Kanonik, Tidak diakui sebagai doktrin gereja arus utama, Dianggap sebagai teks apokrif dan gnostik, bukan ajaran resmi gereja).

Logion 114 – Injil Thomas

Simon Petrus berkata kepada mereka:

“Biarlah Maria pergi dari antara kita, karena perempuan tidak layak untuk hidup.”

 Yesus berkata:

“Lihatlah, Aku akan membimbingnya agar Kujadikan laki-laki, supaya juga ia menjadi roh yang hidup, serupa laki-laki. Sebab setiap perempuan yang menjadikan dirinya laki-laki akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”

Logion 114 adalah ucapan terakhir dalam Injil Thomas, dan juga salah satu yang paling kontroversial.

 

Penutup

Alkitab memberikan peran yang penting bagi kaum perempuan untuk menjadi pemberita-Injil Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus hadir ke dunia sebagai seorang yang bergender laki-laki. Ia memilih murid-murid-Nya yang utama yang semuanya adalah para laki-laki. Namun dalam hal untuk menjadi pemberita Injil. Tuhan Yesus juga memberikan kesempatan-kesempatan bagi kaum perempuan untuk menjadi pemberita-Injil-Nya.

Dengan otoritas-Nya, Allah memilih seorang perempuan menjadi saksi-Nya yang pertama untuk menyaksikan kebangkitan-Nya dari kematian.

Melalui pembahasan kali ini kita diingatkan agar tidak mengagungkan wujud dan praktik budaya tanpa sikap kritis sama sekali. Memang, budaya perlu dihargai, dipelihara dan dilestarikan. Namun, perlu disadari bahwa budaya sudah terkontaminasi dosa. Karena itu kita mesti bisa melihat praktik-praktik yang tidak sesuai kehendak Tuhan dalam budaya, khususnya praktik-praktik ketidakadilan untuk ditransformasi sebagaimana yang Tuhan Yesus teladankan.


Pertanyaan diskusi:

1.   Mengapa Yesus tampakkan diri kepada Maria Magdalena?

2.   Maria Magdalena diberi kehormatan/ hak istimewa untuk menjadi pemberita kabar baik (Injil) tentang kebangkitan-Nya, bahkan kepada murid-murid Kristus yang utama yang semuanya adalah para laki-laki. Apakah Maria Magdalena cukup layak dengan kepercayaan ini?

3.   Berikan tanggapan Saudara terhadap kondisi berikut:

a. Pada mulanya, ada seorang perempuan (Hawa) pertama di Taman Eden menyebarkan berita tentang kejahatan terhadap kemanusiaan, dan dari situ Adam mengkonfirmasi "dosa manusia" yang pertama.

b.  Nubuat keselamatan yang sudah dicanangkan Allah dalam Kejadian 3:15 itu digenapi melalui seorang perempuan (Maria).

c.   Berita Injil kebangkitan disampaikan melalui perempuan (Maria Magdalena) bahwa Yesus Kristus Raja orang Yahudi telah bangkit, dan Allah Israel telah mendamaikan umat manusia di dunia dengan diri-Nya.

Diskusikan pendapat Saudara mengenai hal di atas!

4.  Jika dihubungkan dengan berita Paskah Yesus Kristus, apakah yang dapat atau akan Saudara lakukan sebagai seorang Kristen dalam kaitan dengan transformasi budaya di lingkungan Saudara dan dalam bergereja?


2 comments:

  1. Tuhan memberkati selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Pak Pdt Teddy. Tuhan Yesus berkati

      Delete