Ibadah Presbiter Lingkungan 1 Jemaat
Koinonia Kupang
Bacaan
Alkitab: Yohanes 20:11-18
Tema:
Yesus Membarui Praktek Budaya Yang Tidak Adil
Yesus membawa perubahan
Kita baru
saja memperingati peristiwa Paskah. Di kesempatan ini, mari melihat kembali perubahan
prosesi Paskah dan maknanya.
Lukas
22:8
Lalu Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes, kata-Nya: "Pergilah, persiapkanlah
perjamuan Paskah bagi kita supaya kita makan." 22:9 Kata mereka
kepada-Nya: "Di manakah Engkau kehendaki kami mempersiapkannya?"
Tabel Perbandingan: Paskah Pertama vs Perjamuan Malam Terakhir. Tabel ini
menunjukkan bagaimana keduanya terhubung secara simbolis dan profetik, tetapi
ada perbedaan di antaranya:
Elemen |
Paskah Pertama di Mesir (Keluaran 12) |
Perjamuan Malam Terakhir (Injil-injil Sinoptik
& Yohanes) |
Waktu |
Malam sebelum pembebasan dari Mesir |
Malam sebelum Yesus disalibkan (menjelang Paskah
Yahudi) |
Pemimpin Perjamuan |
Kepala keluarga Israel |
Yesus, Sang Mesias dan Guru |
Korban utama |
Anak domba jantan tak bercela |
Yesus, “Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”
(Yoh 1:29) |
Roti tidak beragi |
Dimakan sebagai tanda kesiapan pergi |
Yesus memecahkan roti: “Inilah tubuh-Ku yang
diserahkan bagimu” |
Darah anak domba |
Dibalurkan di ambang pintu, tanda perlindungan |
Darah Yesus dicurahkan “bagi banyak orang untuk
pengampunan dosa” |
Sayur pahit |
Simbol kepahitan perbudakan |
Tidak disebut eksplisit, tapi konteks pengkhianatan
dan penderitaan ada |
Arahan dari Tuhan |
Harus dimakan dengan tergesa-gesa, siap untuk
berangkat |
Yesus bersabda bahwa Ia akan “tidak makan lagi sebelum
tergenapi” |
Makna spiritual |
Pembebasan dari perbudakan fisik |
Penebusan dari dosa dan kematian rohani |
Perintah untuk mengenang |
“Rayakan ini turun-temurun sebagai peringatan” |
“Lakukan ini sebagai peringatan akan Aku” (Luk.
22:19) |
Hasil/tujuan |
Keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian |
Jalan salib menuju kebangkitan dan Kerajaan Allah |
Yesus Membarui Praktik Budaya yang Tidak Adil
Setiap orang
pasti dipengaruhi oleh budaya tertentu. Budaya
adalah keseluruhan cara hidup, kebiasaan, nilai, norma, kepercayaan, seni,
bahasa, dan pengetahuan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dalam suatu kelompok masyarakat. Budaya dipengaruhi oleh alam dan
zaman.
Dengan kata lain, budaya mencerminkan siapa kita, bagaimana
kita berpikir, merasa, dan bertindak sebagai bagian dari komunitas tertentu.
Etimologi kata “Budaya”
Asal kata "budaya" dalam Bahasa Indonesia berasal
dari kata Sanskerta: buddayah (bentuk jamak dari buddhi) yang
berarti: akal, budi, atau pikiran. Jadi, secara harfiah, budaya = hasil dari
akal atau budi manusia.
Dalam bahasa Inggris: "Culture". Dari Latin cultura,
yang berasal dari colere artinya "mengolah" atau
"memelihara", terutama berkaitan dengan tanah → berkembang menjadi
arti "mengolah kehidupan manusia".
Budaya = hasil olah budi dan pikiran manusia yang
tercermin dalam cara hidup bersama. Meliputi hal-hal tampak (seperti
pakaian, makanan, seni) dan tak tampak (seperti nilai, keyakinan, dan
bahasa).
Ada banyak hal
positif dari budaya. Namun tidak dapat disangkali pula bahwa di dalam budaya,
terdapat praktik-praktik ketidakadilan. Misalnya, budaya belis yang pada
awalnya merupakan penghargaan kepada perempuan, justru menjadi praktik yang
merendahkan martabat perempuan menjadi setara dengan sejumlah ternak atau
barang. Pada kesempatan ini kita belajar pada tindakan Yesus yang menyentuh
langsung praktik budaya khususnya terhadap kaum perempuan pada masa
kebangkitan-Nya dari kematian.
Bacaan Yohanes
20:11-18, berkisah tentang penampakkan Yesus untuk pertama kalinya setelah Dia
bangkit. Mari kita lihat 3 hal penting dalam peristiwa ini yang mengubah
praktik budaya saat itu.
Pertama,
Yesus menampakkan diri untuk pertama kalinya bukan kepada kaum laki-laki,
melainkan kepada seorang perempuan yang bernama Maria Magdalena. Hal ini
bertolak belakang dengan budaya pada masa itu di mana kaum laki-laki selalu
dinomorsatukan. Mengapa? Oleh sebab budaya patriakal yang berlaku saat itu.
Secara
etimologi, kata patriarkal berasal dari bahasa Yunani:
"Patri-" dari kata patēr (πατήρ) →
berarti "bapa" dan "-arkal" dari kata archē (ἀρχή) → berarti "awal", "asal",
atau "otoritas/kepemimpinan"
Jadi, secara harfiah: Patriarkal = sistem yang
berpusat pada kepemimpinan bapa atau laki-laki sebagai otoritas utama.
Dalam Konteks Sosial:
Patriarki adalah sistem sosial di mana laki-laki
(terutama bapa) memegang otoritas utama dalam keluarga, masyarakat, atau
pemerintahan. Biasanya ditandai dengan:
- Hak waris melalui garis laki-laki
- Pemimpin keluarga adalah ayah/suami
- Laki-laki dominan dalam struktur kekuasaan sosial, agama, dan
budaya
Dalam Alkitab:
Tokoh-tokoh seperti Abraham, Ishak, dan Yakub disebut
sebagai para patriark (bapa leluhur iman), yang juga memberi dasar pada
istilah “patriarkal” dalam konteks rohani dan sejarah.
Kedua, Yesus
memulihkan martabat Maria Magdalena. Hal ini terlihat dari bagaimana Yesus
menyapa Maria Magdalena dengan namanya sendiri. Yesus tidak mengaitkan Maria
Magdalena dengan laki-laki mana pun sebagaimana lazimnya pada zaman itu. Yesus
tidak bilang, “Maria bin/anak si A, atau Maria saudara si B”. Maria Magdalena
disapa dengan namanya sendiri dengan cara yang tegas dan jelas. Hal inilah yang
kemudian membuat Maria Magdalena mengenali Yesus dan membalas sapaan Yesus
dengan bahasa ibunya sendiri yaitu bahasa Ibrani.
Jika
dibandingkan dengan Yohanes 21:15-17, Yesus memanggil Petrus dengan nama Simon
anak Yohanes. Padahal Yesus sendiri yang memberi nama Simon sebagai Petrus
(Matius 16:18).
Ketiga,
Maria Magdalena diutus menjadi saksi kebangkitan Yesus. Dalam budaya zaman Alkitab, kesaksian perempuan
umumnya tidak dianggap sah atau kurang dipercaya, terutama dalam konteks hukum
atau pengadilan. Ini adalah bagian dari sistem patriarkal di mana peran dan
suara perempuan seringkali dipinggirkan.
Berikut adalah bukti budaya dan ayat Alkitab yang
menunjukkan kenyataan ini:
Bukti Budaya Zaman Alkitab:
- Tradisi Yahudi Rabinik (Talmud). Talmud adalah kumpulan teks
rabinik Yahudi yang terdiri dari dua bagian utama: Mishnah (kumpulan hukum
lisan Yahudi yang dibukukan sekitar tahun 200 M) dan Gemara (komentar dan
diskusi rabinik tentang Mishnah, disusun antara abad ke-3 hingga ke-6).
Talmud,
Rosh Hashanah 1:8 (Rosh Hashanah adalah Tahun Baru Yahudi, salah satu
hari raya paling suci dalam kalender Ibrani. Secara harfiah, "Rosh
Hashanah" berarti "kepala tahun" atau "permulaan tahun") bagian ini membahas siapa saja yang sah untuk memberi kesaksian
tentang penampakan bulan baru, karena kalender Yahudi bergantung pada itu.
Potongan
penting (terjemahan ringkas):
"Kesaksian tentang bulan baru tidak boleh diterima dari perempuan, budak,
atau anak-anak..." Artinya: Dalam hukum Yahudi kuno, kesaksian hanya
dianggap sah jika datang dari pria Yahudi dewasa yang merdeka. Ini menunjukkan
bahwa perempuan tidak diakui sebagai saksi resmi, bahkan dalam hal sederhana
seperti melihat bulan—sebuah nilai budaya patriarkal yang juga memengaruhi
konteks sosial zaman Perjanjian Baru.
- Budaya Timur Dekat Kuno
Di banyak
masyarakat Timur Dekat, termasuk Mesir dan Babilonia, laki-laki adalah pusat
hukum dan warisan, dan perempuan dianggap sebagai pendamping, bukan pemberi
keputusan atau keterangan hukum.
Ayat-ayat Alkitab yang Terkait:
- Lukas 24:10–11 – Kesaksian perempuan tentang kebangkitan Yesus tidak
langsung dipercaya oleh para murid laki-laki:
“Perempuan-perempuan itu adalah Maria Magdalena dan Yohana dan Maria ibu
Yakobus, dan perempuan-perempuan lain yang bersama-sama dengan mereka
memberitahukan semuanya itu kepada rasul-rasul. Tetapi perkataan mereka itu
bagi rasul-rasul terdengar seperti omong kosong dan mereka tidak percaya kepada
perempuan-perempuan itu.”
➤ realitas budaya: kesaksian
perempuan dipandang tidak kredibel, bahkan oleh orang percaya.
- Yohanes 4:27 – Reaksi murid-murid Yesus ketika Ia berbicara dengan
perempuan Samaria:
“Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran bahwa Ia
berbicara dengan seorang perempuan…”
➤ berbicara dengan perempuan
secara terbuka dianggap tidak biasa atau mengejutkan dalam budaya Yahudi saat
itu.
- 1 Korintus 14:34 – Pernyataan keras dalam konteks ibadah:
“Perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan jemaat…”
➤ norma sosial dan keagamaan
saat itu yang membatasi peran perempuan dalam konteks publik, termasuk dalam
penyampaian kesaksian atau pengajaran.
Yesus melawan norma itu dengan memberi tempat
terhormat bagi perempuan, misalnya:
- Ia menampakkan diri pertama kali kepada Maria Magdalena setelah
kebangkitan-Nya.
- Ia berdialog teologis dengan perempuan Samaria (Yohanes 4).
- Ia membela perempuan yang dituduh berzina (Yohanes 8).
Sebuah
catatan dalam Injil Thomas (: Tidak ditemukan dalam
Injil Kanonik, Tidak diakui sebagai doktrin gereja arus utama, Dianggap sebagai
teks apokrif dan gnostik, bukan ajaran resmi gereja).
Logion 114 – Injil Thomas
Simon Petrus berkata kepada mereka:
“Biarlah Maria pergi dari antara kita, karena
perempuan tidak layak untuk hidup.”
Yesus berkata:
“Lihatlah, Aku akan membimbingnya agar Kujadikan
laki-laki, supaya juga ia menjadi roh yang hidup, serupa laki-laki. Sebab
setiap perempuan yang menjadikan dirinya laki-laki akan masuk ke dalam Kerajaan
Surga.”
Logion 114 adalah ucapan terakhir dalam Injil Thomas, dan juga salah satu yang paling kontroversial.
Penutup
Alkitab
memberikan peran yang penting bagi kaum perempuan untuk menjadi pemberita-Injil
Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus hadir ke dunia sebagai seorang yang bergender
laki-laki. Ia memilih murid-murid-Nya yang utama yang semuanya adalah para
laki-laki. Namun dalam hal untuk menjadi pemberita Injil. Tuhan Yesus juga
memberikan kesempatan-kesempatan bagi kaum perempuan untuk menjadi
pemberita-Injil-Nya.
Dengan
otoritas-Nya, Allah memilih seorang perempuan menjadi saksi-Nya yang pertama
untuk menyaksikan kebangkitan-Nya dari kematian.
Melalui pembahasan
kali ini kita diingatkan agar tidak mengagungkan wujud dan praktik budaya tanpa
sikap kritis sama sekali. Memang, budaya perlu dihargai, dipelihara dan
dilestarikan. Namun, perlu disadari bahwa budaya sudah terkontaminasi dosa.
Karena itu kita mesti bisa melihat praktik-praktik yang tidak sesuai kehendak
Tuhan dalam budaya, khususnya praktik-praktik ketidakadilan untuk
ditransformasi sebagaimana yang Tuhan Yesus teladankan.
Pertanyaan diskusi:
1.
Mengapa
Yesus tampakkan diri kepada Maria Magdalena?
2.
Maria Magdalena diberi
kehormatan/ hak istimewa untuk menjadi pemberita kabar baik (Injil) tentang
kebangkitan-Nya, bahkan kepada murid-murid Kristus yang utama yang semuanya
adalah para laki-laki. Apakah Maria Magdalena cukup layak dengan kepercayaan
ini?
3.
Berikan tanggapan Saudara
terhadap kondisi berikut:
a. Pada mulanya, ada
seorang perempuan (Hawa) pertama di Taman Eden menyebarkan berita tentang
kejahatan terhadap kemanusiaan, dan dari situ Adam mengkonfirmasi "dosa
manusia" yang pertama.
b. Nubuat keselamatan yang
sudah dicanangkan Allah dalam Kejadian 3:15 itu digenapi melalui seorang
perempuan (Maria).
c. Berita Injil
kebangkitan disampaikan melalui perempuan (Maria Magdalena) bahwa Yesus Kristus
Raja orang Yahudi telah bangkit, dan Allah Israel telah mendamaikan umat
manusia di dunia dengan diri-Nya.
Diskusikan
pendapat Saudara mengenai hal di atas!
4. Jika dihubungkan dengan
berita Paskah Yesus Kristus, apakah yang dapat atau akan Saudara lakukan sebagai
seorang Kristen dalam kaitan dengan transformasi budaya di lingkungan Saudara
dan dalam bergereja?
Tuhan memberkati selalu
ReplyDeleteTerima kasih Pak Pdt Teddy. Tuhan Yesus berkati
Delete