Friday, May 1, 2020

Cerpen Tiga Paragraf (Pentigraf)


menulis cerpen tiga paragraf
Pentigraf adalah sebuah karya sastra jenis baru yang dikembangkan pertama kali oleh sastrawan dan akademikus dari Unesa, Dr. Tengsoe Tjahjono. Karya ini disebut pentigraf karena mengacu kepada syarat utama karyanya, yakni tiga paragraf, dan hanya itu (https://id.wikipedia.org/wiki/Pentigraf).
Oleh karena sifatnya yang baru maka pentigraf memiliki keunikan dan tantangan tersendiri dalam menuliskannya.

Sabtu, 28 Maret 2020, pukul 19.00-21.00, pada pertemuan keduanya, kelas menulis online via WA yang dikelola oleh Bapak Wijaya Kusumah yang akrab disapa Omjay, menghadirkan Ibu Rosiana sebagai pemateri dengan tema Cerpen Tiga Paragraf (Pentigraf). Ibu Rosiana Febriyanti, dilahirkan Jakarta, 3 Februari 1980, menyelesaikan pendidikan S1 Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia UNJ pada tahun 2004, dan memiliki pengalaman kerja sebagai guru SMPS di Jakarta Utara pada tahun 2002-2004, guru SMPIT AL KAHFI tahun 2005– 2010, dan guru SMAIT AL KAHFI 2007 sampai sekarang. Beliau memiliki keahlian dalam menulis puisi, kumpulan cerpen, buku cerita anak, dan artikel. Ada beberapa buku yang pernah ditulis oleh beliau, di antaranya Antologi Cerita Anak (karya solo) “Subsea Relic Warior’s” tahun 2013 (Penerbit Meta Kata) dan “Ranger Fadhil, Pahlawan Pembela Kebenaran” (Penerbit Laksana Kidz, cabang dari Diva Press tahun 2015), dan lain-lain.

Memulai Kelas
Tepat pukul 8:02 malam, OmJay mengajak seluruh peserta untuk mengikuti materi cerita 3 paragraf dan menyimaknya dengan baik baik, lalu segera mempersilakan Ibu Rosiana untuk menyampaikan materinya. Pada pukul 8.06 malam, Ibu Rosiana memulai materinya dengan mengulas sedikit ilmu tentang pentigraf. Menurut beliau pentigraf adalah akronim dari cerpen tiga paragraf (alinea). Bukan sebarang tiga paragraf yang datar, melainkan ada kesimpulan di akhirnya, bahkan dibumbui dengan akhir yang manis atau menyedihkan.

Dr. Tengsoe dan Pentigraf
Cerpen tiga paragraf ini merupakan cerita yang utuh yang digagas oleh Dr. Tengsoe Tjahjono, sehingga kemudian beliau disebut sebagai Presiden Kampung Pentigraf Indonesia. Dr Tengsoe mengatakan bahwa pentigraf termasuk fiksi mini yang hanya dibatasi 3 paragraf.

Ciri-ciri pentigraf
1.      Panjang tulisan adalah 3 paragraf
2.      Satu paragraf hanya memiliki satu gagasan pokok.

Secara teknis penulisan di komputer: satu paragraf satu kali ENTER. Dalam konteksnya sebagai cerpen, pentigraf memiliki ciri-ciri narasi, yaitu:
a)      Alur (ada konfliknya)
b)      Tokoh (yang menggerakkan alur)
c)      Topik (persoalan yg dialami tokoh)
d)      Latar (waktu, tempat, dan suasana)

Ide dan Dialog dalam Pentigraf
Ide untuk menulis pentigraf dapat diperoleh dan dimulai dari mana saja, dan sangat baik jika diambil dari pengalaman pribadi seseorang termasuk penulis pentigraf itu sendiri. Ide tersebut harus dikelola menjadi sebuah cerita baru yang menarik dalam kemasan dan bahasanya dan hindari penulisan seperti menulis apa adanya kejadian itu (mentah-mentah), curahan hati ataupun seperti menulis berita. Pentigraf boleh diawali dengan memunculkan konflik atau solusi atau pengenalan karakter tokoh. Endingnya pun beraneka macam. Ada yang membahagiakan, ada yang menyedihkan, ada pula yang twist atau memberikan kejutan.

Dalam menulis pentigraf, minimalkan pemunculan dialog, tetapi bukan berarti tidak ada sama seklai. Sebab, jika demikian maka ibarat makanan akan terasa kurang bumbu dan hambar. Dialog yang disembunyikan diubah dalam bentuk narasi atau deskripsi. Dr. Tengsoe mensyaratkan bahwa dalam paragraf maksimal hanya satu kalimat langsung. Panjang pentigraf sekitar 210 kata. Kalimat langsung pada paragraf kedua cukup satu saja.

Konsep penting dari pentigraf adalah keringkasan. Saat menulis pentigraf, posisikan diri penulis ibarat harus segera menyampaikan berita penting via telpon, tetapi pulsa telepon hanya tinggal beberapa rupiah saja.


Struktur Cerita Pentigraf
Pentigraf memiliki struktur cerita sebagai berikut, permulaan, tengah, dan penutup. Setiap bagian ini harus diisi dengan pembeda. Kisah yang ditulis harus terus bergerak maju lengkap dengan konfilk dan resolusi. Setelah memulai dengan paragraph pertama, maka paragraf kedua berisi alur yang di dalamnya menceritakan konflik yang dialami tokoh cerita. Hanya ada satu kalimat langsung. Dialog lainnya dinarasikan saja. Masuk kepada paragraf ketiga resolusi atau kesimpulan disampaikan.

Di sini diberikan twist di akhir kisah. Twist inilah bumbu rahasia penulis pentigraf. Lalu, hal sangat penting yang perlu diingat bahwa pada paragraf terakhir ini, kesimpulan dibuat secara menarik dan berkesan sehingga mudah diingat oleh pembaca dan mereka akan selalu ingin membaca lagi dan menceritakan kisah tersebut kepada orang lain.

Tips Dari Guru Pentigraf
Sebelum menutup penyajian materinya, Ibu Rosiana memberikan tips yang didaptnya dari guru pentigrafnya, Queen Erni, demikian.
Tata Cara Menulis Dialog yang Benar
1.      Penggunaan tanda titik di akhir dialog
Ø  Contoh salah : “Aku yakin dia pemenangnya”.
Ø  Contoh benar : “Aku yakin dia pemenangnya.”

2.      Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog. Apabila diiringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :
Ø  Contoh salah : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.
Ø  Contoh benar : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.
Perbedaannya terletak pada huruf awal narasi. Huruf awal narasi harus di dahului oleh kapital.

3.      Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :
Ø  Contoh salah : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”
Ø  Contoh benar : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”
Perbedaannya terletak pada penggunaan tanda baca. Penulis menggunakan tanda baca (,) yang seharusnya (.)

Beberapa contoh pentigraf yang diberikan oleh Ibu Rosiana.

#1
Kenapa Saya Bertahan Naik Ojek Saat Berangkat Sekolah?
Ada mobil jemputan sekolah, kenapa saya malah memilih naik ojek? Pertanyaan itu tidak hanya sekali saya dengar. Bahkan, beberapa teman dan guru pernah bertanya soal itu kepada saya. Tapi, saya tetap bergeming. Naik ojek pulang dan pergi ke sekolah adalah pilihan terbaik.

Naik ojek itu tidak harus bangun pagi karena penumpang yang diantar hanya saya sendiri, tidak harus putar-putar jemput penumpang lain. Tempat duduk juga lega karena bangku penumpang untuk saya seorang. Naik ojek juga luwes menerobos kemacetan. Pulang sekolah lebih enak lagi, saya ditunggui seperti punya sopir pribadi karena saya langganan ojek.

Saya tidak bosan naik ojek, bahkan saya sudah melakoni naik ojek sejak kelas 1 SD sampai SMP sekarang ini. Asyiknya, ojek saya tidak mau dibayar dan saya tidak terpikir untuk membayarnya. Sebab, ojek saya adalah bapak saya sendiri. Dia ojek pangkalan dan saya bangga bisa bersekolah berkat profesi bapak yang unik dan mulia itu.

Analisa untuk pentigraf #1
Pentigraf di atas termasuk sangat sederhana. Kata-kata yang digunakan mudah dipahami oleh anak-anak. Jelas, itu fiksi alias sekadar cerita rekaan. Meskipun demikian, anak-anak suka dengan cerita itu. Kelebihannya sebagai berikut.
  1. paragraf pertama. Yakinkan bahwa bagian itu harus menarik, bikin penasaran, sampaikan problem atau topik.
  2. paragraf kedua. Pada bagian ini sampaikan argumen. Pilih argumen yang kuat, tidak klise, dan pakai kalimat pendek-pendek. Karakter tokoh bisa terbaca pada bagian ini.
  3. paragraf ketiga. Pilih kalimat kesimpulan yang paling berkesan. Berusahalah memasukkan twist hingga pembaca terkesima atau malah tertawa.

#2
Lampu Merah Jambu Dua
(contoh pentigraf dari guru pentigraf Ibu Rosian, Pak Taufiq Sudjana)

Lampu merah menghentikan semua kendaraan. Di simpang empat Jambu Dua, hujan masih belum reda. Tiba di sampingku seorang bocah basah kuyup menengadahkan tangan.

“Kamu sekolah di mana?” Sambil merogoh saku jaket, aku tanya bocah yang menghampiriku.

Bocah itu lari seketika bersama sekelompok orang yang berhamburan. Nampak di antara mereka yang mengacungkan clurit, samurai, dan ada yang memutar rantai berbandul gir. Apakah ini jawaban pertanyaanku tadi? Dia bersekolah di jalanan yang mengajarkan kekerasan dan tawuran.

_Buitenzorg, 21 Januari 2020_

Analisa untuk pentigraf #2
Ditulis secara singkat tetapi memiliki ending yang sangat baik. Untuk menukis seperti ini butuh latihan yang cukup, karena tidak mudah.

#3
Menebang Pohon Ara
(contoh pentigraf untuk orang dewasa, dari Siwi Dwi Saputra)

"Aku nggak tahu harus bagaimana, Mbak," katanya terisak. Perempuan cantik itu bercerita tentang perkawinannya yang sedang diterpa badai. Secara tak sengaja dia mendapati bukti-bukti suaminya berselingkuh.

Pada suatu ketika, suaminya pamit pergi ke luar kota untuk urusan dinas. Sebagai istri yang baik dia percaya sepenuhnya. Sampai akhirnya tiga bulan kemudian, dia mendapati nota pembayaran di sebuah hotel di kota Y pada tanggal suaminya berkata dinas ke kota X. Dia limbung. Tak percaya.
"Haruskah aku meminta cerai?" tanyanya padaku. 

Sebagai orang luar aku hanya bisa memberikan nasehat yang kuanggap bijak. Kuminta dia bersabar, memperbaiki dulu keadaan dan tunggu beberapa waktu. Rajin-rajinlah menyiangi, menyirami dan memupuk. Tunggu apa dia mampu menghasilkan buah. "Jangan tebang dulu pohon aranya!"

Analisa untuk pentigraf #3
Tema Perselingkuhan pada hidup perkawinan dewasa ini sungguh menjadi bayang-bayang menakutkan bagi kelanggengan hidup berumah tangga. Perselingkuhan selalu berakhir pada kehancuran mahligai suci tersebut. Pentigraf ini memiliki keunikan tersendiri karena meskipun tema dan ceritanya demikian namun, nasihat yang diberikan ‘aku’ justru kepada tokoh perempuan yang mengetahui bahwa suaminya telah melakukan perselingkuhan. Nasihat yang diberikan adalah “Jangan tebang dulu pohon aranya!” ‘Aku’ memberikan alasannya dengan meminta perempuan itu melakukan sesuatu, yaitu menyiangi, menyirami, dan memupuk, untuk mengetahui apakah pohon ara itu bisa berbuah. Meskipun nasihat ini terkesan bijak yang ideal, namun tidak mudah dituruti oleh si perempuan. Dalam kondisi seperti itu pengampunan akan sangat sulit dilaksanakan.
Pola ending dari pentigraf ini adalah terbuka. Maksudnya, diberikan kesempatan kepada pembaca untuk membuat ending-nya sendiri. Misalnya, beranikah perempuan itu membiarkan pohon ara itu tumbuh, atau malah menebang dan membakarnya? Pembaca pun diajak memberikan jawaban sesuai dengan pandangan masing-masing. Ending seperti itu menjadi daya pikat lain dari pentigraf ini.

Sesi mengenai pentigraf ini banyak diminati dan diikuti dengan baik oleh semua peserta. Mengisi sesi setelah penyajian materi ini, Ibu Rosiana meminta peserta untuk membuat contoh pentigraf dengan berkata,: “Ada yang mau mencoba menulis pentigraf?” Peserta kemudian berlatih. Sambil itu, diskusi dan taya jawab tetap dilakukan. Berikut beberapa petikannya.




Pertanyaan
Ciri2 pentigraf apa?
Jawaban
Ciri-cirinya:
1. Panjang tulisan adalah 3 paragraf
2. Satu paragraf hanya memiliki satu gagasan pokok.
3. Secara teknis penulisan di komputer: satu paragraf satu kali ENTER.
4. Sebagai cerpen, pentigraf memiliki ciri-ciri narasi, yaitu:
A. Alur (ada konfliknya)
B. Tokoh (yang menggerakkan alur)
C. Topik (persoalan yg dialami tokoh)
D. Latar (waktu, tempat, dan suasana)

Pertanyaan
Pentigraf adalah cerpen dengan dibatasi 3 paragraf yang harus simpel tapi utuh, menarik dan minim kalimat langsung? Benarkah simpulan saya?

Pertanyaan
Bagaimana kita membandingkan cerita untuk anak remaja dan dewasa
Jawaban
Cerita anak disesuaikan dunia anak, menggunakan bahasa mapun isi yang sederhana sehingga mudah dipahami dan diimajinasikan anak. Karena pada dasarnya anak-anak masih memiliki pemikiran sederhana. Untuk cerita yang lebih dewasa menggunakan bahasa yang kompleks. Selain itu, dari segi alur cerita juga mempunyai perbedaan. Alur cerita anak lebih sederhana. Biasanya, alur cerita anak memunculkan konflik yang kecil dan sederhana pula. Misalnya, cerita mengenai kancil mencuri mentimun. Hal ini juga disesuaikan dengan tingkat pola pemikiran anak yang masih sederhana sehingga anak mudah memahami inti dari cerita.

Pertanyaan
Raja Demagog: Dalam pentigraf , konfliknya ada di paragraf keberapa bu ?
Jawaban
Konflik ada di paragraf kedua. Di sini bisa kita sisipkan satu kalimat langsung saja ya. Paragraf pertama dan kedua berupa narasi (tanpa dialog)

Pertanyaan
Untuk sudut pandang dalam bercerita kalau menggunakan sudut pandang orang 1 sebagai pelaku bisa juga ? Apakah termasuk dalam cerita pengalaman  diri ?
Jawaban
Bisa saja. Banyak penulis menjadikan pengalamannya sebagai ide menulis sehingga banyak pula orang mengira kalau isi cerita kisah nyata. Padahal, yang namanya cerita fiksi itu tidak murni kisah nyata.

Pertanyaan
Raja Demagog: Bolehkah dlm akhir pentigraf kt selipi Quote ?
Jawaban
Saya pikir quote ciptaan sendiri boleh. Akan tetapi, quote milik orang lain saya tidak tahu, apakah itu termasuk pelanggaran hak cipta atau bukan.


Penutup
Pentigraf merupakan ide yang menarik untuk berbagi cerita. Singkat, ringkas, namun menantang. Sebab, tidak banyak orang yang dapat berpikir singkat, padat, dan jelas. Di tengah dunia yang makin sibuk dan penuh ide seperti ini, pentigraf dapat menjadi sebuah jamuan yang seharusnya diseduh dan dinikmati agar hisup menjadi lebih santai, nikamt, dan bermakna.


Resume Belajar Menulis Online Gel 7
Bersama Ibu Rosiana Febriyanti
28 Maret 2020


Penulis: Grefer E. D. Pollo, dari  SDH Kupang Prov. NTT, Blog: halobelajarsesuatu.blogspot.com, Email: greferedominggu.pollo@gmail.com, IG: ged.pollo

0 comments:

Post a Comment