Pentigraf adalah sebuah karya sastra jenis
baru yang dikembangkan pertama kali oleh sastrawan dan akademikus dari Unesa,
Dr. Tengsoe Tjahjono. Karya ini disebut pentigraf karena mengacu kepada syarat
utama karyanya, yakni tiga paragraf, dan hanya itu (https://id.wikipedia.org/wiki/Pentigraf).
Oleh karena sifatnya yang baru maka
pentigraf memiliki keunikan dan tantangan tersendiri dalam menuliskannya.
Sabtu, 28 Maret 2020, pukul
19.00-21.00, pada pertemuan keduanya, kelas menulis online via WA yang dikelola
oleh Bapak Wijaya Kusumah yang akrab disapa Omjay, menghadirkan Ibu Rosiana sebagai
pemateri dengan tema Cerpen Tiga Paragraf (Pentigraf). Ibu Rosiana Febriyanti,
dilahirkan Jakarta, 3 Februari 1980, menyelesaikan pendidikan S1 Pend. Bahasa
dan Sastra Indonesia UNJ pada tahun 2004, dan memiliki pengalaman kerja sebagai
guru SMPS di Jakarta Utara pada tahun 2002-2004, guru SMPIT AL KAHFI tahun 2005–
2010, dan guru SMAIT AL KAHFI 2007 sampai sekarang. Beliau memiliki keahlian
dalam menulis puisi, kumpulan cerpen, buku cerita anak, dan artikel. Ada beberapa
buku yang pernah ditulis oleh beliau, di antaranya Antologi Cerita Anak (karya
solo) “Subsea Relic Warior’s” tahun 2013 (Penerbit Meta Kata) dan “Ranger
Fadhil, Pahlawan Pembela Kebenaran” (Penerbit Laksana Kidz, cabang dari Diva
Press tahun 2015), dan lain-lain.
Memulai Kelas
Tepat pukul 8:02 malam, OmJay
mengajak seluruh peserta untuk mengikuti materi cerita 3 paragraf dan
menyimaknya dengan baik baik, lalu segera mempersilakan Ibu Rosiana untuk
menyampaikan materinya. Pada pukul 8.06 malam, Ibu Rosiana memulai materinya
dengan mengulas sedikit ilmu tentang pentigraf. Menurut beliau pentigraf adalah
akronim dari cerpen tiga paragraf (alinea). Bukan sebarang tiga paragraf yang
datar, melainkan ada kesimpulan di akhirnya, bahkan dibumbui dengan akhir yang
manis atau menyedihkan.
Dr. Tengsoe dan Pentigraf
Cerpen tiga paragraf ini merupakan
cerita yang utuh yang digagas oleh Dr. Tengsoe Tjahjono, sehingga kemudian beliau
disebut sebagai Presiden Kampung Pentigraf Indonesia. Dr Tengsoe mengatakan
bahwa pentigraf termasuk fiksi mini yang hanya dibatasi 3 paragraf.
Ciri-ciri pentigraf
1.
Panjang tulisan adalah 3 paragraf
2.
Satu paragraf hanya memiliki satu
gagasan pokok.
Secara teknis penulisan di komputer: satu paragraf satu
kali ENTER. Dalam konteksnya sebagai cerpen, pentigraf memiliki ciri-ciri
narasi, yaitu:
a)
Alur (ada konfliknya)
b)
Tokoh (yang menggerakkan alur)
c)
Topik (persoalan yg dialami tokoh)
d)
Latar (waktu, tempat, dan suasana)
Ide dan Dialog dalam Pentigraf
Ide untuk menulis pentigraf dapat diperoleh
dan dimulai dari mana saja, dan sangat baik jika diambil dari pengalaman
pribadi seseorang termasuk penulis pentigraf itu sendiri. Ide tersebut harus
dikelola menjadi sebuah cerita baru yang menarik dalam kemasan dan bahasanya dan
hindari penulisan seperti menulis apa adanya kejadian itu (mentah-mentah), curahan
hati ataupun seperti menulis berita. Pentigraf boleh diawali dengan memunculkan
konflik atau solusi atau pengenalan karakter tokoh. Endingnya pun beraneka
macam. Ada yang membahagiakan, ada yang menyedihkan, ada pula yang twist atau
memberikan kejutan.
Dalam menulis pentigraf, minimalkan
pemunculan dialog, tetapi bukan berarti tidak ada sama seklai. Sebab, jika
demikian maka ibarat makanan akan terasa kurang bumbu dan hambar. Dialog yang
disembunyikan diubah dalam bentuk narasi atau deskripsi. Dr. Tengsoe
mensyaratkan bahwa dalam paragraf maksimal hanya satu kalimat langsung. Panjang
pentigraf sekitar 210 kata. Kalimat langsung pada paragraf kedua cukup satu
saja.
Konsep penting dari pentigraf adalah keringkasan.
Saat menulis pentigraf, posisikan diri penulis ibarat harus segera menyampaikan
berita penting via telpon, tetapi pulsa telepon hanya tinggal beberapa rupiah
saja.
Struktur Cerita Pentigraf
Pentigraf memiliki struktur cerita
sebagai berikut, permulaan, tengah, dan penutup. Setiap bagian ini harus diisi
dengan pembeda. Kisah yang ditulis harus terus bergerak maju lengkap dengan
konfilk dan resolusi. Setelah memulai dengan paragraph pertama, maka paragraf kedua
berisi alur yang di dalamnya menceritakan konflik yang dialami tokoh cerita.
Hanya ada satu kalimat langsung. Dialog lainnya dinarasikan saja. Masuk kepada
paragraf ketiga resolusi atau kesimpulan disampaikan.
Di sini diberikan twist di akhir
kisah. Twist inilah bumbu rahasia penulis pentigraf. Lalu, hal sangat penting
yang perlu diingat bahwa pada paragraf terakhir ini, kesimpulan dibuat secara menarik
dan berkesan sehingga mudah diingat oleh pembaca dan mereka akan selalu ingin
membaca lagi dan menceritakan kisah tersebut kepada orang lain.
Tips Dari Guru Pentigraf
Sebelum menutup penyajian materinya,
Ibu Rosiana memberikan tips yang didaptnya dari guru pentigrafnya, Queen Erni,
demikian.
Tata Cara Menulis Dialog yang Benar
1.
Penggunaan tanda titik di akhir
dialog
Ø Contoh salah : “Aku yakin dia pemenangnya”.
Ø Contoh benar : “Aku yakin dia pemenangnya.”
2.
Tanda baca ditempatkan sebelum tanda
kutip di akhir dialog. Apabila diiringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :
Ø Contoh salah : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.
Ø Contoh benar : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.
Perbedaannya terletak pada huruf awal narasi. Huruf awal
narasi harus di dahului oleh kapital.
3.
Jika narasinya berada di awal, maka
ketentuannya seperti ini :
Ø Contoh salah : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”
Ø Contoh benar : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”
Perbedaannya terletak pada penggunaan tanda baca. Penulis
menggunakan tanda baca (,) yang seharusnya (.)
Beberapa contoh pentigraf yang
diberikan oleh Ibu Rosiana.
#1
Kenapa Saya Bertahan Naik Ojek Saat Berangkat Sekolah?
Ada mobil jemputan sekolah, kenapa
saya malah memilih naik ojek? Pertanyaan itu tidak hanya sekali saya dengar.
Bahkan, beberapa teman dan guru pernah bertanya soal itu kepada saya. Tapi,
saya tetap bergeming. Naik ojek pulang dan pergi ke sekolah adalah pilihan
terbaik.
Naik ojek itu tidak harus bangun pagi
karena penumpang yang diantar hanya saya sendiri, tidak harus putar-putar
jemput penumpang lain. Tempat duduk juga lega karena bangku penumpang untuk saya
seorang. Naik ojek juga luwes menerobos kemacetan. Pulang sekolah lebih enak
lagi, saya ditunggui seperti punya sopir pribadi karena saya langganan ojek.
Saya tidak bosan naik ojek, bahkan
saya sudah melakoni naik ojek sejak kelas 1 SD sampai SMP sekarang ini.
Asyiknya, ojek saya tidak mau dibayar dan saya tidak terpikir untuk
membayarnya. Sebab, ojek saya adalah bapak saya sendiri. Dia ojek pangkalan dan
saya bangga bisa bersekolah berkat profesi bapak yang unik dan mulia itu.
Analisa untuk pentigraf #1
Pentigraf di atas termasuk sangat
sederhana. Kata-kata yang digunakan mudah dipahami oleh anak-anak. Jelas, itu
fiksi alias sekadar cerita rekaan. Meskipun demikian, anak-anak suka dengan
cerita itu. Kelebihannya sebagai berikut.
- paragraf pertama.
Yakinkan bahwa bagian itu harus menarik, bikin penasaran, sampaikan
problem atau topik.
- paragraf kedua.
Pada bagian ini sampaikan argumen. Pilih argumen yang kuat, tidak klise,
dan pakai kalimat pendek-pendek. Karakter tokoh bisa terbaca pada bagian
ini.
- paragraf ketiga.
Pilih kalimat kesimpulan yang paling berkesan. Berusahalah memasukkan
twist hingga pembaca terkesima atau malah tertawa.
#2
Lampu Merah Jambu Dua
(contoh pentigraf dari guru pentigraf
Ibu Rosian, Pak Taufiq Sudjana)
Lampu merah menghentikan semua
kendaraan. Di simpang empat Jambu Dua, hujan masih belum reda. Tiba di
sampingku seorang bocah basah kuyup menengadahkan tangan.
“Kamu sekolah di mana?” Sambil
merogoh saku jaket, aku tanya bocah yang menghampiriku.
Bocah itu lari seketika bersama
sekelompok orang yang berhamburan. Nampak di antara mereka yang mengacungkan
clurit, samurai, dan ada yang memutar rantai berbandul gir. Apakah ini jawaban
pertanyaanku tadi? Dia bersekolah di jalanan yang mengajarkan kekerasan dan
tawuran.
_Buitenzorg, 21 Januari 2020_
Analisa untuk pentigraf #2
Ditulis secara singkat tetapi
memiliki ending yang sangat baik. Untuk
menukis seperti ini butuh latihan yang cukup, karena tidak mudah.
#3
Menebang Pohon Ara
(contoh pentigraf untuk orang dewasa,
dari Siwi Dwi Saputra)
"Aku nggak tahu harus bagaimana,
Mbak," katanya terisak. Perempuan cantik itu bercerita tentang
perkawinannya yang sedang diterpa badai. Secara tak sengaja dia mendapati
bukti-bukti suaminya berselingkuh.
Pada suatu ketika, suaminya pamit
pergi ke luar kota untuk urusan dinas. Sebagai istri yang baik dia percaya sepenuhnya.
Sampai akhirnya tiga bulan kemudian, dia mendapati nota pembayaran di sebuah
hotel di kota Y pada tanggal suaminya berkata dinas ke kota X. Dia limbung. Tak
percaya.
"Haruskah aku meminta
cerai?" tanyanya padaku.
Sebagai orang luar aku hanya bisa
memberikan nasehat yang kuanggap bijak. Kuminta dia bersabar, memperbaiki dulu
keadaan dan tunggu beberapa waktu. Rajin-rajinlah menyiangi, menyirami dan
memupuk. Tunggu apa dia mampu menghasilkan buah. "Jangan tebang dulu pohon
aranya!"
Analisa untuk pentigraf #3
Tema Perselingkuhan pada hidup
perkawinan dewasa ini sungguh menjadi bayang-bayang menakutkan bagi
kelanggengan hidup berumah tangga. Perselingkuhan selalu berakhir pada
kehancuran mahligai suci tersebut. Pentigraf ini memiliki keunikan tersendiri
karena meskipun tema dan ceritanya demikian namun, nasihat yang diberikan ‘aku’
justru kepada tokoh perempuan yang mengetahui bahwa suaminya telah melakukan
perselingkuhan. Nasihat yang diberikan adalah “Jangan tebang dulu pohon
aranya!” ‘Aku’ memberikan alasannya dengan meminta perempuan itu melakukan
sesuatu, yaitu menyiangi, menyirami, dan memupuk, untuk mengetahui apakah pohon
ara itu bisa berbuah. Meskipun nasihat ini terkesan bijak yang ideal, namun tidak
mudah dituruti oleh si perempuan. Dalam kondisi seperti itu pengampunan akan
sangat sulit dilaksanakan.
Pola ending dari pentigraf ini adalah terbuka. Maksudnya, diberikan
kesempatan kepada pembaca untuk membuat ending-nya sendiri. Misalnya, beranikah
perempuan itu membiarkan pohon ara itu tumbuh, atau malah menebang dan
membakarnya? Pembaca pun diajak memberikan jawaban sesuai dengan pandangan
masing-masing. Ending seperti itu
menjadi daya pikat lain dari pentigraf ini.
Sesi mengenai pentigraf ini banyak
diminati dan diikuti dengan baik oleh semua peserta. Mengisi sesi setelah
penyajian materi ini, Ibu Rosiana meminta peserta untuk membuat contoh
pentigraf dengan berkata,: “Ada yang mau
mencoba menulis pentigraf?” Peserta kemudian berlatih. Sambil itu, diskusi
dan taya jawab tetap dilakukan. Berikut beberapa petikannya.
Pertanyaan
Ciri2 pentigraf apa?
Jawaban
Ciri-cirinya:
1. Panjang tulisan adalah 3 paragraf
2. Satu paragraf hanya memiliki satu
gagasan pokok.
3. Secara teknis penulisan di
komputer: satu paragraf satu kali ENTER.
4. Sebagai cerpen, pentigraf memiliki
ciri-ciri narasi, yaitu:
A. Alur (ada konfliknya)
B. Tokoh (yang menggerakkan alur)
C. Topik (persoalan yg dialami tokoh)
D. Latar (waktu, tempat, dan suasana)
Pertanyaan
Pentigraf adalah cerpen dengan
dibatasi 3 paragraf yang harus simpel tapi utuh, menarik dan minim kalimat langsung?
Benarkah simpulan saya?
Pertanyaan
Bagaimana kita membandingkan cerita
untuk anak remaja dan dewasa
Jawaban
Cerita anak disesuaikan dunia anak,
menggunakan bahasa mapun isi yang sederhana sehingga mudah dipahami dan
diimajinasikan anak. Karena pada dasarnya anak-anak masih memiliki pemikiran
sederhana. Untuk cerita yang lebih dewasa menggunakan bahasa yang kompleks.
Selain itu, dari segi alur cerita juga mempunyai perbedaan. Alur cerita
anak lebih sederhana. Biasanya, alur cerita anak memunculkan konflik yang kecil
dan sederhana pula. Misalnya, cerita mengenai kancil mencuri mentimun. Hal ini
juga disesuaikan dengan tingkat pola pemikiran anak yang masih sederhana
sehingga anak mudah memahami inti dari cerita.
Pertanyaan
Raja Demagog: Dalam pentigraf ,
konfliknya ada di paragraf keberapa bu ?
Jawaban
Konflik ada di paragraf kedua. Di
sini bisa kita sisipkan satu kalimat langsung saja ya. Paragraf pertama dan
kedua berupa narasi (tanpa dialog)
Pertanyaan
Untuk sudut pandang dalam bercerita
kalau menggunakan sudut pandang orang 1 sebagai pelaku bisa juga ? Apakah
termasuk dalam cerita pengalaman diri ?
Jawaban
Bisa saja. Banyak penulis menjadikan
pengalamannya sebagai ide menulis sehingga banyak pula orang mengira kalau isi
cerita kisah nyata. Padahal, yang namanya cerita fiksi itu tidak murni kisah
nyata.
Pertanyaan
Raja Demagog: Bolehkah dlm akhir
pentigraf kt selipi Quote ?
Jawaban
Saya pikir quote ciptaan sendiri
boleh. Akan tetapi, quote milik orang lain saya tidak tahu, apakah itu termasuk
pelanggaran hak cipta atau bukan.
Penutup
Pentigraf merupakan ide yang menarik untuk
berbagi cerita. Singkat, ringkas, namun menantang. Sebab, tidak banyak orang
yang dapat berpikir singkat, padat, dan jelas. Di tengah dunia yang makin sibuk dan
penuh ide seperti ini, pentigraf dapat menjadi sebuah jamuan yang seharusnya
diseduh dan dinikmati agar hisup menjadi lebih santai, nikamt, dan bermakna.
Resume Belajar Menulis Online Gel 7
Bersama Ibu Rosiana Febriyanti
28 Maret 2020
Penulis:
Grefer E. D. Pollo, dari SDH Kupang
Prov. NTT, Blog: halobelajarsesuatu.blogspot.com, Email: greferedominggu.pollo@gmail.com,
IG: ged.pollo
0 comments:
Post a Comment