Tuesday, May 5, 2020

Menjadi Diri Sendiri Dalam Tulisan


belajar menulis online-omjay
Senin, 4 Mei 2020, hari pertama bekerja di minggu yang baru di bulan Mei tahun 2020. Semua orang sedang sibuk dengan urusannya masing-masing apalagi di masa-masa #stayathome akibat pandemi covid-19, bekerja dari rumah, belajar, dari rumah, beribadah dari rumah. Semua aktivitas dilakukan di dan dari rumah. Hari ini juga adalah hari kedua, Persatuan Guru Republik Indonesia, PGRI sedang melakukan kegiatan Guru Daring Milenial. Juga tak kalah penting dari itu, Belajar menulis online via WA bersama Bapak Wijaya Kusumah yang lebih akrab disapa Omjay berlangsung pada pukul 13.00-15.00 WIB. Serasa hari ini begitu pentingnya.
Dalam kuliah kali ini, Omjay mengundang Bapak Ukim Komarudin yang pernah menerbitkan tulisannya di penerbit mayor untuk menyampaikan materinya dengan tema Pengalaman Menerbitkan Tulisan di Penerbit Mayor. Seperti biasa, kuliah kali ini akan dimoderatori oleh Pak Bambang. Omjay mempersilakan Pak Bambang untuk mengendalikan jalannya kuliah setelah Omjay memperkenalkan Pak Ukim kepada seluruh peserta.
Setelah berterima kasih kepada Omjay karena memberi kesempatan kepadanya untuk memandu pembelajaran siang itu, Pak Bambang mengajak seluruh peserta untuk menyapa pemateri dan mengatur prosedur tanya jawab sebagai berikut: untuk penanya bisa japri ke nomor yang telah ditentukan dengan ketentuan
1. Sebutkan nama dan daerah
2. Hanya 1 pertanyaan
3. Pertanyaan dikirim paling cepat 14.45 (diluar itu tak akan dilayani)

Diri “saya” dan Menulis
Pak Ukim memulai materinya dengan mengucapkan terima kasih untuk kesempatan bisa berbagi pengetahuannya. Oleh sebab masih terus belajar, Pak Ukim berharap peserta dapat memahami kesederhanaan penyampaiannya. Beliau memiliki semangat untuk berbagi semoga dengan dukungan doa dari peserta hal ini dapat bermanfaat, demikian kata Pak Ukim.

Setiap orang punya cara untuk mengekspresikan dirinya dan menemukan siapa dirinya melalui caranya masing-masing. Andapun pasti demikian. Pak Ukim menemukan ekspresi dirinya dalam menulis, dan di dalam menulis dia menemukan tempat yang amat penting untuk mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. Dia tidak pernah kuatir dengan kualitas tulisannya karena itu adalah “dia”, “dirinya”. Pak Ukim menjadi dirinya apa adanya melalui tuisannya. Dalam hal ini, dia bersikap jujur, apa adanya, dan tidak peduli dengan ragam atau apa yang menjadi trend di masyarakat. Menulis dan menulis itulah Pak Ukim. Pokoknya menulis. Menulis adalah kebutuhan. Sampai di sini, Pak Ukim berkata bahwa di dalam menulis dia menemukan siapa “dia”, sehingga jika tidak menulis Pak Ukim merasa ada sesuatu yang hilang dari dirinya.

Demikianlah Pak Ukim menulis apa saja dan apa adanya, terutama yang berkaitan dengan pelajaran karena latar belakang profesinya adalah guru. Selain seputar pelajaran, Pak Ukim juga menulis beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis buku harian. Begitu setiap saat diisi oleh menulis. Semua ini berjalan begitu saja, mengalir begitu saja, hingga suatau saat tulisan-tulisan itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru. Mereka mulai memberi komentar mengenai kualitas tulisannya dengan sebutan tulisan yang emotif dan membuat pembaca larut dalam cerita, bahasa yang digunakan sederhana, mudah dicerna, dan penggalan beberapa tulisan itu dapat dijadikan ceramah atau kultum.

Komentar-komentar ini membuat Pak Ukim termotivasi untuk membukukan semua tulisannya. "Menghimpun yang Berserak" demikianlah judul kumpulan tulisan Pak Ukim. Diberi judul demikian karena merupakan kumpulan dari beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh. Buku ini menjadi terbantu untuk diterbitkan karena di waktu itu Pak Ukim menjadi penanggung jawab penerbitan buku di sekolah sehingga menyisipkan karya pribadinya, selain karya bersama (berlima) menulis dan berupaya buku mata pelajaran. Tindak lanjutnya adalah Pak Ukim di-interview menyangkut buku itu. Pertama tentang buku bersama yakni buku mata pelajaran. Kedua, buku pribadinya, "Menghimpun yang Berserak."

Melalui interview itu, Pak Ukim mendapatkan banyak pelajaran menyangkut hal-hal yang tadinya tidak terpikirkan. Misalnya, beberapa pertanyaan prinsip penerbitan yang awaknya dirasakan oleh Pak Ukim sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, namun oleh bantuan temannya Pak Ukim dapat mengerti sebagai masukan yang berarti. Pertanyaan-pertanyaan itu seperti ini.
  1. Apakah ketika Pak Ukim menulis buku "Menghimpun yang Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?" Kalau sudah ada, apakah buku ini punya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membeli bukunya?
  2. Untuk kepentingan pasar, "Apakah Pak Ukim bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)? dst.

Meskipun pada awalnya PakUkim mereasa bahwa interview tersebut kurang menyenangkan, namun kemudian beliau menindaklanjuti pertemuan dengan penerbit, dan akhirnya ada proses sebelum naik cetak. Seluruh urusan percetakan berjalan dengan baik termasuk penandantangan kontrak kerjasama. Sampai tiba waktunya Pak Ukim mendapat konfirmasi akan adanya pertemuan terkait dengan terbitnya bukunya. Pada pertemuan itu, Pak Ukim menerima buku pribadi berjumlah 5 buku yang berstempel tidak diperjual belikan. Pak Ukim juga diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang Berserak". Launching ini sangat berpengaruh bagi terjualnya buku. Satu hal penting yang dibicarakan di saat itu adalah bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian baru Pak Ukim akan mendapat royaltinya.

Sampai di sini Pak Ukim menyampaikan materinya. Jalannya pembelajaran kemudian diambil alih oleh Pak Bambang yang kemudain memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Peserta sangat mengapresiasi sesi ini dan memberikan banyak pertanyaan bahkan hingga selesai waktu kuliahpun, pertanyaan masih saja diberikan. Berikut beberapa petikan dari sesi tanya jawab.

Pertanyaan
Saya Ratna Jumpa dari Sigli Aceh, ingin menanyakan kepada Bapak, bagaimana  kriteria layak atau tidaknya sebuah buku dapat di terbitkan oleh penerbit terutama buku pelajaran. Trima kasih.
Jawaban
Ibu Ratna yang baik. Memang ada kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata pelajaran, biasanya mereka mencari buku: (1) menunjukkan penggunaan pendekatan baru; (2) lebih lengkap; (3) penulisnya memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak dibaca);  dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik.

Pertanyaan
Om Ukim yg budiman, perkenalkan sy Syukri dari SMAN UNGGUL Dharmaraya Padang, saya bertanya ttg pengalaman om Ukim dalam tulis menulis:
1.      Jeda berapa lama tulisannya mulai di lirik.
2.      Media apa t4 mempublish tulisan om pertama kali.
3.      Gimana latar belakang buku guru juga manusia sehingga bisa best seller,  dan buku besy seller tsb brp exsemplar laku dan brp oom dapat royalti dr buku tsb.(maaf agak privasi)
4.      Dari awal mulai om menulis sanpai sekarang, ada ndak berubah motivasi oom ukim dalam menulis.
5.      saat oom di intervew sama siapa, dan apa hal yg sangat berkesan dari intervew tsb.
6.      keseharian om ukim seperti apa kesibukannya.
7.      apakah buku karya om ukim semua diterbitkan di mayor..
8.      buku mengumpulkan yg berserK tsb berapa naskah semua, naskah mana yg paling berkesan dan berapa lama munulis buku tsb.
9.      Efek hanya pertabyaan, ya jdnya pertanyaannya mengular. Thanks.
Jawaban
Om Syukri yang kreatif. Paling lama 6 bulan. Jika tidak ada kabar. Berpindah ke lain hati (penerbit lain) atau naskah direvisi ulang.
Saya menulis di buletin sekolah, kemudian buletin pendidikan DKI, lalu buletin Diknas, dst.
Buku  Guru juga Manusia bisa terjual banyak karena bantuan publikasi media sosial yang saaat itu sudah mulai menggejala. Untuk buku berikutnya, saya mendapatkan berkah dari medsos itu.
Saya tipe penulis. Mungkin, lebih banyak buku yang tidak saya terbitkan daripada yang saya terbitkan. Saya memang bukan tipe pandai menjual ide. Saya senang menulis. Yang menarik buat saya tulis, ya saya tulis. Tak peduli tak dilirik penerbit. Tapi Allah maha pengasih. Beberapa sering dilirik penerbit dan jadi berkah buat keluarga.
Saya tipe penulis. Mungkin, lebih banyak buku yang tidak saya terbitkan daripada yang saya terbitkan. Saya memang bukan tipe pandai menjual ide. Saya senang menulis. Yang menarik buat saya tulis, ya saya tulis. Tak peduli tak dilirik penerbit. Tapi Allah maha pengasih. Beberapa sering dilirik penerbit dan jadi berkah buat keluarga.
Yang interview dari dulu sampai kini sudah saya tahu. Pasti dia editor. Dialah penentunya. Saya sering berdoa, dan ternyata sering benar, "Dia lebih pintar dari saya". Minimal soal membuat buku saya laku di pasaran.
Semua buku berkesan. Dia seperti anak saya. Dia ada yang berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas. Ada juga yang diam-diam hanya dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut kamarnya. Semuanya saya syukuri. Ia lahir dari saya, saya bangga atas rezekinya.

Pertanyaan
Pak Ukim Komarudin
Jika menulis di mayor di kasih waktu berapa lama untuk menulis setelah menyetorkan judul atau setelah kontrak di berikan, apakah setelah mendapat kontrak menulis di penerbit mayor, akan di tawari kerja sama lagi setiap tahunnya?
Mohamad Soni Jombang
Jawaban
Pak Mohammad Soni yang baik, ketika bertemu penerbit saya sudah bawa naskah utuh. Dari naskah itu kita mulai bicara.
Saya sering diminta menulis terus oleh beberapa penerbit karena beberapa buku saya yang dipergunakan di lembaga pendidikan terbit terus. mungkin sekarang sudah jilid  belasan. Masalahnya di pembagian waktu atau prioritas. kelemahannya juga ada di saya. Pribadi saya kurang bisa kompromi. Tapi percayalah, dari karya Bapak yang sungguh-sungguh akan ada tawaran berikutnya. Masalahnya, Bapak berkenan membagi waktu dan prioritas?

Pertanyaan
Pertanyaan pertama
Saya dulu menulis banyak novel,dan cerpen tapi tidak sampai klimaks sudah bosan.Bagaimana cara mengatasi nya?
Pertanyaan kedua,saya suka menulis novel.Tapi,kenapa saya terus mengulang ulang kesalahan yg sama.Misal tokoh terlalu banyak,jalan cerita mudah ketebak,bagaimana cara mengatasi nya?
Pertanyaan ketiga,saya mempunyai asisten penulis novel-->2 teman saya beda kelas dan teman saya satu kelas.Alasan saya butuh asisten karena mereka sebelumnya pernah menulis novel di wattpad dan menjadi suka menggambar.Sehingga diharapkan agar ceritaku bisa dilihat dari sudut pandang bayak orang,tapi apakah langkah itu sudah betul?
Pertanyaan ke empat,karena banyak orang yang membatu saya,apakah mereka disertakan dalam bagian abstrak/pengenalan penulis,editor,yang dihalaman pertama novel?
Bagaimana cara menulis sesuatu yg sering gagal,agar tidak patah semangat?
Pertanyaan ke enam,saya seringkali menggambarkan isi novel saya dengan kenyataan yang saya alami dan sentuhan unsur fiksi,apakah novel itu kira kira laku dipasaran?
Pertanyaan ke tujuh,saya sering membaca novel remaja lainnya, seperti saga bumi dari Tere Liye, negeri Lima menara dari Ahmad Fuadi dan yang lain.Untuk mencari inspirasi,apakah langkah yang saya lakukan sudah benar?
Jawaban
Diduga Bapak salah memilih kategori ekspresi menulis. Bapak,
harus menempatkan diri sesuai stamina dan kecenderungan Bapak. Ada tipe sprinter, maka pilih cerpen. Kalau Marathon, pilih novel. Mungkin bertahap ya, pak. dari lari jarak pendek karen latihan akhirnya bisa lari jarak jauh.
Ada yang disebut, Premis (tema besar). Biasa terdiri atas satu paragraf. Hebatnya, ia adalah sebuah headline yang memegang pergerakan ide, tokoh, dan alur cerita. Penulis hebat memulia dari itu, Pak. Percayalah, jika tidak memulia dari situ, kemungkinannya kalah tenaga, atau ngawur kemana-mana.
Ada yang disebut, Premis (tema besar). Biasa terdiri atas satu paragraf. Hebatnya, ia adalah sebuah headline yang memegang pergerakan ide, tokoh, dan alur cerita. Penulis hebat memulia dari itu, Pak. Percayalah, jika tidak memulia dari situ, kemungkinannya kalah tenaga, atau ngawur kemana-mana.
Ada yang disebut, Premis (tema besar). Biasa terdiri atas satu paragraf. Hebatnya, ia adalah sebuah headline yang memegang pergerakan ide, tokoh, dan alur cerita. Penulis hebat memulia dari itu, Pak. Percayalah, jika tidak memulia dari situ, kemungkinannya kalah tenaga, atau ngawur kemana-mana.
saya tipe orang yang sering menyembunyikan karaya jika belum final. Saya orang teater, pak. Saya suka membuat kejutan dengan membina puncak-puncak cerita. termasuk di sini kelahiran anak (karya) saya yang mengejutkan.
Permasalahan penulis pemula sering serakah. Jadi penulis sekaligus editor. Akhirnya, nggak jadi-jadi. Baru satu bab dikoreksi. Baru lima lembar disalahkan sendiri. Ya Ambyar.
Tulis saja, nanti ada jurinya: diri sendiri, teman penulis, dan akhirnya editor. Jika mereka menganggap tulisan bapak nggal laku di pasaran, tapi Bapak bilang itu bagus tak apa. Ada suatu masa yang dikatakan banyak orang jelek, saat itu malah dicari dan dibenarkan orang.
Benar, Pak. Membaca yang banyak dan siapa saja yang Bapak suka. Hebatnya, Tuhan Mahakreatif dan Penyayang. Kita akan tumbuh menjadi diri sendiri tidak seperti Tere dan lainnya. Memang ada sedikit unsur, seperti ... tapi dalam dunia imajinassi itu sah. namanya terinspirasi oleh …
Pertanyaan
Nama : makhmud
Asal : gempol pasuruan
Boleh tanya pak ,
Saya baru akan menulis buku , pengalaman bahan utk menulis sudah ada akan tetapi memulai menulisnya kesulitan ,
bagaimana memulai menulis buku yang bisa meyakinkan bagi penulis .
Jawaban
Pak Makhmud yang berani, Mulailah menulis dengan membaca buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi bentukannya seperti buku yang akan Bapak buat. Ketika kita datang ke perpustakaan atau toko buku, kita membaca untuk mendapatkan inspirasi. kadang-kadang, saya membeli buku atas tujuan seperti itu, Pak.
Tentang meyakinkan memang dimulai dari Bapak dahulu. kalau Bapak kurang yakin, celakanya pembaca juga demikian. Mulailah banyak membaca karya-karya yang bagus yang menjadi minat Bapak. Dari situ, bapak punya standar sendiri.

Pertanyaan
saya hetty setyoningrum dari smpn 1 kaloran temanggung, jawa tengah...ingin bertanya adakah tips dan trik agar kita bisa menjadi penulis produktif yang layak diterbitkan? bagaimana cara menumbuhkan rasa percaya diri dalam menulis(memulainya)? terimakasih.
Jawaban
Sahabatku Hetty, penulis yang baik memang pembaca yang baik. Banyak-banyaklah membaca sehingga akan mampu menulis. Saya setuju  dengan himbauan menulislah setiap hari. Tapi tolong disertai membaca agar tulisan kita berkualitas.  Itu hukumnya, Het. Menulis (produktif) pasokannya adalah membaca (receptif).
Manulis saja. Dengarkan respons dari sekitar. Kita memang membutuhkan orang yang membuat kita terlecut menjadi lebih baik.

Pertanyaan
Yulus Roma - Tana Toraja: Luar biasa pengalamannya pak, pertanyaan saya, apakah gaya bahasa sehari-hari bapak tertuang persis sama dengan gaya menulis di buku? Bagaimana mengolah bahasa sehari-hari agar renyah dibaca orang? Terima kasih.
Jawaban
Yulus yang baik, pada akhirnya kita akan menjadi diri kita sendiri. Termasuk dalam hal karya. Yulus akan menemukan warna, tipe, dan kekuatan sendiri dalam menulis. Ketika teman-teman Yulus memuji tulisan Yulus, maka di saat itulah kualitas naik ke permukaan. Teruskan dan pupuk kekuatan itu. Sampai kalau serpihan tulisan Bapak terjatuh di jalanan, ada seorang teman yang mengatrakan kepada Anda bahwa ini tulisan milik Anda. Kita akan bertanya, "kok tahu sih ini tulisan saya?" Dia kan jawab, "Saya sudah hapal itu Gaya Yulus."

Pertanyaan
Assalamualaikum pak Ukim saya ingin sekali tulisan saya sekarang dikelas menulis ini bisa dibukukan, namun tulisan saya, dibaca sendiri aja, masih acak2 an baik bahasa maupun ejaan penulisannya. Apakah tulisan saya itu bisa dibukukan? Bagaimana dengan bahasa dan ejaannya yg belum sesuai ?
Jawaban
Penanya yang budiman, memang semuanya perlu proses. Ide untuk membukukan hasil pelatihan ini merupakan hal brilyan. Mulailah membukukan dengan niat untuk pribadi terlebih dahulu. Dengan membukukan kita punya basic kemampuan yang akan kita ukur kelak setelah berikutnya berproses. Saya doakan anda merasa adanya kemajuan setelah sekian lama berproses.

pertanyaan
Kaswati dari SMKN 1 Nglegok Blitar
Bagaimana langkah kita menulis buku pelajaran yang kita ampu dan bagaimana trik trik jitu agar buku pelajaran yang kita buat bisa di minati para pembaca utamanya kaum pelajar. Terimakasih
Jawaban
Ibu Kaswati,
Mulailah dengan modul atau serpihan bab sebagai pegangan siswa sendiri. Minta mereka memberikan masukan. Tahun depan, semoga Ibu bisa meningkatkannya menjadi buku sederhana tetapi hanya untuk kalangan sendiri. Mintalah masukan kembali kepada anak-anak terkait banyak hal yang pernah saya jelaskan di awal. Setelah itu, saya yakin akan menjeadi lebih baik sampaik Ibu marasa yakin kalau ini layak untuk diterbitkan.

pertanyaan
Suminarsih
Pemalang
Pertanyaan: Dari Pengalaman Bapak penerbit yang menawarkan untuk buku bapak diterbitkan. Untuk pemula tentu harus penulis yg mengajukan proposal ke penerbit? Bagaimana prosesnya?
Jawaban
Ibu Suminarsih bisa datang sendiri ke penerbit atau mengirimnya lewat pos. Kemasannya: (1) surat yang menjelaskan maksud Ibu; dan  (2) Naskahnya. Ingat, jangan file, tetapi print outnya.
Minta tanda terima jika mengantar langsung dan tanyakan biasanya kapan mendapatkan tanggapan. Syukur jika mendapatkan nomor kontak editornya.

Pertanyaan
Selamat sore pak Ukim, saya grefer pollo dari kupang NTT, 
Berdasarkan pengalaman bapak pribadi, apa kelebihan dan kekurangan jika penulis sebagai editor dari tulisannya dan orang lain (bukan penulis) sebagai editor? Terima kasih.
Jawaban
Pak Grefer, maksudnya dalam keseharian tugas Bapak sebagai editor, ya? Wah itu hebat, Pak. Sebab Bapak sudah tahu apa yang harus Bapak kerjakan. Adapun ada orang lain yang mau dan mampu mengedit tulisan Bapak, itu nasib baik. Semoga Tulisan bapak menjadi lebih berkualitas.

pertanyaan
Salam sejahtera pak Ukim. 
Saya mempunyai pengalaman yang mirip dengan bapak Ukim. Bedanya pada konteks dan kondisi.
Saya berada di pedesaan pedalaman Timor yang akses ke penerbit tidak sama. Penerbit di Kota Kupang yang saya temui pertama kali untuk mengantarkan apa yang kira-kira idem dengan milik pak Ukim, Menghimpun yang Berserak; Punyaku kusebut, Catatan Seorang Guru Daerah Terpencil.
Mula-mula pimpinan penerbit tidak percaya kalau saya penulisnya, berhubung yang saya bawa itu fotokopian dari potongan-potongan koran dimana opini-opini saya diterbitkan.
Beruntungnya, saya punya Kartu anggota PGRI. Saya tunjukkan. Ia percaya bahwa saya guru, namun kelihatan pula keraguannya. Saya harus menjelaskan berulang. Nah, saya sadar. Saya datang dari kampung. Tampilan memang kampungan, tidak nampak wajah sebagai penulis., Belum lagi penilaian apakah saya berdompet. Semua itu saya alami. Akhirnya melalui proses panjang berbelit, buku pertama terbit tahun 2015, minta Penerbit sekaligus yang punya percetakan menggandakan sebanyak 200 eksemplar. Nah, kesulitan lain muncul. Masyarakat pendidikan kami (mungkin daerah lain berbeda dengan kami di pedesaan), belum punya kebiasaan membaca. Mana mungkin membeli buku apalagi dari penulis kelas kampung. Itu romantikanya saya merambah dunia kepenulisan secara otodidak.
Hari ini bapak Ukim berbagi pengalaman, saya ingin bertanya, Bagaimana bapak membangkitkan minat baca lingkungan sekitar bapak?Roni Bani _Kab Kupang
jawaban
Pak Roni Bani, yang pekerja keras.
Saya merasa malu membaca pengalaman Bapak yang luar biasa. Saya tidak punya kesulitan yang berate dibanding pengalaman bapak yang berbelit untuk menghasilkan karya. Saya yakin harus ada terobosan baru dalam pemasaran buku Bapak karena jika mengandalkan sebatas teman-teman sekitar, buku itu hanya menjadi “kuntum”. Dia tidak “mekar” apalagi “berbuah” banyak.
Bapak yang ulet, berusahalah  bicara dengan penerbit lain yang mungkin bisa menerbitkan di wilayah yang lebih besar kemungkinan pembacanya. Semoga Bapak beruntung.

Pertanyaan
Assalamu'alaikum. Saya Uri dari Majalengka Jawa Barat, ingin menanyakan kepada Bapak, "Apakah setiap buku yang kita ajukan untuk diterbitkan selalu diawali dengan inteview terlebih dahulu?" Trima kasih.
Jawaban
Ibu Uri,
Interview itu tanda-tanda naskah kita dilirik. Berbahagialah Ibu karena diduga naskah ibu diperhitungkan. Jangan meniru gaya saya yang awam. Untung masih rezeki meski kemudian saya baru menanggapi, saya masih diperhatikan penerbit. Kadang-kadang, naskah kita diterlantarkan oleh mereka tanpa kabar.

Pertanyaan
ika siswati dari tangerang.. Maubertanya kepada bp. Ukim mengenai sistem kerja sama yang saya baca di power point,... Di situ d tuliskan bahwa sistem kerja sama itu ada royalti dan pembelian naskah....Boleh dijelaskan mengenai pembelian naskah pak...terima kasih...
Jawaban
Ibu Ika, ada dua sistem kerjasama. Pertama, naskah dibiayai hingga terbit dengan nama penulis sebagai pencipta buku dipertahankan. Sebagai gantinya, pihak penerbit menawarkan royalty sebagai pengahasilan penulis dengan rentang 10% s.d. 12%). Artinya, penghasilan atau keuntungan sisanya milik penerbit. Kedua, naskah dibeli oleh penerbit. Anda sebagai penulis tak lagi berhak mencantumkan nama karena hak naskah sudah anda jual. Biasanya harga naskah tinggi hingga ratusan juta rupiah.
Pertanyaan
naharuddin NTB. terkait. dg karya tercetak jadi buku yg kemudian menjadi judulnya "menghimpun yg berserak". sepertinya saya pinya karya berserak berupa artikel koran.. Apakah ada peluang dibukukan. Tulisannya tidak boom pak

JAWAB
Bapak Naharuddin yang baik,
Wah itu hebat, Pak. Sejumlah artikel itu Bapak kumpulkan berdasarkan tema. Kemudian bapak lengkapi sesuai dengan isu kekinian sehingga naskah itu pas dengan situasi kini. Tolong Pak jangan disia-siakan. Sepertinya untuk menjadikannya sebagai buku, Bapak sudah setengah jalan tuh.

Pada bagian akhir kuliah kali ini, Pak Bambang meminta kepada Pak Ukim untuk memberikan kata-kata penutup. Pak Ukim menuliskannya sebagai berikut. Tema-teman yang baik. Ada kehebatan dari seorang penulis. Ia jelas ekspresinya. Ia juga punya daya jangkau dakwah yang lebih luas dalam menebar kebaikan. Ia juga punya legacy atau warisan untuk pertinggal jejak kebaikannya, yakni tulisannya. Menulislah, setiap hari. karena anda akan menemukan kebahagiaan; menulis berarti kita MENCIPTAKAN SEJUMLAH KEBAIKAN. (Mohon atas segala kesalahan)

Menulis memiliki dimensi waktu hari lalu, hari ini, dan hari esok, dan setiap tulisan akan menjadi sejarah dan bercerita tentang sesuatu atau sebuah pribadi. Menulis akan meninggalkan jejak kehidupan yang (mungkin) akan diikuti oleh mereka yang ada di belakang kita. Menulis akan berbagi harapan dan pengaruh semakin besar mereka yang terlibat, maka akan semakin besar pengaruhnya.

Di sinilah sebuah penerbit mayor memposisikan perannya.

belajar menulis online


Resume Belajar Menulis Online Gel 7
Bersama Bapak Ukim Komarudin
4 Mei 2020

Penulis: Grefer E. D. Pollo, dari  SDH Kupang Prov. NTT, Blog: halobelajarsesuatu.blogspot.com, Email: greferedominggu.pollo@gmail.com, IG: ged.pollo

2 comments:

  1. menarik. Rupanya seluruh rangkaian materi tidak satupun luput dalam rekaman. Selamat. Anda kurator imitatif yang hebat. ha ha... Maaf, bila istilah ini kurang berkenan.

    ReplyDelete
  2. terima kasih pak roni. komentar yg memberikan motivasi dan isnpirasi

    ReplyDelete