Thursday, May 7, 2020

,

Gelora Hati Sang Penulis: Apa yang Kau Tulis dan Untuk Siapa Tulisanmu?


Hari itu dia bangun di pagi hari. Seperti biasa, dia mengambil waktu untuk berdoa dan membaca kitab suci. Setelah itu, dia memadamkan semua lampu lalu mengambil posisinya di depan laptop dan mulai membaca pesan di whatsapp, mengedit profil instagram, mencari definisi kata, mengecek hari libur, dan meng-convert foto di google.
Setelah semua selesai dilakukan, dia ingin menulis. Apa yang mau ditulis? Tidak tahu. Tapi, ada semangat, ada gairah, ada passion untuk menulis tetapi tidak tahu apa yang harus ditulis. Ya, begitulah, tapi, dia tetap menulis saja. Membiarkan jari jemarinya mengalunkan iramanya sendiri sesuai dengan pesanan sistem otak dan akalnya. Beberapa menit kemudian, tulisannya mulai mengalir mengikuti jemari yang dikendalikan oleh rasa dan logika.
Ya, rasa dan logika, itu dua kata yang mengandung 1000 makna, dan sekarang, telah mengambil tempatnya dalam tulisannya. Keduanya menunjukan sinergi kekuatan super power-nya seperti sebuah dorongan kuat dalam dirinya, mendesak untuk keluar dan mencari jalannya sendiri membentuk genre tulisan bagaikan ritme musik dan simfoni alam yang berpadu dalam jiwa dan raga bumi untuk memberi pesan kepada langit bahwa telah tiba waktunya mentari memberi warna pada buana sesuai dengan kodratnya.
Dan, pesanpun disampaikan, meski Plato pernah berkata bahwa orang yang ingin bergembira harus menyukai kelelahan akibat bekerja, namun kini lelah sudah cukup membungkus diri dalam tidur. Sekarang waktunya untuk bangkit dan bekerja menata dan meniti hari. Maka, setiap insan menikmati alunan lantunan hari yang bergulir tanpa rasa, tanpa gelora, antara ada dan tiada, seperti hembusan nafas dalam diri anak-anak manusia. Selalu ada dan terjadi tapi itu datang dan pergi begitu saja. Siapakah yang merasakan atau sadar untuk mengaturnya?
Sampai di sini, alur ide terhenti, dan diapun berhenti sejenak memikirkan adegan selanjutnya. Jemaripun beristirahat secuil waktu, terletak begitu saja di atas tombol-tombol laptop. Matanya tertuju ke layar laptop sambil membaca dan ke mana lagi kata dan kalimat harus pergi? Sesuatu terpikirkan namun bagaimana menuliskannya? Ada sekumpulan gagasan menari-nari dan meronta-ronta di kepala, namun bagaimana mencairkannya? Bagaimana memberikan akses agar terungkap dalam kata dan tulisan? Dia membaca kembali apa yang telah ditulisnya dari awal kata sampai huruf yang terakhir untuk menemukan ritme, alur yang renyah saat tulisan dibaca tanpa kehilangan dan menghilangkan makna dan tujuan tulisannya.
Gagasan dan goresan pun ditemukan.
Bagaikan kerja, menulis membutuhkan semangat dan energi. Sebuah tulisan yang mengalir dari hati dan emosi dalam bungkusan rasio akan memberi pengaruh yang kuat bagi setiap orang yang tidak hanya mampu untuk membaca huruf, kata, kalimat, dan paragrafnya tetapi menemukan siratan makna dalam rangkaian dari semua itu.
Penulis adalah desainer jiwa. Boleh dikatakan atau sangat mungkin disetujui bahwa hampir setiap agama di dunia memiliki kitab sucinya sendiri yang tertulis. Bayangkanlah jika kitab itu tidak ada, artinya tidak ada orang atau pribadi yang menulis, tidak ada penulisnya. Apa yang terjadi sekarang? Karena itu, jangan meremehkan sebuah tulisan apalagi tulisan itu bermakna bagi kehidupan, jangan meremehkan seorang penulis apalagi penulis bagi kehidupan, jangan meremehkan kegiatan menulis.
Menulis menciptakan sejarah, karena menulis melibatkan rasio, rasa, raga, bahkan iman dan keyakinan diri. Dengan demikian, setiap tulisan yang lahir dari kolaborasi semua itu akan memberi dampak yang besar dan mengubah hidup dan kehidupan mereka yang membacanya terutama mereka yang menemukan siratan dan makna di dalamnya. Seorang penulis mungkin akan menulis pertama-tama untuk dirinya sendiri dengan pintu ruangan yang tertutup, tetapi kemudian pintunya akan terbuka dan mereka semua akan membaca tulisannya. Seorang penulis yang demikian akan menjadi pembuat sejarah dan orang lain akan mengikuti jejaknya.
Selamat menulis, dan jangan berhenti menulis bahkan sampai jemarimu tak sanggup menari lagi, menulislah dengan dan di dalam hatimu.

ged pollo_7 Mei 2020, 07.27am

8 comments: