Menulis adalah menyusun huruf menjadi kata,
kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan paragraf yang tersusun
membentuk sebuah makna. Untuk menyusun huruf menjadi kata bisa jadi banyak
orang dapat melakukannya dengan mudah. Namun, bagaimana jika untuk sampai di
bagian akhir, tulisan yang mempunyai makna? Sampai di sini, mungkin beberapa
dari Anda pernah memiliki alasan: (1) tulisanku jelek, tidak ada orang yang mau
membacanya (2) kehabisan topik, tidak ada topik yang baru untuk ditulis, (3) tema
seperti ini sudah banyak yang menulisnya, (4) aku sibuk, taka da waktu luang
untuk menulis, (5) aku seperti sedang tersesat di pikiranku dan tidak tahu harus
mulai dari mana, (6) aku sedang lelah, kapan-kapan baru aku menulis, (7) jika
kamu berikan aku ide, maka aku akan menuliskannya.
Namun, di sisi lain, ada sebagian orang yang
terus menulis karena memiliki alasan: (1) karena mereka suka membaca, mereka
senang menulis. Menulis membuat wawasan mereka terus bertambah, (2) karena
mereka sangat berbhagia dan menikmati waktu yang lama dan betah di depan
laptop, atau kertas menulis mereka, (3) karena dengan menulis wawasan bertambah
sehingga mereka memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik karena kosa kata
bertambah, dan (4) kehidupan menjadi lebih produktif
Jumat, 1 Mei 2020 adalah hari libur. Para buruh
memperingati hari mereka. Tidak ada demonstrasi buruh seperti tahun-tahun
sebelumnya karena anjuran pemerintah untuk #stayathome mengingat pandemic covid-19.
Namun, meski libur, bertepatan juga dengan kerja dari rumah, beribadah dari
rumah, belajar dari, kelas menulis online via WA tetap berjalan hari ini. Pukul 13.00-15.00 WIB, kelas dimulai. Bapak Wijaya
Kusumah yang kerab disapa Omjay, telah mengundang Bapak Dadang Kadarusman
menjadi narasumber untuk membawakan tema MENULIS SETIAP HARI dan MENERBITKAN BUKU.
Bapak Dadang Kadarusman adalah seorang author, trainer dan public speaker.
Beliau menyelesaikan studi di Bandung ITB. Beliau juga adalah seorang Executive
Developmen Progran (EDP), Executive Developmen Progran (EDP), Asian Intitute Of
Management (AIM) dan Harvard manage mentor
Program (HMM), Proffesional experience dan Proffesional achievement.
Mengenal
Pak Dadang
Kira-kira pukul 14.03 WIB Omjay memberitahukan
semua peserta bahwa siang ini, Bapak Dadang akan membagikan pengetahuan dan
pengalamannya yang luar biasa kepada seluruh peserta. Omjay lalu mempercayakan
jalannya kelas kepada Pak Bambang yang akan menjadi moderatornya. Dua belas
menit kemudian, Pak Dadang hadir menyapa seluruh peserta dan berterima kasih
kepada Omjay Omjay yang telah berbaik
hati mengajak beliau untuk ambil bagian dalam program pelatihan ini dan
memperkenalkan dirinya.
Pak Dadang mengawali kuliahnya dengan
mengisahkan bahwa ayahnya adalah seorang guru sekolah dasar dan sering membawa
buku-buku bacaan. Dari situ, beliau lalu suka membaca dan kemudian sangat
berkeinginan untuk menjadi seorang penulis, maka sejak kecil mulailah beliau
belajar menulis. Satu hal luar biasa yang beliau syukuri bahwa sejak kecil
sampai hari ini, Allah terus beri kekuatan kepadanya untuk terus menulis.
Dengan berharap bahwa meski terbatasnya ilmu
yang beliau miliki ini, semoga bisa menjadi referensi baik bagi para peserta,
beliau menitipkan tautan www.dadangkadarusman.com,
seandainya ada peseerta yang ingin mengenal beliau lebih dekat lagi.
Penerbit
(akan) Mencari Penulis
Banyak penulis yang memiliki kecemasan
tersendiri dan pertanyaan besar adalah setelah tulisan atau buku mereka sudah
jadi bagaimana menerbitkannya. Cara menerbitkan buku adalah kekuatiran penulis.
namun, hal ini perlu diperbaiki. mengapa? Jika 20 tahun lalu menerbitkan buku
itu sangat susah, bahkan banyak buku yang ditolak untuk diterbitkan oleh
penerbit, maka pada saat ini, keadaan itu terbalik. Menerbitkan buku itu sangat
mudah sekali.
Ya, tantangan pada masa kini bukanlah menerbitkan buku, tetapi menulis
setiap hari. Menulsi setiap hari akan menuntun seprang penulis untuk
samapia di titik kualitas dalam tulisan, dan itulah yang akan menarik minta
penerbit untuk menerbitkan buku tersebut. Jika demikian, bukan lagi penulis
yang mendatangi penerbit, tetapi sebaliknya. Penerbitlah yang akan mendatangi
bahkan mencari penulis.
Kebanyakan dari buku-buku Pak Dadang adalah
hasil dari kebalikan situasi di atas, yakni penerbit yang datang dan menwarkan
untuk menerbitkan naskahnya.
Jika demikian, bolanya ada pada penulis, mau
menerbitkan atau tidak. Sekali lagi, jika skill
menulis telah terbentuk sesuai dengan keinginan penerbit, maka penerbit
akan mendatangi penulis. Karena itu, sangat perlu dan harus, menulis setiap
hari unutk membentuk skiil yang
dicari oleh penerbit.
Sekarang, bagaimana seseorang agar bisa menulis
setiap hari? Menulis setiap hari butuh keahlian dan butuh trik. Bagi banyak
orang, menulis setiap hari itu surprise
sekali. Ada orang yang sudah terbitkan buku tetapi tidak bisa menulis setiap
hari. Bahkan ada orang yang menerbitkan buku, namun itu bukan hasil tulisan
mereka. Mereka memberikan pemikirannya dan orang lain yang menulis (ghost writer?). Ghost Writer ini sesuatu yang cukup lumrah terjadi, yakni seorang penulis profesional
yang jasanya dipakai untuk menulis pesanan, misalnya buku. Namun, hak cipta karya
itu bukan milik penulis tetapi yang menyuruhnya. Satu hal yang perlu
diperhatikan adalah jika seseorang hanya fokus pada menerbitkan buku maka dia
mungkin hanya akan menerbitkan buku sekali atau dua kali saja. Kecuali jika dia
melatih untuk menuliskan buku tiap hari.
Selain itu, menulis setiap hari itu membantu
menjaga keselarasan antara otot-otot tubuh dan jiwa. Jika keselarasan itu
terjadi, maka kebiasaan menulis yang terbentuk akan menggerakan seseorang untuk
ketika melihat dan merasakan apapun, selalu ingin menerjemahkannya ke dalam
bentuk tulisan. Luar biasanya hal itu terjadi seperti sebuah refleks. Kebiasaan
menulis ini juga bisa menolong orang yang tipenya pemendam rasa untuk
menuangkannya ke dalam tulisan. Ini sangat baik bagi kesehatan mental dan
psikologi seseorang. Karena itu, menuis bisa menjadi sebuah healing remedy.
Masa sekarang fasilitas sudah sangat membantu. Jika
dulu hanya bisa menulis di kertas, tetapi beda dengan sekarang dapat menulis di
smartphone.
Menulislah setiap hari dan jadilah penerbit
bagi diri sendiri. Seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta
bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya, melainkan orang yang
memiliki kemampuan untuk menuliskan sendiri naskahnya secara mandiri
Asahlah
Komitmen Anda
Bangunlah komitmen menulis dengan tiada hari
tanpa menulis. Jangan melewatkan 1 hari pun dalam hidup kita tanpa menulis. Ini
akan membentuk kepribadian yang handal dalam menulis dengan menghasilkan
tulisan yang berkualitas. Bagi Pak Dadang, 1 hari 1 artikel. Bagi seorang
penulis pemula bukanlah hal yang mudah untuk menuangkan gagasan secara indah
dengan jumlah kata yang ditentukan. Karena itu, gunakanlah format artikel. Apakah
artikel yang dimaksud itu? Artikel adalah sebuah paparan yang memuat buah
pikiran penulis sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Dalam 1 hari, buatah
sebuah tulisan yang jika dibaca orang lain, mereka akan memahaminya.
Bagi penukis pemula ada ketakutan jika
tulisannya tidak dibaca oleh orang lain. Hal itu bisa membuat mereka jadi
rendah diri. Namun, justru ditahap belajar ini, sebaiknya kita tidak terlalu baper soal ada yang baca atau tidak. Mengapa?
Sebab, jika orang lain membaca pun belum tentu mereka memberikan umpan balik
yang positif. Pada kenyataannya, banyak penulis pemula berhenti menulis karena
menerima umpan balik negatif. Teruslah menulis. Jika tulisan yang ditulis sudah
memenuhi standar maka pastilah aka nada yang membacanya.
WHAT makes you write something?
Apa yang membuat Anda menulis sesuatu? Jika pertanyaan
ini tidak mendapatkan jawabannya, maka seseorsng tidak akan menulis lagi atau
berhenti di tengah jalan. Pada kenyataannya, ada orang yang menulis karena
uang. Pak Dadang pernah ada di titik itu ketika membutuhkan uang untuk biaya sekolah.
Tetapi, justru lebih banyak gagalnya dari pada berhasil. Lebih banyak naskah
yang dikembalikan redaksi daripada diterbitkan. Setelah merefelksikan hal ini
maka Pak Dadang menemukan bahwa mendapatkan uang bukanlah nilai pribadinya. Sampai
hari ini, beliau menulis bukan karena uang. Ini bukan berarti tidak boleh
menulis karena uang. Bisa saja. Tetapi, akan dating waktunya seseorang akan
menyadari bahwa itu bukan alasan utamanya. Di sisi lain, ada orang yang menulis
karena ingin berbagi pengetahuan. Di sinilah posisi Pak Dadang kini, dan ini
cocok bagi para pendidik yang memiliki jiwa mendidik.
Menemukan
Ide
Menulis setiap hari pastilah membutuhkan ide
setiap hari juga. Idenya bisa didapatkan dari apapun yang dilihat oleh mata,
didengar oleh telinga, timbul dalam perasaan, dan sebagainya. Semua itu tinggal
menunggu olahan saja. Setiap hari ada banyak hal yang ditangkap dan diraih oleh
semua panca indera dan jumlahnya tak terhingga. Artinya, sumber menukisnya
tiada terbatas.
Seperti biasa, sesi kuliah akan diisi dengan
tanya jawab untuk memperkaya pengetahuan peserta kulaih. Berikut beberapa
petikannya.
Pertanyaan
Selamat siang
Saya Dwi Mulyanti
Dr SMKN 1 Kademangan Kab. Blitar
Pertanyaan saya
1.
Berapa lama pengalaman bapak mengasah menulis
hingga akhirnya dipercaya oleh penerbit seperti sekarang ini?
2.
Sebagai permulaan, Seperti apa strategi dan
Tips memilih penerbit yang sesuai dengan buku yang akan kita terbitkan?
Jawaban
Baik Bu Dwi. Saya mulai menulis sejak SD, aktif
sekali SMP sampai ikut lomba-lomba. Berarti sudah sekitar 40 tahun menulis. 1.
Kapan mulai dipercaya oleh penerbit? Sekitar 10 tahun lalu. Jadi butuh 30 tahun
perjalanan terlebih dahulu. Tapi, ada tapinya. Kondisi saya dulu beda dengan
sekarang. Dulu, penerbit hanya sedikit. Dan mereka punya bargaining power yang
sangat tinggi. Maka mereka sulit ditembus. Sekarang, ada Sangat banyak
penerbit. bahkan menerbitkan sendiri pun bisa. Sehingga Bu Dwi tidak butuh
waktu selama saya untuk diercaya penerbit. #2. Kalau kita masih pemula,
sebaiknya tidak usah menerapkan terlalu banyak kriteria penerbit. Karena kita
yang masih pemula butuh mereka kan ya. Strateginya paling gampang adalah; Ibu
terus ikut kursus menulis seperti ini, lalu bikin naskah sambil konsultasi
terus dengan penyelangara. Omjay, misalnya. Saya yakin beliau bisa
menghubungkan kita dengan penerbit. Jadi ininya seperti saya jelaskan diawal;
Fokus dulu kepada proses mengasah skill menulisnya saja. Lalu biarkan hasil
karyawa ibu berseliweran diruang publik. Nanti, bakal seperti bakal jadi
seperti lampu yang menarik perhatian para laron.
Pertanyaan
Saya Syukri dari padang mau tanya sama bang
deka, yang pertama,nulis setiap hari kalau dipaksakan mungkin bisa ya bang.
Tapi tentang Themanya apakah harus terstruktur atau bagaimana bang. Yang kedua
berapa banyak kah kita harus nulis per hatinya? . Yang ketiga untuk masa berapa
lama tulisan trsebut kita kumpulkan?. Makasih atas jawabannya bang deka.
Jawaban
Baik Pak Syukri. Betul pak, kalau dipaksa bisa.
Tapi, 'paksaan' adalah sebuah proses yang efektif untuk mendisiplinan seorang
pembelajar yang belum memiliki 'refleks menulis' sendiri. Saya misalnya, sudah
mulai menulis sejak SD. Tapi menulis setiap harinya barus setelah bekerja
dibisa HR. Bahkan bagi yang sudah biasa menulispun butuh dipaksa.
1.
Mengenai Thema, dalam tahap belajar; TIDAK USAH
KHAWATIR SOAL TEMA dan sistematika penulisan. Pokoknya nulis saja. Tidak usah
takut salah. toh ini bukan UN kan? Kalau saya bicara dengan penulis yang sudah
pro, saya menuntut mereka hasil karya yang pro. Tapi, bagi pembelajar, yang
terpenting adalah; kemauan untuk terus praktek menulis. Lalu, bersedia
mendengar masukan dari orang lain untuk perbaikannya
2.
berapa banyak perhari? Targetkan 1 karya tulis.
Sepanjang apa? Berapa kata? Bebas. yang penting, karya tulis itu bisa menampung
buah pikiran sehingga pembaca mengerti. Contoh,. jika kita ingin menulis dengan
tema "PANTANG MENYERAH" misalnya. Tulisan bapak tidak usah 1000 kata.
Cukup 2 atau 3 paragraf saja. Lalu, minta orang lain baca. Jika mereka bisa
menerima atau mengerti ide yang ingin bapak sampaikan, berarti tulisan itu sudah
menjadi 1 artikel. Nanti, panjang dan bobot tulisannya pelan-pelan ditingkatkan
3.
Tidak ada standar berapa lama masa pengumpulan.
kecuali jika bapak punya kontrak dengan penerbit. Misalnya disepakati dalam 2
bulan naskah harus selesai. Kalau bapak menulis untuk tujuan lain, maka
waktunya bisa beda lagi
Pertanyaan
Nama saya Heni Ekawati, S.Pd, M. Pd, Asal sy dr
Aceh,,sy betugas di SLB. B YPAC BANDA ACEH
Sy ingin bertanya pak,,dari mana awalnya sy
bercerita yang saya ingin menuliskan tentang kisah Anak Istimewa yaitu Dunia
Tanpa Suara....
Jawaban
Pak
Dadang: Itu topik yang keren.
Dari kalimat "DUNIA TANPA SUARA" saja
sudah mengundang pertanyaan orang. "Apaan sih maksudnya?" Saya
contohkan ya. Saya akan memulai sebuah tulisan dengan tema itu. nanti bisa ibu
lihat bagaimana mengawali tulisannya. Paragraf 1: Hey kamu. Pernahkah kamu
membayangkan bagimana seandainya tidak seorang pun bersuara didunia ini. Tentu
akan sepi sekali harimu kan? Tapi. bisakah kamu membayangkan seandainya hal itu
benar-benar terjadi? Sekarang. Coba pejamkan matamu. Lalu bayangkan. Andai saja
tak segencring suara pun tertangkap pendengaranmu.
Sekarang, bisakan Ibu Heni lajutkan?
Silakan
bu Heni lanjutkan dengan tulisan sendiri. Dan saya akan melanjutkan dengan
tulisan saya
Ibu
Heni:
Eh, tapi. menurut kamu. Apakah mungkin telingamu benar-benar tidak bisa
mendengat bahkan sekedar bunyi 'ting' pun? Nggak ya. Nggak mungkin kamu nggak
dengar bunyi anakku. Tahu kenapa? Karena ketahuilah sayang, bahwa Allah sayang
banget sama kamu. Sehingga engkau bisa mendengar berbagai macam suara.
Paragraf 2 tuch.
Pak
Dadang: Bu Heni lanjutkan punyamu ya.
paragraf terakhir saya begini: Nak. Kamu sudah
bersyukurkah dengan karunia indah itu? Karena ada loh, di desa sebelah. Seorang
gadis yang tidak seberuntung kamu, sayang. Tapi sejak lahir sampai usianya yang
menginjak 15 itu, tidak pernah mendengar apapun ditelinganya selain hening
semata. Hebbbatnya..., gadis itu tidak pernah mengeluh nak. Tidak pernah pula
sekalipun dia bersedih. Pokoknyaaa... a-... aaapa ya. Ehm, ibu...ibu kehabisan kata-kata
untuk menjelaskan kemulian dirinya dibalik heningnya dunianya. Jika kamu tidak
keberatan, sayang. Bolehkan Ibu mencari tahu lebih banyak tentangnya dan
menceritakan kisah indah tentang gadis itu kepada hari Jumat nanti? Sudah
sampai pesannya nggak dengan 3 paragraf itu? Minimal ada 1 gagasan yang sudah
sampai kepada pembaca. Dan diujung ceritanya, ada 'komitmen' untuk melanjutkan.
Kesimpulan: orang bilang memulai itu sulit sekali. kalau saya bilang: MULAI
SAJA SARI SEBUAH KATA yang terlintas dalam pikiran Ibu. Insya Allah. nanti akan
mengalir dengan sendirinya. Dan kalau saya, biasanya sebelum menulis bilang
begini: Ya Allah, apa yang saya harus tuliskan hari ini? Bimbing saya ya Allah
ya.
Pertanyaan
Pak Dadang.saya baru tahu adanya Gosh writter
itu.tapi saya ingin menerbitkan buku itu klo hasil dari tulisan saya sendiri.
yang menjadi hambatan saya selalu ga pede ketika ingin mulai menulis, seakan
ide itu hilang.bagaimana caranya supaya tetap semangat untuk bisa menulis dan
supaya ide itu ga hilang.
Eti Haryati dari Bogor
Jawaban
Keren.
Ijinkan saya menambahkan bahwa menggunakan jasa
"GHOSTWRITER" itu bukan hal yang buruk ya. Tapi itu cocoknya hanya
untuk mereka yang hanya ingin menerbitkan buku. kalau kita kan ingin menjadi
penulis terampil, maka itu bukan opsi yang tepat buat kita. Mengenai tidak
pede. Itulah sebabnya tadi saya sampaikan bahwa dalam proses latihan menulis,
kita tidak perlu terikat dengan target berapa jumlah kata. kan di sekolah dulu
ada pelajaran mengarang ya. bu gurunya bilang panjang tulisan minimal 1500
kata. Widiiih, bagi pemula mah pusing banget. Jadi nyantai aja. Dan tadi kita
bahas juga tentang, tidak usah baperan
dengan respon orang terhadap kualitas tulisan kita. Kita cuek maksudnya? Bukan.
Tapi, kita harus menerima diri sendiri sebagai orang yang baru belajar. Jadi,
kalau pun tulisan kita 'tidak laku' ya nggak apa-apa. Kan baru belajar. Latih
terus aja. Bikin tulisan terus. Kalau belum berani menunjukkan tulisan itu pada
orang lain, biarin aja jadi koleksi pribadi kita. Sambil terus memperbaiki
tekniknya. Nanti kalau sudah ada tulisan yang 'layak' dicobain ke orang lain,
tunjukkan saja. kalau bisa, pilih orang yang tidak akan bersikap negatif. Kesimpulan:
Banyak orang tidak pede saat mau menuangkan gagasan lewat tulisan. Saya bilang,
hey boleh jadi seseorang sedang menanti buah pikiran mu untuk dibacanya dengan
penuh kekaguman. So menulislah.
Pertanyaan
Maaf Om DK, dalam menulis sebuah buku apakah
kita menentukan judul baru menulis artikel2 yg berkaitan dgn judul atau kita
menulis artikel2 dulu baru diberi judul utk menjadi sebuah buku?
Agus Purwadi, Ponjong
Jawaban
Baik pak Agus.
Dulu buku saya yang judulnya
"OUTSHINE" diberi judul duluan. Naskahnya ditulis belakangan.
Sedangkan buku "KETIKA SEMUT DAN GAJAH BEKERJA" ditulis naskahnya
duluan. Jadi, tidak ada keharusan menulis judul dulu atau naskah duluan.
Pertanyaan
Saya coba menulis di kompasiana namun yang
membacanya tidak begitu banyak, Apakah tulisan-tulisan itu bisa di jadikan buku
kompilasi ?
Isar Daduki
Jawaban
Nah, pak Isar. Kalau sebuah tulisan sedikit
yang baca, TIDAK BERARTI tulisannya tidak bagus. Bisa saja tempat penayangannya
yang kurang tepat. Tulisan-tulisan bapak bisa dibuat kompolasi
Kalau ketemu audiens yang tepat, tentu akan
banyak yang membacanya
Pertanyaan
Sangat menarik Om Deka. Bgm menjaga
keistiqomahan menulis setiap hari? Sebab bagi sy kdg semangat menulis, kdg
luruh semangatnya. Terima kasih.
Isminatun, Sukoharjo
Bu Isminatun.
Jawaban
itulah pentingnya menemukan WHAT MAKES YOU
WRITE yang tadi kita bahas. Karena hal itu akan menentukan tingkat istiqomah
kita. Tapi jawabat dari WHAT tadi sifat individual. Kalau kita menulis karena
uang, maka bakal berhenti ketika hasil karyawa kita nggak jadi uang banyak. Tapi
kalau kita punya alasan yang lebih tinggi lebih mulia lebih bernilai Insya
Allah akan istiqomah. Saya, misalnya. Sekarang menulis lebih karena ingin agar
Allah mengajari saya sesuatu. lalu yang Allah ajarkan itu saya bagikan kepada
orang lain.
Dengan itu, maka saya selalu tanya; Ya Allah,
hari ini saya bisa belajar apa?
Dapat jawabannya. Dituliskan. lalu dibagikan. Makanya
sekarang saya justru lebih tertarik untuk menulis artikel setiap hari kemudian
diberikan secara free daripada memikirkan menerbitkan buku. Dengan demikian,
maka gagasan saya bisa lebih cepat sampai kepada orang lain
Penutup
Ibarat cinta, seseorang mudah saja jatuh cinta
karena dorongan rasa, namun dia hanya akan membangun cinta itu dengan komitmen.
Menulis setiap hari bisa saja dimulai dengan cita-cita, impian, dorongan,
gairah, semangat yang menggebu-gebu ingin memiliki buku, namun tanpa komitmen
yang kuat semua itu hanya akan menjadi khayalan. Menulislah sesuai dengan apa
yang Tuhan taruh dalam hati Anda untuk anda nikmati, lalu bagikan kepada orang
lain. Jadi, kasihilah diri Anda melalui tulisan, dan bagikanlah tulisan itu
kepada orang lain sebagai bukti Anda mengasihi mereka, serta kembalikan segala
kemuliaan hanya bagi Tuhan. Menulislah (dan)
lihatah bukumu.
Resume Belajar Menulis Online Gel 7
Bersama Bapak Dadang Kadarusman
1 Mei 2020
Penulis:
Grefer E. D. Pollo, dari SDH Kupang
Prov. NTT, Blog: halobelajarsesuatu.blogspot.com, Email: greferedominggu.pollo@gmail.com,
IG: ged.pollo
Menulislah terus sampai menulis itu dilarang.Indahnya saling berkunjung
ReplyDeletewww.sarastiana.com
Terima kasih pak. Sukses selalu
DeleteTerima kasih pak. Sukses selalu
ReplyDeleteKeren banget Pak, semangattt
ReplyDeleteTerima kasih bu. Sukses selalu
DeleteTerima kasih bu. Salam sukses buat ibu
DeleteMantuuuulll
ReplyDeleteterima kasih bu ditta
ReplyDelete