Sunday, April 26, 2020

MENGAJAR GAYA MOTIVATOR


mengajar gaya motivator
Dilihat dari peran dan fungsinya, seorang guru dapat disebut sebagai motivator. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberi arti kepada kata “motivator”, salah satunya sebagai orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu; pendorong; penggerak. Setiap hari seorang guru mengajar dan mendidik siswanya dan di dalamnya turut memberikan motivasi dan menggerakkan motivasi siswa untuk belajar. Namun, tak dapat disangkal bahwa belum semua guru menyadari akan hal ini dan melakukannya, padahal banyak ditemukan termasuk beberapa penelitian telah membuktikan bahwa banyak siswa mengalami kekurangn motivasi dalam belajar yang disebabkan oleh berbagai faktor baik dari siswa maupun guru itu sendiri.

Sehubungan dengan hal di atas, pada Kamis, 16 April 2020, melalui kuliah online via WA, Omjay sebagai pengelola kuliah mengundang Bapak Aris Ahmad Jaya, DVM., MM sebagai narasumber untuk berbagi materi dengan tema Mengajar Gaya Motivator. Bapak Aris, dilahirkan di Pati pada tanggal 23 Febuari 1974. Dalam pengalaman studinya, pernah diterima di IPB dan UGM tanpa tes. Beliau menyelesaikan gelar dokter hewan pada tahun 2000  dari IPB dan meraih gelar Master Manajemen di UIKA Bogor Tahun 2015. Beberapa aktivitas yang pernah dilakukan oleh Bapak Aris adalah sebagai:                  
  • Motivator Nasional Character Building “Auto Sugesti Power” 
  • Penulis Buku Motivasi Best Seller 30 hari Mencari Jati Diri
  • Terapist Trauma Heling Nasional
  • Owner ABCo
Juga tak kalah dengan aktivitas-aktivitas di atas, beliau juga mengumpulkan sejumlah pengalaman berorganisasi seperti:
1.      Ketua Umum OSIS SMU Institut Indonesia I Yogyakarta 92/93
1.      Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan  IPB Tahun 96/97
2.      Sekretaris Jendral Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia  97/99
3.      Ketua Delegasi Studi Banding Pendidikan Kedokteran Hewan Indonesia - Malaysia 97
4.      Personalia Manager PT SCo Prima Inovatindo 2000-2002
5.      Direktur PT ABCo Sugesti Motivatindo  2003 – 2014

Selain itu, ada sekumpulan buku yang pernah ditulis oleh beliau, di antaranya:
  1. Hari Mencari Jati Diri (Best Seller) terjual lebih dari 39.000 buku (2003), Spirit Of Success ,ABCoPulisher (2006),
  2. Motivadrenalin, Meningkatkan adrenalin motivasi menuju sukses dan bahagia. ABCo Publisher 2008
  3. Motimorphosis, MotivasiMenujuPerubahan. ABCo Publisher 2010
serta mengikuti dan memberikan training di berbagai tempat.


Mengajar Gaya Motivator
Guru betulan dan guru kebetulan
Momentum saat ini, banyak perubahan terjadi. Seluruh tatanan kehidupan berubah. Semua orang dianjurkan dan diminta untuk bekerja, beribadah, dan belajar dari rumah. Termasuk para siswa belajar dari rumah dan para guru mengajar dari rumah. Momen ini menjadi tantangan tersendiri bagi para guru untuk belajar memiliki seni dicintai dan mengajar secara menarik bagi anak-anak. Tantangan ini akan menguji niat hati seorang guru. Apakah dia guru betulan atau guru kebetulan. Apakah itu guru betulan dan guru kebetulan?
1.      Guru Betulan
Guru seperti ini memang sejak awal sudah niat jadi guru. Memang memiliki niat untuk menjadi guru. Guru betulan bisa jadi guru yang diidamkan.
2.      Guru Kebetulan.
Tipe guru ini hanya karena kebetulan ada lowongan jadi pengajar, kebetulan lulus dari universitas, sambil menunggu panggilan kerja, maka menjadi guru dulu. Kebetulan ada yayasan orangtua yang butuh guru. Kebetulan ada teman yang mengajak sehingga dari pada menganggur lebih mengajar. Ini akan menjadi salah jika diteruskan dan tidak mau belajar. Kecuali, guru tersebut mau belajar menjadi guru betulan.
Sangat penting bagi seorang guru untuk mencintai ilmu yang akan diberikan kepada siswa, mencintai profesinya, dan memberikan inspirasi bagi siswa-siswanya.




Guru Nyasar, Guru Bayar, Guru Sadar
Tantangan yang dihadapi oleh seorang akan berdampak kepada kualitas kerja atau kinerjanya, dan kinerja ini dipengaruhi pula oleh apa yang ada dalam hati guru tersebut dan bagaimana dia menjadi seorang guru. Melihat pada kinerja dari seorang guru, dapat dibagi menjadi 3 tipe guru:
  1. Guru Nyasar
Guru yang seperti ini tidak punya tujuan dan arah dalam pengajarannya. Karena itu,, guru tersebut harus segera sadar akan kondisi ini
  1. Guru Bayar
Guru tipe ini energinya tergantung pada finansial. Jika ada uang maka dia akan mengajar dengan penuh semangat, dan begitu sebaliknya.
  1. Guru Sadar
Inilah guru yang kehadirannya dikasihi oleh siswanya dan kata-kata guru seperti ini memberi inspirasi dan berdampak baik bagi kehidupan siswanya

Mengajar gaya motivator adalah mengajar sebagai guru yang sadar dan memberikan keilmuan yang benar dan mengajar siswanya untuk mengerti lingkungannya dan berdampak bagi kehidupan siswanya, dan untuk dapat mengajar seperti demikian maka, guru harus terus melakukan evaluasi, perbaikan, dan belajar untuk maju. Menerapkan hal ini akan membuat guru memiliki pengetahuan yang terus berkembang dan berguna saat pengetahuan itu diterapkan dalam kesehariannya.

Dalam kesehariannya sebagai guru, ada empat peran yang sangat penting yang sering terlupakan, yakni mengajar, mendidik, menginspirasi, menggerakkan. Terlupakan artinya kebanyakan guru hanya berhenti pada peran mengajar. Guru mesti kembali untuk meneruskan perannya kepada mendidik, menginspirasi, dan menggerakkan supaya kehadiran dan keseluruhan aktivitas mengajarnya menjadi menarik dan menyenangkan. Menjadi guru yang menarik dan menyenangkan adalah salah satu syarat dalam mengajar gaya motivator. Di dalam mendidik, sang guru akan memberikan inspirasi kepada siswanya. Dengan demikian, guru akan mendorong siswa untuk membuat story mereka sendiri dan bukannya sekedar melengkapi story orang lain. Guru yang demikian justru akan menjadi bagian dari history siswanya dan bukan sekedar story dari hidup siswanya.
Tentu saja guru seperti itu akan menarik dan menyenangkan bagi siswanya. Saat bertemu pertama dengan guru yang demikian para siswa memiliki ketertarikan tersendiri, dan hal ini akan berlanjut kepada kesenangan. Artinya, guru seperti demikian akan disenangi oleh siswanya.
Guru yang mengajar gaya motivator tentu akan menolong siswanya untuk menemukan nilai tambah dalam diri mereka (para siswa). Tiga langkah berikut perlu diperhatikan untuk menemukan nilai tambah siswa:
  1. Diterima
  2. Diizinkan
  3. Dirindukan

Guru yang diterima, diizinkan, dan dirindukan oleh siswa akan membuat kelas pembelajarannya seperti sebuah rumah yang nyaman di mana setiap siswa akan merayakan dan dirayakan, menerima dan diterima, mengasihi dan dikasihi. Di rumah itu, guru akan mengenal siswa yang diajarnya dan bersikap melayani dan bukan dilayani, menghargai dan bukan dihargai.
Hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru sehingga hal-hal tersebut dapat terjadi, yaitu:

Persiapkan diri menjadi pribadi menarik
Hal yang termasuk di dalamnya adalah penampilan dan perilaku guru, baik di dalam kelas dan di luar kelas. Ini akan menjadi guru tersebut layak diizinkan oleh siswanya. Jika siswa mengizinkan maka mereka akan memerhatikan guru tersebut dan bukan sekedar melihat, dan mendengarkan bukan sekedar mendengar.

Dalam pikiran siswa ada dua pintu: mengizinkan dan tidak mengizinkan.
1.      Jika pintu mengizinkan terbuka, maka siswa akan senang dan nyaman belajar dengan guru tersebut
2.      Jika pintu tidak mengizinkan terbuka, maka siswa tidak suka belajar. Materi yang disampaikan guru tidak akan sampai ke pikiran dan hati siswa

Beberapa tips untuk membuka pintu mengizinkan:
1.      Guru masuk ke kelas dengan senyuman, 1225 (1 dari hati, 2 cm kanan kiri, 5 detik)
2.      Guru menyapa dengan salam seerpti: "Semoga yang menjawab salam saya, cerdas otaknya", atau "Semoga yang menjawab salam akan menjadi orang sukses".
3.      Memberikan apresiasi dengan berkata "saya suka mengajar di sini", "kelas ini penuh semangat", "kalian hebat". Berikan ungkapan bahwa guru menyenangi siswanya dan bangga kepada mereka.
4.      Memberikan simulasi (ice breaking) sebelum pembelajaran dilakukan.
5.      Gunakan prinsip “Tempa besi selagi panas”. Guru mesti jeli melihat kebaikan siswa. Memberikan apresiasi baik secara personal ataupun massal. Gunakan setiap momen yang tepat untuk memberikan pujian itu.

Menemukan nilai tambahnya, nilai unggulnya dan masuklah melalui itu
Setiap orang memiliki keunggulannya masing-masing, demikianpun setiap siswa. Guru perlu bahkan harus menilai setiap siswa menurut kesanggupannya, menurut kemampuannya masing-masing. Seperti perkataan Albert Einstein, Semua orang itu jenius. Tetapi jika Anda menilai ikan dengan kemampuannya untuk memanjat pohon, ia akan menjalani hidupnya dengan percaya bahwa itu bodoh (https://motivasee.com/semua-orang-itu-jenius-te-anda-menilai-ikan-kemampuannya/).

Guru harus paham bahwa setiap siswa itu unik sehingga mereka berbeda (tidak sama). Guru tidak dapat membandingkan satu siswa dengan siswa yang lainnya. Justru mereka harus dididik menurut keunikan mereka masing-masing. Dengan demikian, para siswa akan merasa diterima apa adanya, dihargai dan mereka sendiripun akan belajar menghargai temannya.

Mungkin seorang siswa tidak mampu dalam matematika, namun dia memiliki keahlian di bidang seni. Sedangkan mungkin seorang siswa mampu dalam bidang IPA namun, dia gagal dalam bidang IPS. Hal ini lumrah dalam dunia pendidikan. Guru perlu tahu dan sadar bahwa setiap siswa akan sukses di panggungnya masing-masing. Karena itu, guru mesti berikan panggung itu kepada mereka.

Untuk dapat berikan panggung itu kepada siswa beberapa tips ini bisa membantu:
1.      Momentum sangat penting. Lihat nilai lebih siswa dan pada kesempatan yang tepat percayakan dia untuk melakukan sesuatu. Ilmu yang dimiliki namun dikerjakan pada momentum yang kurang tepat akan kurang bermakna
2.      Pemain vs penonton. Ajaklah siswa untuk berada dalam posisi pemain dan bukan penonton. Guru dapat bertanya sekaligus mengajak siswa untuk berbuat sesuatu. Misalnya, guru bertanya kepada siswa: “Jika kamu masuk ke kelas ini, dan kelas ini kotor, apa yang akan kamu lakukan?”
3.     Banyak siswa yang menjadi korban bullying dan itu merusak citra diri mereka. Demikian pula guru perlu memperhatikan kata-kata yang dia ucapakan kepada siswa. Guru perlu memberikan label positif dan bermakna kepada siswa sehingga membangun citra diri yang benar dalam diri siswa. Misalnya, meski tidak semua siswa dalam kelas memiliki sikap antusias dalam belajar matematika, namun guru dapat berkata: “Ssaya senang karena kelas ini sangat berantusias belajar matematika”.






RESUME MATERI BELAJAR GELOMBANG 7
BERSAMA H. ARIS AHMAD JAYA, DVM, MM.
16 April 2020














Penulis: Grefer E. D. Pollo, dari  SDH Kupang Prov. NTT, Blog: gedpollo.blogspot.com, Email: greferedominggu.pollo@gmail.com, IG: ged.pollo

0 comments:

Post a Comment