Thursday, November 12, 2020

,

Membangun Pendidikan Kolaborasi

 


pembelajaran daring
Melakukan pembelajaran daring (Oktober 2020)


Oleh: Grefer E. D. Pollo, S.P., M.Pd


Pendidikan yang kita kenal saat ini memiliki sejarah yang panjang. Sejarah ini terlihat jelas dari proses pendidikan mulai dari pendidikan pra sejarah, tradisional, modern, dan post modern.

 

Proses dan pertumbuhan ini memberi kesan vital dan esensialnya sebuah pendidikan demi membentuk manusia menjadi pribadi yang utuh yakni memiliki roh, jiwa, dan tubuh serta dapat memberi kontribusi yang berarti bagi masa kini dan masa depannya.

 


Kesan yang sangat penting ini terus mendapat tantangan pada tiap generasi pembelajarnya. Misalnya pada masa kini, tantangan terbesar yang dihadapi adalah adanya tautan baru antara dunia ilmu dan teknologi yang mengakibatkan sinergi keduanya semakin cepat dan kuat.

 

baca juga: https://halobelajarsesuatu.blogspot.com/2020/11/membaca-dan-menulis.html


Kesanggupan guru, siswa, dan orang tua dalam mengelola sinergi ini akan sangat menolong para siswa dalam membangun dirinya secara holistis. Menyikapi tautan dan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi ini, beberapa sekolah dan keluarga yang bersikap positif namun ada juga sebaliknya.

 


Pendidikan di abad 21 merupakan kelanjutan proses dari abad-abad sebelumnya. Banyak pihak dan fenomena yang penting di dalam model dan nilai pendidikan abad 21 ini. Antara lain:

 

Sejatinya sebuah pendidikan dimulai dari dalam keluarga. Para orang tua adalah guru pertama dan pribadi yang pertama-tama bertanggung jawab terhadap pendidikan anak dan keluarga mereka. Melalui mereka, anak-anak belajar mengenal huruf, angka, warna, berjalan, berlari, membangun emosi, karakter, berelasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena pendidikan tidak terlepas dari sebuah keyakinan yang dipegang oleh orang tua, maka anak-anak akan dididik oleh mereka sesuai dengan keyakinan mereka termasuk juga dalam mencari sekolah bagi anak-anak mereka.

 

Sekolah Lentera Harapan Kupang
Saat masih memimpin Sekolah Lentera Harapan Kupang tahun 2012

Bentuk-bentuk keyakinan tersebut seperti religiusitas, pergaulan, komunikasi, peradaban, dan pemanfaatan teknologi.

 

Teknologi telah berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan bahasa (komunikasi), filsafat, industri, pasar, dan tenaga kerja yang berdampak pada kebutuhan hidup manusia baik yang bersifat mendasar maupun tambahan. Demi menjawab kebutuhan akan penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan turut memberikan kontribusi positif, sinergis, dan strategis.

 

pembelajaran daring
Mempersiapkan pembelajaran daring di Sekolah Dian Harapan Kupang tahun 2020

pelatihan guru
Pelatihan guru Sekolah Dian Harapan Kupang awal tahun akademik 2020-2021

pembelajarn holistis
Melakukan ujian nasional pertama kali untuk tahun akademik 2020-2021
di bawah koordinasi SMA N 3 Kupang
Pengawas pembina SMA sedang melakukan pengawasan pelaksanaan UN 20182019


pembelajaran holistis
Melakukan ujian nasional pertama kali untuk tahun akademik 2020-2021
di bawah koordinasi SMA N 3 Kupang
Pengawas pembina SMA sedang melakukan pengawasan pelaksanaan UN 20182019

Kontribusi pendidikan terhadap perkembangan dunia dan zaman nyata terlihat dalam kurun waktu duapuluhan tahun terakhir ini, seperti perkembangan informasi yang dapat di akses kapan saja, di mana, dan oleh siapa saja yang melek teknologi. Mereka ini mampu menjangkau pekerjaan rutinnya secara otomatis kapan saja dan di mana saja.

 

baca juga: https://halobelajarsesuatu.blogspot.com/2020/10/sekolah-di-padang-gurun.html


Oleh karena itu, para lulusan sekolah yang pada akhirnya akan menjadi tenaga kerja dan pencipta lapangan kerja ini perlu bergaul, beradaptasi, berinovasi, dan mengadopsi berbagai alat dan media teknologi di dalam proses pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah.

 

Semakin berkembangnya media teknologi informasi semakin memberikan pengaruh terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat bahkan menciptakan budaya baru dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

 

 

Proses belajar mengajar dengan pola tradisional di mana guru sebagai pusat dan satu-satunya sumber belajar sudah semestinya mengalami transformasi menjadi pembelajaran yang efektif, otentik, aktual, sesuai kebutuhan pembelajar, tujuan pendidikan nasional, harapan orang tua, dan masyarakat. Pembelajaran seperti ini menjadi efektif, holistis, dan transformatif di mana Tuhan Sang Pencipta sebagai pusat, para guru sebagai fasilitator dan mengarahkan arah pembelajaran, serta berorientasi kepada siswa.

 


pembelajaran daring
professional development guru Sekolah Dian Harapan Kupang Juli 2020



Mengapa berpusat kepada Tuhan Sang Pencipta? Oleh karena Tuhan adalah pusat dan sumber kehidupan. Dialah yang menciptakan segala sesuatu termasuk manusia, supaya manusia beribadah kepadaNya dan menikmati segala ciptaanNya.

 

Mengapa perlu diarahkan oleh guru? Karena guru yang berperan sebagai pengajar dan pendidik. Kepada guru, Tuhan memberikan anugerah panggilan khusus untuk membentuk kognitif, psikomotor, afektif, karakter, dan spiritual seorang anak. Mengapa berorientasi kepada siswa? Oleh karena siswa adalah pembelajarnya. Subyek dan obyek belajar.

 

Semakin besarnya tantangan kehidupan dan perkembangan teknologi, maka proses pembelajaran pun semakin ditingkatkan untuk mengarahkan siswa memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai dan mumpuni. Proses belajar menghafal sudah seharusnya berkembang menjadi menganalisa, menciptakan, dan mengevaluasi.

 

baca juga: https://halobelajarsesuatu.blogspot.com/2020/11/biblical-studies.html


Guru seharusnya membimbing siswa untuk menemukan potensi, kompetensi, dan talentanya serta mengarahkan mereka untuk mengeksplorasi dan mengembangkannya. Mereka perlu memahami cara menyelesaikan masalah, alasan mereka belajar, dan cara belajar sehingga jurang pemisah antara teori dan praktek semakin sempit dan terjangkau.

Dalam konteks ini, para guru perlu mengembangkan model pengajarannya dengan cara mengoptimalkan semua penggunaan teknologi pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat diakses di mana saja dan kapan saja.

 

Para guru mesti juga mengeksplorasi dan mengelaborasi model belajar kelompok untuk membangun semangat kerja sama, pembelajaran dikemas dalam konsep interdisipliner dan secara intens mendesain model pembelajaran yang memotivasi para siswa untuk memiliki kemampuan yang optimal dalam menyerap dan menginterpretasi informasi.

 

Hal-hal tersebut di atas akan efektif terjadi jika sekolah menjadi rumah kedua bagi para siswa.

 

Pendidikan abad 21 adalah model pendidikan yang membantu siswa untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya pada saat ini. Artinya, siswa dapat bertahan hidup, memperjuangkan hidup, mengembangkan, dan merencanakan hidupnya di masa depan sesuai konteks zaman sekarang serta prediksi masa depan.

 

Menyikapi hal ini, siswa perlu dibekali mengenai konsep kompetisi dan kolaborasi. Siswa harus tahu bagaimana menghadapi persaingan serta hidup bekerja sama.

 

Kompetisi perlu dikemas secara bijak sehingga tidak memberi kesan bahwa manusia dapat hidup sendiri dan tidak membutuhkan orang lain.

 

baca juga: https://halobelajarsesuatu.blogspot.com/2020/05/gelora-pendidikan.html


Pemikiran di atas sejalan dengan model empat pilar pendidikan untuk menyongsong abad 21 yang telah disusun oleh sebuah badan khusus PBB bernama United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), yakni: (1) Learning to how (belajar untuk mengetahui); (2) Learning to do (belajar untuk melakukan); (3) Learning to be (belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu mandiri yang berkepribadian); dan (4) Learning to live together (belajar untuk hidup bersama).

2 comments: