oleh: Grefer E. D. Pollo, S.P., M.Pd
Matius 5:3: "Berbahagialah
orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Sorga (Hineni he'ani mima'as: ini aku Tuhan seorang miskin yang melayani)
Bangsa Israel mencapai masa kejayaannya pada masa Salomo menjadi raja. Dia berkuasa atas segala kerajaan mulai dari sungai Efrat sampai negeri orang Filistin, dan sampai ke tapal batas Mesir.
Mereka menyampaikan upeti, dan tetap takluk kepada Salomo seumur hidupnya. Ia membuat banyaknya emas, dan perak di Yerusalem sama seperti batu, dan banyaknya pohon kayu aras sama seperti pohon ara yang tumbuh di Daerah Bukit.
Kekayaan dan kemashyuran ini tak terasa membuat bangsa Israel dan rajanya menjadi begitu terkenal, bangga, dan sombong lalu membelakangi Tuhan dan menyembah berhala dan patung-patung. Tuhan begitu marahnya, lalu membuang Israel ke Babel pada tahun 586.
Nusantara pernah dijajah bangsa asing tetapi tetap hidup di tanah airnya. Israel bangsa kesayangan Tuhan dibuang ke negeri orang selama 70 tahun (3 generasi). Bayangkanlah seorang anak kesayangan yang begitu jahatnya lalu diusir keluar rumah oleh bapa kandungnya sendiri.
Israel, anak kesayangan Tuhan (Keluaran 4: 22-23, Maka
engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah
anak-Ku, anak-Ku yang sulung; sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah
anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak
membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung.")
menjadi sangat miskin dan menderita karena dibuang keluar tanah airnya.
Mereka
menderita secara fisik dan rohani. Secara fisik karena hidup di daerah jajahan
dan bukan di tanah air sendiri, secara rohani karena tekanan dosa dan tidak dapat
diampuni, tidak dapat pergi ke Yerusalem.
Pada masa itu jika orang berbuat dosa
maka dia harus membawa korban ke Yerusalem bertemu seorang imam untuk melakukan
ibadah pengampunan dosa tapi kini mereka di Babel jauh dari Yerusalem, mereka
merindukan Sion (Mazmur 137). Mereka tidak bisa beribadah di Babel.
Orang Israel mulai berupaya bagaimana mereka bisa
tetap beribadah di tanah pembuangan. Mulai saat itu, di saat mereka ibadah
selalu ada pemimpin pujian yang mengawali ibadah dengan nyanyian HINENI HE'ANI MIMA'AS: ini aku Tuhan
seorang miskin yang melayani. Mereka belajar untuk merendahkan hati
sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. siapakah yang akan dengar? Mereka berharap
Tuhan dengar.
Mereka berperilaku seperti seorang pengemis, peminta-peminta yang
sangat miskin dan tidak bisa hidup jika tidak menerima sedekah jika tidak ada yang
menolong. Itulah nyanyian mereka selama kurang lebih 500 tahun. HINENI HE'ANI MIMA'AS: ini aku Tuhan
seorang miskin yang melayani.
Kurang lebih 50 tahun kemudian, Yesus (firman Allah
menjadi manusia), berkhotbah di atas bukit dengan ucapan bahgia yang pertama: Matius
5:3: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah
yang empunya Kerajaan Sorga.
Dalam bahsa asli: miskin (bahasa Yunani: ptÅchos, cara ucapa: pto-khos):
sangat miskinnya sehingga hanya dapat hidup dari meminta-minta. Bukan miskin
karena masih dapat makan sebulan dari gaji, dll.
Mereka adalah peminta-minta.
Hidup dari meminta sedekah orang lain. Meminta sedekah dari Tuhan. mereka
inilah yang diberkati dan empunya kerajaan Allah.
Kiranya mulai hari ini, saat kita beribadah
ingatlah akan hal ini sungguh-sungguh dalam hati dan janganlah menyombongkan
diri di hdapan Tuhan karena alasan apapun, termasuk jerih lelah kita di hadapan
Allah.
Wahyu 2:2-5, Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun
ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang
jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi
yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan
engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal
lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan
kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!
Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak
demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari
tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat).
Kita tak dapat hidup tanpa belaskasihan
Tuhan Yesus.
HINENI HE'ANI MIMA'AS:
ini aku Tuhan seorang miskin yang melayani.
sumber gambar: Gerd Altmann from Pixabay
Israel, anak kesayangan Tuhan (Keluaran 4: 22-23, Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung.") menjadi sangat miskin dan menderita karena dibuang keluar tanah airnya.
Mereka menderita secara fisik dan rohani. Secara fisik karena hidup di daerah jajahan dan bukan di tanah air sendiri, secara rohani karena tekanan dosa dan tidak dapat diampuni, tidak dapat pergi ke Yerusalem.
Pada masa itu jika orang berbuat dosa
maka dia harus membawa korban ke Yerusalem bertemu seorang imam untuk melakukan
ibadah pengampunan dosa tapi kini mereka di Babel jauh dari Yerusalem, mereka
merindukan Sion (Mazmur 137). Mereka tidak bisa beribadah di Babel.
Orang Israel mulai berupaya bagaimana mereka bisa tetap beribadah di tanah pembuangan. Mulai saat itu, di saat mereka ibadah selalu ada pemimpin pujian yang mengawali ibadah dengan nyanyian HINENI HE'ANI MIMA'AS: ini aku Tuhan seorang miskin yang melayani. Mereka belajar untuk merendahkan hati sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. siapakah yang akan dengar? Mereka berharap Tuhan dengar.
Mereka berperilaku seperti seorang pengemis, peminta-peminta yang
sangat miskin dan tidak bisa hidup jika tidak menerima sedekah jika tidak ada yang
menolong. Itulah nyanyian mereka selama kurang lebih 500 tahun. HINENI HE'ANI MIMA'AS: ini aku Tuhan
seorang miskin yang melayani.
Kurang lebih 50 tahun kemudian, Yesus (firman Allah
menjadi manusia), berkhotbah di atas bukit dengan ucapan bahgia yang pertama: Matius
5:3: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah
yang empunya Kerajaan Sorga.
Dalam bahsa asli: miskin (bahasa Yunani: ptÅchos, cara ucapa: pto-khos): sangat miskinnya sehingga hanya dapat hidup dari meminta-minta. Bukan miskin karena masih dapat makan sebulan dari gaji, dll.
Mereka adalah peminta-minta.
Hidup dari meminta sedekah orang lain. Meminta sedekah dari Tuhan. mereka
inilah yang diberkati dan empunya kerajaan Allah.
Kiranya mulai hari ini, saat kita beribadah ingatlah akan hal ini sungguh-sungguh dalam hati dan janganlah menyombongkan diri di hdapan Tuhan karena alasan apapun, termasuk jerih lelah kita di hadapan Allah.
Wahyu 2:2-5, Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat).
Kita tak dapat hidup tanpa belaskasihan Tuhan Yesus.
HINENI HE'ANI MIMA'AS: ini aku Tuhan seorang miskin yang melayani.
sumber gambar: Gerd Altmann from Pixabay
Mantap tulisan refleksi keimanan
ReplyDeleteterima kasih pak roni
Delete