oleh: Grefer E. D. Pollo, S.P., M.Pd
Orang yang memiliki hutang akan berusaha untuk melunasinya. Seseorang yang memiliki hutang berarti dia pernah menggunakan milik orang lain yang harus diganti.
Memiliki hutang berarti pernah
ada peranan orang lain dalam hidup kita sehingga hidup kita menjadi seperti
ini. Orang yang memiliki hutang tidak akan tenang dalam hidupnya kecuali dia
telah membayarnya.
Hutang adalah masa lalu yang
harus dibereskan. Ada hutang yang bisa kita bereskan dengan membayar ganti
ruginya. Namun, ada yang tidak dapat digantikan karena begitu mahal harganya
sampai-sampai hidup kitapun tidak dapat menebusnya kembali.
Mungkin kita pernah
berhutang uang kepada teman kita dan sudah kita gantikan. Kita pernah ditraktir
makan dan mungkin kita sudah mentraktirnya kembali. Kita pernah dipinjamkan
sesuatu dan juga mungkin kita sudah pernah mengembalikannya bahkan ditambah
bonus atau bunganya.
Di samping itu, kita berhutang kepada orangtua kita, berhutang kepada guru-guru kita, berhutang kepada teman-teman kita, berhutang kepada semua mereka yang pernah mempengaruhi hidup kita sampai hari ini. Kita berhutang kehidupan dan pengalaman hidup yang sangat sulit kita gantikan.
Terutama berhutang kepada Kristus yang telah mengasihi
kita dan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Hutang ini tidak dapat dibayarkan
bahkan dengan memberikan nyawa kita sekalipun.
Lukas 7:36-50 menceritakan
bahwa
Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa.
Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.
Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.
Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."
Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu." Sahut Simon: "Katakanlah, Guru." "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang.
Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?" Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu."
Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.
Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.
Sebab
itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia
telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia
berbuat kasih." Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah
diampuni." Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati
mereka: "Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?" Tetapi
Yesus berkata kepada perempuan itu: "Imanmu telah menyelamatkan engkau,
pergilah dengan selamat!"
Dua orang yang berhutang itu adalah Simon dan perempuan berdosa. Perempuan itu berhutang 500 dinar dan Simon, 50 dinar.
Permpuan datang dalam dosa dan pulang sebagai orang yang diampuni dan
diselamatkan. Tetapi, Simon yang mengundang Yesus merasa tidak berdosa tetapi,
kenyataannya, Yesus tidak mengatakan kepada dia bahwa dosanya diampuni dan
bahwa ada keselamatan di dalam rumahnya seeprti yang pernah Yesus katakan
kepada Zakeus yang dikunjungi oleh Yesus.
Perempuan berdosa ini menerobos dan melawan kebiasaan sosial dan agama yang membuat dia tidak mungkin datang kepada Yesus. Sangat mungkin dia tidak diundang oleh Simon, tetapi dia datang karena mendengar bahwa Yesus ada di rumah Simon.
Sedangkan Simon yang
mengundang Yesus tidak melakukan kebiasaan sosial dalam menjamu tamu yang telah
diundangnya ke rumahnya.
Simon mengundang Yesus dan menerima Yesus secara fisik dan makan bersama Yesus, tetapi dia tidak mengenal kasih sejati dalam Yesus untuk menerima orang berdosa.
Perempuan berdosa mendengar
tentang Yesus dan datang kepada Yesus karena dia mengenal kasih sejati dalam
diri Yesus yang menerima orang berdosa. Perempuan ini pulang sebagai orang yang
merdeka dari dosa dan sebagai orang yang sudah diselamatkan oleh Yesus.
Orang yang banyak diampuni,
banyak pula berbuat kasih. Mereka berbuat kasih karena mereka sudah diampuni dan
sudah diselamatkan dan bukan untuk diampuni dan diselamatkan.
Simon merasa tidak pernah
berhutang apa-apa kepada Yesus sehingga dia tidak perlu melayani Yesus
sebagaimana layaknya pada saat itu. Sedangkan perempuan berdosa ini yakin bahwa
dalam dia memiliki hutang sangat banyak kepada Yesus. Hutangnya adalah begitu
banyak dosa yang telah dia lakukan dan tidak mungkin dia gantikan atau bayarkan
bahkan dengan memberikan seluruh hidup, reputasi, nama baik, harkat dan
martabatnya sekalipun.
0 comments:
Post a Comment